NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Polisi Tampan

Terjebak Cinta Polisi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sekuel Jodoh Pilihan Abi

Menjadi anak piatu, Icha harus kehilangan figur ibu sekaligus ayah. Di tambah ibu tiri yang manipulatif, menjadikan dia sosok yang di kenal bandel.
Takdir menemukannya pada polisi dalam keadaan saling salah paham yang akhirnya menjebaknya sendiri dalam perjodohan dengan lelaki itu.
Bisakah Icha menemukan cinta sejati dalam diri lelaki yang dibencinya sekaligus membencinya?
Temukan kisah lengkapnya dalam novel comedy romance "Terjebak Cinta Polisi Ganteng"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masya Allah

Sore kemarin tiba-tiba Papinya minta Icha untuk packing.

Ia senang banget dong, karena ia sudah lama tidak jalan-jalan bersama Papinya, walaupun ia tahu ibu tirinya itu tidak akan ketinggalan.

But it's okay, ia bisa jalan-jalan.

Dan sekarang setelah beberapa jam perjalanan, ia baru penasaran, sebenarnya Ia dan Papinya itu mau ke mana.

“Sebenarnya, Papi mau mengajakku ke mana?” tanya Icha sambil menoleh ke belakang, tepatnya ke arah ayahnya yang sedang duduk di jok belakang mobil tersebut.

“Ke Malang,” jawab Papinya santai.

“Ke Malang? Diving sama arum jeraman ya  Pi?” ajaknya dengan nada manja.

“Lihat nanti, kalau waktunya cukup,” jawab Papinya sambil terlihat mulai menscroll ponselnya.

“Kalau waktunya cukup, maksudnya?”

Lelaki itu kemudian mulai meletakkan ponselnya, dan memandangnya putri satu-satunya itu dalam-dalam.

“Kita ke Malang itu bukan untuk jalan-jalan tapi untuk bertemu dengan keluarga komandan Furqon.” jawab Papinya itu dengan entengnya.

Seketika Icha terperangah kaget, ia tak menyangka lelaki itu akan membawanya bertemu dengan keluarga komandan polisi tersebut secepat ini. Padahal baru seminggu lalu ia mengutarakan niatnya.

‘Bullshit! Aku sama sekali tak berniat menikah dengannya’

“Apa ini tidak terlalu cepat, Pi?” tanya Icha hati-hati.

“Niat baik tidak boleh ditunda-tunda, nanti keburu ada gadis lain yang dahuluin,” jawab Papinya itu dengan santai.

“Benar Aisyah Pi, biarkan mereka saling mengenal dulu,” tambah ibu tirinya itu tampak begitu antusias mendukung sanggahan Icha.

“Mengenal sambil menikah itu lebih baik, menjauhkan diri dari zina. Bukankah itu yang mama katakan saat kita baru kenal dulu?” ucap Papinya itu dengan begitu yakin, membuat wanita itu terdiam sekaligus 

“Tapi zaman sudah berubah…”

Belum selesai Icha menjelaskan, Papinya sudah menyela, “Apa maksudmu zaman dengan pergaulan yang memprihatinkan ini? Papi hanya ingin, ketika kau menemukan pilihan yang in sya Allah terbaik, kau segera mengambil peluang ini, Aisyah. Jangan disia-siakan!”

“Tapi setelah Icha…” ucap Icha kembali tak selesai.

“Sudah tidak ada tapi-tapian, bukankah kau sendiri yang memilih untuk menikah, dan menginginkan komandan Furqon?”

“Ya Iya, tapi kan…”

Untuk kesekian kalinya, Papinya kembali menyela, “atau kamu memilih untuk mondok saja, begitu?”

Lelaki itu kini terdengar menantangnya.

Icha langsung meringis kecut, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ia kemudian kembali menghadap ke depan dengan wajah penuh penyesalan.

‘Apa yang sudah kau lakukan Icha? Ini namanya sebelum senjata ini mengenai Si nenek lampir itu,  senjata itu telah memakan tuannya sendiri,” gumamnya dalam hati sambil menunduk murung.

‘Apa aku buat komandan Furqon tidak menyetujuiku saja? Lalu bagaimana caranya aku balas dendam pada Si nenek lampir sialan itu? dan lagi, tanpa aku usaha pun, pasti komandan Furqon tidak akan setuju untuk menikahiku’

“Ah, nggak tau!” pikir Icha sambil mengacak-acak rambutnya, dan menjejak-jejak kakinya ke lantai mobil itu.

“Apa kamu baik-baik saja Aisyah?” tanya ibu tirinya tersebut sok perhatian di depan Papinya, membuat Icha tersentak sadar.

“Enggak tau nich, tadi kaki sama rambutku gatal-gatal saja, kayaknya alergi ibu tiri,” ujar Icha keceplosan, karna begitu kesal dengan ibu tirinya.

“Aisyah jaga ucapanmu!” hardik ayahnya.

“Astaghfirullahaladzim!” ucap Icha dengan begitu keras.

“Anak ini memang…..”

“Sudah Pi, tidak apa-apa?” ujar ibu tirinya itu tampak berusaha menenangkan Papinya.

‘Huwek!’ gumam Icha tanpa suara sambil berekspresi pengen muntah.

******

“Aisyah! Aisyah, Bangun! Kita sudah sampai!”

Terdengar suara ibu tirinya itu membangunkannya. 

Icha perlahan membuka matanya, sambil berucap dengan menguap lebar-lebar, “iya……..”

Ia kemudian membuka matanya perlahan, sambil mengusap air liur yang masih basah di sebelah pipinya.

“Perawan kok tidur nggak ada anggun-anggunnya!” gerutu Papinya.

Icha langsung meringis pelan sambil menoleh ke belakang.

“Emangnya Icha mau catwalk Papi, jadi harus  anggun?” tanyanya Sok lugu.

“Kamu ini semakin lama, semakin pintar!” jawab Papinya agak kesal.

“Itu berarti—enggak sia-sia Papi nyekolahin Icha.”

Papinya hanya bisa menghela nafas panjang, mendengar bantahannya yang terus-menerus itu.

“Ingat ya namamu, Aisyah bukan Icha! Jangan sampai di depan keluarga Kyai Amir, kamu bilang Icha bukan Aisyah,” ancam Papinya tersebut sambil terlihat menunjukkan telunjuk jarinya ke hadapan putrinya tersebut.

“Ya iya, berapa kali sih Papi harus bilang, gak percaya amat sama Icha?”

“Tuh kan Icha lagi!” ujar Papinya mengingatkan.

Icha mendesah pelan kemudian menjawab, “kan belum juga ketemu Kyai Amir, please dech!”

“Anak ini!” bentak Papinya.

“Sabar Pi, sabar!” ucap ibu tirinya itu

‘Berlagak jadi ibu peri’ gumam Icha dalam hati sambil memutar bola matanya.

Terlihat Papi dan ibu tirinya itu keluar dari mobil tersebut, juga sopirnya.

Ia segera mengusap wajahnya dengan tisu wajah basah, kemudian hendak mengucir rambutnya, saat tiba-tiba ia menyadari ada kerudung menutupi rambutnya tersebut.

Ia segera bercermin di depan cermin depan mobil tersebut.

“Sejak kapan aku berkerudung,” pikirnya bingung.

Ia kemudian melayangkan pandangannya ke seluruh tubuhnya yang akhirnya membuatnya semakin bingung.

‘Perasaan aku tadi memakai jeans dan kaos, kenapa sekarang berubah jadi gamis panjang yang ribet dan gerah seperti ini?’ gumamnya dalam hati bertambah heran.

Tok tok tok

“Astaga!” 

Ia begitu terperanjat kaget. Tiba-tiba, terdengar kaca jendela di sampingnya diketuk seseorang.

Ia segera menoleh, ibu tirinya itu tampak menilik ke dalam jendela mobil tersebut.

“Apa lagi sich?” gumamnya lirih kemudian membuka kaca tersebut.

“Cepat keluar,  kamu mau apa di dalam terus-terusan? Merepotkan saja!”

Bukannya marah dengan hardikan lirih ibu tirinya tersebut, Icha lebih peduli dan penasaran dengan mengapa penampilannya bisa berubah tanpa ia sadari.

“Lu tau nggak, Kok bisa gue ganti gamis kayak gini, bukannya gue berangkat pakai jeans dan kaos?” tanyanya bingung sambil mencubit bagian lengan gamisnya.

Wanita itu terlihat tertawa terbahak-bahak, membuatnya semakin heran.

“Kamu lupa, kamu kan diminta ganti sama Papimu tadi, sebelum kamu ketiduran dan sampai di sini,” jawab wanita itu sambil menahan tawa.

“Hah?” gumamnya sambil mengingat-ingat kejadian sebelum ia tertidur di dalam mobil itu.

‘Astaga, kok gue bisa lupa ya?’ pikirnya sambil mengeringkan dahinya dengan menunduk.

Ia teringat saat di rest area tadi, ia sempat bantal-bantahan dengan ayahnya tentang pakaian yang tengah ia pakai. 

Ayahnya itu kemudian menyodorkan seperangkat gaun muslimah dengan mengancam kalau tidak mau memakainya, maka ia akan di pondokkan saja sekalian di tempat yang akan mereka kunjungi.

Akhirnya, ia terpaksa memakainya, dan langsung masuk ke mobil dengan hati yang dongkol sampai kemudian tertidur.

“Melihat ekspresimu seperti itu, pastinya kau sudah ingat!” ledek ibu tirinya tersebut.

“Ada apa?” tanya ayahnya itu menghampiri mereka dengan heran.

‘Ini lho Aisyah…”

Icha segera menyela ucapan ibu tirinya tersebut  sebelum ayahnya ikut menertawakannya, “ sebentar lagi aja turun Icha mau benerin kerudung Icha oke.”

Icha kemudian menutup jendela kaca mobil tersebut, dan mulai membenahi kerudungnya yang meleyot-leyot itu.

“Sulit banget sih!” gerutunya setelah beberapa lama Ia tetap tidak bisa membenahinya.

“Terserahlah!” gumamnya putus asa kemudian segera keluar dari mobil tersebut.

Karena tergesa-gesa dan kurang berhati-hati, ia terpeleset gamisnya sendiri yang tiba-tiba terinjak oleh kakinya saat baru saja keluar dari mobil tersebut.

“Hati-hati!” 

Spontan orang-orang di sekitarnya berteriak bersusulan 

Sementara ia terjungkal jatuh dan tersungkur di hadapan kaki seseorang.

Sepertinya dia laki-laki, terlihat dari sarungnya yang menjuntai ke bawah.

Lelaki itu terlihat melangkah mundur sedikit, kala ibu tirinya membantu membangunkannya.

“Tidak usah! aku bisa sendiri,” ucapnya sambil menghempas tangan ibu tirinya, kemudian berusaha bangkit sendiri, sambil menepuk gamis bagian belakang bawahnya untuk merontokkan debu yang menempel di sana.

Ia lalu menatap ke depan.

“Masya Allah,” gumam Zahra lirih mendapati lelaki bersarung itu, terlihat begitu tampan dengan rambutnya yang setengah basah.

Bibirnya sampai lupa dikatupkan kembali karena saking terpesonanya.

1
Asiah Kamil
kapan lanjutan nya kak,
Eva Nayla
keren
Saydh5: makasih kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka
yu gabung bersama gc Cbm.
kita d sn akan belajar brg
caranya follow akun sy dl
nnti akn sy ksh undangan thx
Sa'adiah
Aku mampir Thor .....
Saydh5: thanks😍
total 1 replies
Ahmad Sopyan
lanjut semangat thor.
Saydh5
please subscribe dan vote yeah, sama jangan lupa follow akunku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!