NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Hagia & Anjar

Hagia duduk manis sambil merapikan pakaian serta sedikit memoles wajahnya. Ia menatap dirinya lewat pantulan kaca jendela, mencoba menahan gugur sembari mengatur senyum indah bibirnya. Pokoknya hari ini dia harus membuat Anjar mengingat dirinya. Harusnya tidak erlalu sulit mengingat dulu mereka sering bersama, kedekatan mereka bukan sesuatu yang biasa. Hagia melirik pintu masuk, pintu berbuka dan tentu pria yang dia tunggu sudah datang. Tidak sendiri melainkan bersama seseorang yang Hagia yakini asisten Anjar.

Anjar masih tetap sama, sempurna di mata Hagia. Tubuhnya tinggi, wajahnya masih sangat tampan dengan hidung mancung tertengger kacamata hitam menambah kesan keren. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka bertemu tapi entah kenapa sekujur tubuh Hagia terasa panas dingin. Tetapi ada satu hal yang berbeda dengan Anjar dulu, tetapan pria itu sekarang lebih mengintimidasi.

Hagia tersenyum membalas sapaan Rezan yang duduk di samping Anjar, pria itu terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya. Sepertinya sedang membalas pesan seseorang, batin Hagia sedikit cemburu.

"Lama tidak bertemu dengamu kak, aku melihat dirimu semakin tampan saja." sapa Hagia menatap wajah Anjar.

Rezan yang masih membuka berkas di tangan merasa terkejut. "Apa ini, Tuhan? Apakah calon pelakor lagi?"batin pria itu menatap bosnya yang mengerutkan kening terlihat bingung.

"Apa Nona Hagia mengenal bos saya?" tanya Rezan dengan sopan, dia harus mengorek informasi ini untuk dilaporkan pada bu bosnya, Alin. Semenjak Anjar menikah, tugasnya semakin bertambah yaitu mengawasi para wanita yang berani mendekati bosnya.

Hagia tersenyum, dari gerakannya terlihat gadis ini berharap diperhatikan oleh Anjar. "Tentu saja sangat mengenal dekat, kami dulu sering menghabiskan waktu bersama. Tapi sepertinya bos anda lupa dengan ku."

Jawaban Hagia membuat Rezan menatap penuh tanya pada Anjar.

"Gadis mana lagi ini bos? Kenapa dirimu memiliki banyak kenalan perempuan setelah resmi menikah." betitulah kira-kira pertanyaan yang ingin Rezan tanyakan pada Anjar.

"Maaf sepertinya anda salah orang. Aku merasa tidak mengenalmu." kata Anjar tidak mau menimbulkan kecurgiaan di otak asistennya.

Hagia terlihat kesal, dia mengeluarkan foto dari tasnya dan menunjukkan pada Anjar. "Aku Gia dan ini kamu Anjar. Kita dulu satu kampus tapi beda jurusan. Setiap sore kamu mengajakku ke danau belakang kampus untuk kita bersama mengerjakan tugas kuliah. Apa kamu tidak ingat aku?"

Anjar menatap foto itu sejenak. "Oh kamu anak kecil itu ya? Gia, bagaimana kabarmu? Maaf aku tidak mengenalimu karena dulu kamu tidak seperti sekarang."

"Aku baik-baik saja. Wajar kamu tidak mengenaliku, itu sudah 7 tahun yang lalu. Setelah lulus kuliah aku harus melanjutkan study ke luar negeri baru kembali beberapa bulan yang lalu dan menjadi dosen di salah satu kampus kota ini." Terlihat Hagia senang karena Anjar bisa mengingatnya. Kesempatan ini tidak akan dia lewatkan begitu saja.

"Ya memang benar 7 tahun terlewat begitu cepat. Aku senang kamu berhasil mengejar cita-citamu sebagai seorang dosen." kata Anjar terlihat ikut senang dengan pencapaian temannya. "Lalu ini kamu bagaimana bisa menjadi perwakilan dari Perusahaan Atmaja?" tanya Anjar ingin tahu.

"Astaga, apa kamu lupa nama akhirku Atmaja? Tentu ini juga perusahaanku. Selain menjadi dosen, aku juga diminta Kak Bram membantu di perusahaan. Sejak papa meninggal, Kak Bram sendirian mengelola perusahaan, tentu ini awal yang berat untuknya dan sebagai adik yang baik aku harus membantu meringankan beban saudaraku." jelas Hagia mencoba menarik perhatian Anjar. Dia tahu Anjar tipe pria yang suak dengan perempuan pintar dan aktif.

"Maaf aku benar lupa tapi kamu hebat sekali, bisa menjalani kesibukan antara menjadi dosen dan juga mengurus perusahaan. Pasti Kak Bram sangat bangga padamu." puji Anjar dengan tulus.

Hagia tersenyum, benar dugaannya jika Anjar masih suka dengan tipe perempuan yang aktif dalam banyak hal, ini bisa menjadi kesempatan  baru yang bisa membuka jalan dirinya mendapatkan perhatian dari pria itu.

"Oh ya selamat atas pernikahanmu, kemarin aku juga datang menemani Kak Bram. Namun waktu terbatas membuat aku tidak sempat menyapamu lama. Tapi aku sempat menyapa istrimu, dia wanita yang sangat dewasa juga cantik." Langkah pertama Hagia adalah bersikap baik pada mereka, tidak mau tercium sedikitpun tentang niatnya mendekati Anjar.

"Ah ya, terimakasih. Istriku memang sangat dewasa, itu yang membuatku jatuh cinta padanya." jawab Anjar terlihat senang dengan pujian yang didapatkan. "Jika ada waktu mungkin nanti akan aku kenalkan kamu dengan istriku. Saat ini dia ikut membantuku di perusahaan, sebagai sekretaris."

Hagia mengangguk setuju, dalam hati dia meremehkan Alin yang ternyata hanya seorang sekretaris. Hagia yakin dengan mudah bisa merebut Anjar dari wanita itu.

"Ekhhm... sepertinya kita harus kembali ke topik utama. Karena pembahasan ini cukup panjang."Rezan merasa harus menghentikan kedua manusia yang sedang nostalgia, jika tidak bisa panjang ceritanya.

"Oh ya baiklah, ayo kita mulai saja." ujar Hagia mencoba tersenyum menatap Rezan, entah kenapa Hagia merasa asisten Anjar tidak menyukai dirinya.

Hampir 2 jam mereka membahas pekerjaan, Hagia mencoba bersikap profesional meskipun dirinya sangat ingin berbincang khusus dengan Anjar. Mengenang masa mereka kuliah yang banyak kenangannya.

"Baiklah, aku setuju dengan proposal yang perusahaan mu ajukan. Mungkin nanti kita akan bertemu kembali untuk penandatanganan berkas perjanjian hubungan kerja." kata Anjar membuat Hagia memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan dihari mereka bertemu kembali.

"Tentu saja, aku dan Kak Bram akan datang bersama. Mungkin di acara yang agak santai ya, makan siang atau makan malam bersama. Ajak juga istrimu agar aku bisa berkenalan kak." kata Hagia menawarkan waktu.

Anjar mengangguk. "Akan aku diskusikan dulu dengan istriku."

Setelah selesai, Hagia pergi lebih dulu, tidak lupa sebelum itu bersalaman dengan Anjar.

"Jangan terlalu dekat seperti ini. Aku sudah menikah, tidak mau menimbulkan fitnah. Istriku mungkin akan mempercayai aku tapi orang lain belum tentu." Anjar melangkah mundur saat Hagia ingin memeluk tubuhnya.

"Ah maaf kak, aku masih terbawa kebiasaan kita dulu. Yang sebelum pergi bersalaman sambil memeluk sebentar." kaga Hagia merasa tidak enak. Tapi itu hanya akal-akalannya saja.

Setelah meminta maaf, Hagia segera pergi. "Kita lihat, apakah benar istrimu mempercayai kamu kak." ucap Hagia melihat pesan masuk di ponselnya.

"Potret yang sangat bagus, membuat orang berpikiran kita memiliki hubungan dekat. Ah ya kita memang dekat kak, di masa lalu. Tapi karena kehadiran istrimu, kita tidak bisa dekat lagi."

Sedangkan di kantor, Alin baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia tersenyum saat Anjar memberitahu jika mereka jadi makan siang bersama.

Namun ada notif lain yang membuat kondisi hati Alin sedikit memburuk.

"Wah suamiku terlihat mesra ingin berpelukan dengan wanita lain." ungkap Alin tersenyum sinis.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!