NovelToon NovelToon
Adil Untuk Delima

Adil Untuk Delima

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Fia

Berkisah Delima, seorang janda yang menikah lagi dengan seorang pria hanya bermodalkan ingin kejelasan tentang kematian suaminya. Ia hanya mencari kebenaran saja, apa suaminya meninggal karena kecelakaan jatuh di tempat kerja atau memang sengaja mengakhiri hidupnya karena alasan pinjaman online?. Atau memang ada alasan lain dibalik itu semua.

Pernikahannya dengan seorang pria bernama Adil. Mampu membuka beberapa fakta yang sangat ingin diketahuinya. Namun disaat bersamaan kebahagiaan rumah tangganya bersama Adil terancam bubar karena kesalahpahaman.



Mampu kah Delima mempertahankannya atau justru menyerah dengan keadaannya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Fia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Adil Untuk Delima

Rutinitas pagi dijalani Delima seperti biasa. Tak ada mengeluh atau protes. Semua ia kerjakan sebisanya.

"Mulai sekarang kamu yang masak untuk nenekku" kata Adil menghampiri Delima di dapur.

"Saya?" tanya Delima heran. Bukannya tidak mau, hanya saja ia merasa tidak enak hati pada Wati yang sudah mendapatkan tugas itu.

"Hmmm."

"Kalau masih enggak mau dimakan juga bagaimana?."

"Aku yang makan."

Delima terdiam, menatap makanan yang sudah dibuat Wati sebelumnya. Sayang kalau sampai mubazir.

"Untuk sekarang makan yang ini saja dulu." saran Delima yang rupanya langsung ditolak Adil dengan gelengan kepala.

"Aku sudah mencicipinya dan itu tidak layak makan. Sekarang kamu buat makanan untuk nenekku." Perintah Adil lagi yang langsung diangguki oleh Delima. Makanan Wati langsung dibuang karena memang tak bisa dimakan.

Semua bahan makanan dan bumbunya sama tidak ada yang berbeda sedikit pun. Hanya saja Delima memperbaiki rasanya jauh lebih enak dan layak konsumsi apalagi untuk Nyonya besar.

Karena hanya masak sedikit, Delima sudah selesai dan langsung menatanya. Ada potongan buah naga dan buah semangka yang ditata rapi di atas piring.

Tangan besar Adil mengambil secuil pada setiap makanan yang telah dibuat Delima dan rasanya sangat enak. Neneknya pasti sangat menyukainya.

"Terima kasih" kata Adil sambil berlalu pergi dari hadapan Delima. Lagi-lagi ia membawa senyumnya.

Sopian yang melihat pun ikut tersenyum.

Delima masuk ke kamar Nyonya besar, di sana sudah ada Wati yang sedang membantu Nyonya besar menyisir rambut.

"Delima tolong ambil ikat rambut yang ada di sana, dekat pintu." Wati menujuk tempat yang dimaksud. Ia sendiri memegangi rambut Nyonya besar yang akan diikat.

"Iya" Delima meletakkan nampannya di dekat Wati. Lalu ia balik badan lagi menuju pintu. Mencari tempat yang ditunjuk Wati. Pada saat itu lah Delima lengah dan secepat kilat Wati menambahkan bumbu pada makanan yang dibuat Delima.

"Yang ini?" tanya Delima sambil menujukkan ikat rambut yang ditemukannya.

"Iya, itu" ucap Wati sambil tersenyum. Lalu ia menerimanya dan langsung mengikat rambut Nyonya besar. Setelahnya Wati langsung keluar kamar dengan senyum jahatnya.

Delima duduk di depan Nyonya besar, memintanya untuk makan. Nyonya besar menatap tampilan dan wanginya makanan sangat menggugah selera yang dari kemarin hanya makan roti. Iya, Nyonya besar hanya makan roti yang diberikan Wati tanpa sepengetahuan siapapun.

"Cih! Dasar bodoh! Penjahat! Mau membunuh aku ya?." Nyonya besar menyemburkan makanannya pada wajah Delima. Menjatuhkan lagi semua makanan yang telah dibuat Delima karena rasanya sama semua yaitu asin. Termasuk buah-buahan.

Delima hanya diam pasrah. Apa mungkin indra perasa Nyonyanya yang bermasalah atau memang ada yang salah dengan makanannya. Padahal setahunya itu sangat enak. Adil juga telah mencicipi.

Hal seperti ini terus saja terulang sampai beberapa hari, Delima dibuat cukup lelah dan tak memiliki keinginan lagi untuk tetap berada di sana. Terlebih Nyonya rumah sampai harus masuk rumah sakit karena kesehatannya yang semakin menurun. Namun untungnya Adil tidak sampai mengusirnya.

"Aku menyerah saja, Mas Sopian." Kata Delima sambil menutup wajah.

"Sebenarnya kamu sudah bagus, Delima. Mampu bertahan sampai dua minggu mengurus Nyonya. Cuma tinggal masalah makan. Tapi sih emang dari dulu juga Nyonya susah makannya." Sopian membesarkan hati Delima.

"Kalau kamu keluar emangnya udah ada kerjaan baru? Tempat tinggal baru?." Tanya Sopian. Supaya Delima sadar dengan keputusannya.

Delima menggeleng lemah. "Aku kasihan kalau Nyonya masih tidak mau makan."

"Kan udah aku bilang, Nyonya dari dulu memang susah makan. Jadi bukan hanya karena kamu aja."

Delima menatap Wati yang ikut bergabung bersamanya.

"Kalau kamu mau pulang, pasti Mas Adil mau kasih kamu ongkos" Kata Wati.

Delima menatap Wati yang sepertinya senang kalau dirinya pulang. Tapi memang tak ada lagi yang bisa dilakukannya selain pulang. Tapi pulang kemana?.

"Malam ini nenekku pulang, ada banyak tamu yang akan datang. Tolong kalian siapkan makanan dan minuman." Kata Adil dari arah ruang ruang namun hanya menatap Sopian.

"Baik, Mas Adil." Sahut ketiganya.

"Oh iya, tolong buatkan juga bubur gandum untuk nenekku."

Dengan sigap Wati menjawabnya sambil langsung berdiri. Namun segera mendapatkan penolakan dari Adil. Karena Adil meminta Delima yang membuatnya.

"Masak 'kan tugas saya, Mas Adil." Kata Wati protes.

"Iya kamu bantu yang lain aja."

Sambil cemberut Wati mengiyakan lalu mulai mengerjakan apa yang diperintahkan Adil. Delima sendiri segera membuat bubur gandum.

"Kalau udah matang buburnya, tolong bawa ke kamarku saja." Kata Adil berdiri tepat di belakang Delima.

"Kenapa ke kamar, Tuan Adil?." Tanya Delima heran dengan kening yang mengerut.

"Jangan banyak tanya, ikuti saja perintahku." Kata Adil sambil mencolek hidung minimalis Delima lalu pergi dari dapur. Jangan tanya lagi wajah Adil memerah karena perbuatannya sendiri.

Delima pun hanya tersenyum sambil menatap punggung Adil. Jatuh cinta rasanya masih terlalu jauh. Perasaannya pada Azka masih tersimpan rapi dalam hatinya dan tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Cintanya masih sangat besar dan ia tak akan mengkhianati cinta Azka. Kalau semesta mengizinkan ia akan tetap menjadi jandanya Azka sampai maut menjemputnya.

Tak berselang lama para tamu sudah mulai berdatangan memenuhi rumah. Ada banyak juga buah dan buket bunga memenuhi ruangan. Sedangkan Nyonya besar masih dalam perjalanan. Adil menyambut mereka semua dengan hangat.

Wati dan Sopian telah selesai dengan tugasnya, kini mereka sedang bersiap menunggu arahan selanjutnya dari Adil.

Delima yang baru menyelesaikan masakannya langsung membawanya ke kamar Adil. Meletakkannya di atas meja sesuai petunjuk yang tertulis dari Adil. Lalu Delima keluar dan langsung bertabrakan dengan Adil saat di depan pintu.

Bugh

"Awww..." jerit Delima. Namun kali ini tubuhnya tidak sampai mencium lantai lagi karena tangan kekar Adil berhasil menahannya. Sehingga jarak mereka menjadi sangat dekat.

Deg

Detak jantung Agil tak karuan dengan posisi mereka sedekat ini. Tak bisa dipungkiri tatapan Adil langsung tertuju pada bibir ranum Delima yang tanpa pewarna. Adil mengakui kalau perempuan ini sangat menarik.

Kalau Delima bisa bersikap biasa saja. Berbeda dengan Adil, perasaannya meletup-letup bahagia. Mungkin Delima bisa merasakan detak jantungnya yang bertalu-talu. Matanya tak bisa berpaling dari wajah cantik Delima. Bahkan dengan sadar, Adil mengeratkan tubuh mereka semakin intim untuk beberapa lama.

Delima yang memang dari awal sadar, segera berontak saat kedekatan mereka cukup lama dan sekarang bersama mereka ada Wati yang sudah mengepalkan tangan.

"Maaf" kata Adil sambil mengambil jarak dari Delima.

"Maaf kan saya juga, Tuan Adil." Kata Delima menyalahkan dirinya sendiri.

Lalu tatapan Delima dan Adil tertuju pada Wati yang masih berdiri diantara mereka dengan wajah emosi.

"Ada apa?" tanya Adil.

"Dicari para tamu" jawabnya ketus.

"Ok" sahut Adil lalu bergegas pergi menuju para tamu berkumpul.

Delima yang akan menuju dapur dihalangi oleh Wati. Perempuan itu menarik tangan Delima sampai pojokan.

"Kamu menggoda Mas Adil? Dasar gatal!."

Delima menggeleng sambil menahan sakit pada pergelangan tangannya.

"Mas Adil itu calon suami aku, jadi kamu harus jauh-jauh dari Mas Adil." Sambung Wati lagi.

Delima mengangguk mengiyakan.

"Awas kalau kamu masih berani mendekati Mas Adil. Ku buat pulang cepat kamu!." Wati mengancam Delima lalu melepaskan tangan Delima dan pergi menuju ruang tengah.

Delima melihat pergelangan tangannya yang memerah, tenaga Wati sangat besar karena meninggalkan merah pada tangannya.

Bersambung

1
Esti Purwanti Sajidin
aduhlah ikut deg2 an jg jadi nya
Teti Hayati
Mulai tegang...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!