Sebuah kisah seorang ibu rumah tangga bernama Diana,iya berjuang keras untuk keluar dari jerat kemiskinan.suaminya,
Budi,tak mampu berbuat banyak karena upah yang ia peroleh dari bekerja tidak cukup untuk menutup hutang ya.
Hingga akhirnya takdir mempertemukan Diana dengan Kevin, Seorang lelaki misterius yang menawarkan sebuah kerja sama tak biasa,dimana Diana harus menjadi pemuas hasratnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
POV.Dina
saat mendengar nama Kevin, hatiku mendadak hangat. entah apa rasanya, yang jelas aku sangat bahagia ketika tahu dia sangat peduli kepada putriku. terbukti, Kevin tak segan membayar semua biaya pengobatan hijrah.
sudah tak terhitung banyaknya uang Kevin yang aku pakai. hal tersebut semakin membuatku terikat, tapi bukan hanya karena uang saja. melainkan pesona TV nemu dulu langkahkan pendirianku. Kevin yang dingin dan cuek, nyatanya sangat perhatian dan pengertian.
tak ingin membuat pak RT dan bu RT menunggu lama, akhirnya aku pun memutuskan untuk pulang. biarlah pengurusan hijrah aku percayakan kepada mas Budi, biaya pengobatan sudah beres jadi tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
keesokan paginya aku bangun lebih awal.
semalaman tidur aku tak nyenyak karena terus memikirkan kevin. sehingga pagi ini aku putuskan untuk menemuinya. intan nampak tak bersemangat karena tak ada hijrah di rumah. aku putuskan untuk menitipkan intan kepada Tetangga, kejadian yang menimpa hijrah membuatku takut untuk meninggalkan anak-anak di rumah.
Mama mau ke mana lagi sih? tanya intan, ia menghampiriku yang tengah menyiapkan bekal makan untuknya.
"mama kerja dulu, kamu di rumah Nola ya, biar mama titipin sama Bu Arum. nanti Mama jemput kalau kerjaan udah selesai!
"emang nggak nemuin adek mah? intan mau nemenin adik aja di rumah sakit"
"rumah sakit itu jauh kak. lagian bentar lagi adik kamu juga pulang. ini bekal buat makan siang kamu, Mama simpan di dalam tas, ada snack juga buat kamu cemilan. lalu, uang jajan kamu, Mama simpan di kantong kecil yang ada di dalamnya ya!_
"kalau nggak nemuin adek, kakak lebih baik nunggu di rumah aja deh, ma. kakak janji nggak bakalan main jauh, sama nggak bakalan nanggepin orang asing lagi, hmmmm
tiba-tiba saja ia menutup mulutnya menggunakan tangan.
"orang asing di mana, kak?
intan tak menjawab pertanyaanku, aku pun tak terlalu memikirkannya. setelah semua perlengkapan intan siap, aku dan intan gegas keluar rumah.
"ingat ya, pokoknya kalau mama belum jemput, tungguin di rumah Nola aja"
"kakak sebenarnya nggak mau, mending di rumah aja"
intan tetap bersiku ku ingin tetap di rumah, entah karena apa alasannya, namun aku tak mengindahkannya, hanya Bu Arum satu-satunya tetangga yang bisa aku percaya, sekaligus ramah kebetulan, Bu Arum sedang berada di pekarangan rumahnya, tugas aku menghampirinya untuk menitipkan intan.
Loh, Bu arum mau ke mana? kok tumben udah rapi?"kan aku sampai di pekarangan rumah Bu Arum.
"ini mau ke PAUD, kan nola sudah masuk sekolah"
"memangnya bisa ya susulan, tahu kan udah pertengahan semester"
"ya nggak apa-apa lah, eh gimana kabarnya hijrah? duh, aku belum sempat nengokin nih"
belum sempat aku menitipkan intan, tiba-tiba tetangga yang lain menghampiri kami, ada Bu aje, Bu indah serta Bu Inggit, mereka sepertinya hendak berangkat mengantar sekolah. Baru kusadari seragam yang dikenakan ibu-ibunya sama..
"eh Dina, kok si intan belum kamu sekolahin? sekolahin lah kayak kita-kita ini, biar sekalian refreshing juga"seru bu Ajeng.
"refreshing gimana maksudnya?"
"kita itu ibu-ibu rumah tangga, harus punya waktu buat ngilangin penat di rumah. makanya gabung sama kita, Din. sambil menyelam minum air, anak-anaknya belajar, emaknya happy-ha_ucap Bu indah, yang berakhir dengan gelak tawak mereka semua. ada benarnya juga ucapan mereka ini, sebagai ibu rumah tangga, kehidupanku sangat monoton, sepertinya ini akan aku pertimbangkan, apalagi memang rencanaku ingin menyekolahkan intan.
"jadi Bu Arum mau pergi juga?"tanyaku?
"iya ini udah, emangnya kenapa di?"
"Saya maunya tadi mau nitip intan, soalnya mau ke rumah sakit"
"oh ya udah nggak papa, ini intan biar ikut saya aja, kamu kalau mau pergi aja"
akhirnya Bu arum tak keberatan intan aku titipkan itu tandanya aku bisa ke rumah Kevin saat ini. agar semuanya percaya akhirnya aku memberhentikan tukang ojek, dan berboncengan hingga pertigaan. setelah itu aku bergegas ke rumah Kevin.
seperti biasa, rumah Kevin tak terkunci, aku pun langsung masuk ke dalam rumah. hal yang membuatku diam di tempat, saat melihat Kevin Tengah membereskan rumah.
",? sini biar aku aja yang ngerjain"cintaku, segera kudekati Kevin dan hendak merebut tangkal pel yang ia genggam, namun, secepat kilat Kevin menjauhkan diri.
"kenapa,? biar aku aja yang ngerjain!"
"ini tugas, kamu seorang tamu, lebih baik duduk saja di ruang televisi"
"tapi,mas?"
Kevin tak mengindahkan, ia hanya fokus dengan pekerjaannya, kulihat Kevin sangat cekatan dan luas sekali.
"kamu biasa ngerjain ini, mas? tapi, nggak apa kok aku bisa bantu"
_tak usah, aku tak ingin menjadikanmu babu di rumahku. sudah cukup kamu bekerja keras di rumahmu"ujarnya. contoh ucapan itu kembali membuatku kagum akan sikapnya.
"oh ya, waktu aku bersembunyi di kamar mandi. aku lihat di tong sampah ada bekas pembalut, apa ada wanita yang tinggal di sini?"
Plaaak
tiba-tiba saja tongkat perang sadari tadi Kevin pegang terjatuh. tidak hanya itu, Kevin langsung mendelik ke arahku, aku langsung salah tingkah mendapati tatapan tajam dari Kevin.
Ke kenapa,mas?"
"oh itu, mungkin bekas adikku"
jawaban Kevin tak membuat hatiku tenang, sikapnya yang gelanggapan, seperti ya dia menyembunyikan sesuatu. aku memilih diam.dan dia kembali melakukan aktivitasnya.
hari ini aku benar-benar dijadikan ratu oleh kevin, aku hanya duduk rebahan di sofa sembari menonton tayangan televisi, dia pun menyiapkan beberapa cemilan untuk aku nikmati. saat jam makan siang tiba, bahkan dia menyempatkan untuk memasak. karena tak enak hati melihatnya melakukan sendirian aku pun menghampirinya.
"mas aku bantu ya_
saat Kevin Tengah mengaduk masakan dua jam, aku langsung melanjutkan memotong sayuran.
"jangan!"tiba-tiba ia merebut pisau yang sedang kugenggam.
"kenapa,mas? aku cuma mau bantu aja kok"
"sudah kubilang diam saja, kau sudah bekerja keras di rumahmu. di sini aku tak akan membiarkanmu seperti itu. dan kamu hanya untuk berbagi peluh denganku, hanya itu"
Kevin meraih tanganku kemudian mengecupnya, sungguh perlakuan macam apalagi ini, kenapa laki-laki ini selalu saja mampu membuatku terpesona.
"kau tadi memotong? tapi kenapa wajahmu yang merah?"
Blush.
aku tak kuasa menahan tawa, bercandaan itu somtak membuat kami terbahak, momen ini sangat langka aku jumpai dengan seorang laki-laki, ah, rasanya Kevin memang sosok laki-laki sempurna. dan kedekatanku kali ini bisa jadi anugerah terindah yang Tuhan berikan.
"di bawah laci ada hp yang tak terpakai, sambil menunggu lebih baik kau buka galeri videonya, sekalian pemanasan"ucap nya dengan senyum meringai.
aku mengangguk dan memutuskan kembali ke ruang televisi, itupun permintaan Kevin. tidak lupa sebelumnya aku mengambil ponsel yang Kevin sebutkan. handphone merk Mito saat ini menjadi fokus utama ku . sembari merebahkan tubuh ini ke atas sofa, aku memperhatikan gerak-gerik Kevin di dapur. ia melakukan ya seperti terbiasa dengan pekerjaan seorang wanita. dari mulai membersihkan rumah, sekarang memasak. sampai terbenam pertanyaan dalam benak sebenarnya apa profesinya. dari ATM yang diberikan, jelas Kevin bukan orang biasa. namun, rumah ini bahkan kegiatannya sehari-hari tak mencerminkan bahwa dia itu orang kaya. rumah ini saja ukurannya hampir sama denganku. semua ini membuatku semakin penasaran akan jatih diri kevin.
tak terasa waktu cepat berputar setelah puas melayaniku dengan membuatkan ku makan siang, aku pun memberikan kan pelayanan balik. kini, aku , aku tak lagi malu untuk memulai permainan, bahkan terkesan lebih agresif dari biasanya, tentu hal ini membuat Kevin senang, hingga kami pun larut dalam sesi penyatuan yang cukup lama.
"makin hari kau semakin liar!"bisik Kevin di telingaku. setelah ia mencapai klimaks, Kevin pun kini merebahkan diri di atas sofa, tepat di sampingku.
"aku begini karena ulah mu mas!"
"ulahku? hahaha.... aku tak melakukan apa-apa. selama ini aku hanya mengimbangi permainanmu"
"dan kamu memang lawan yang seimbang untukku"
"libidomu memang tinggi"
"bukan hanya karena itu, tapi.
"aku menjeda ucapan, ku tatap lama-lamat wajah Kevin yang masih penuh dengan keringat. Kuusap pelan menggunakan tangan, kemudian jemariku menelusuri Luwuk wajah miliknya.
"tapi apa?"
"aku melakukan semua ini dengan penuh perasaan yang bahagia, aku mencintaimu mas!"
"bagus, i like it"
saat aku hendak memulai permainan lagi, suara decingan jam dinding membuat Kevin bangkit.
"sudah jam 03.00 sore segeralah pulang!"
"kenapa memangnya mas? ini masih siang kan?"
"bukankah kau mau menengok anakmu yang masih di rumah sakit?"
"sudahlah ada ayahnya ini, lagian biaya pengobatan hijrah kan sudah kamu bayar!"
"apa? pekik Kevin.
Iya, padahal uang di ATM kamu juga masih banyak, tapi kamu sudah bayar duluan. makasih ya!"
Kevin kembali terlihat panik, secepat kilat ya kembali menggunakan pakaiannya, pun denganku.
"cepatlah pulang, sudah sore"ucapnya seraya mengalihkan perbincangan.
secepat kilat sikap Kevin selalu berubah drastis, kembali cuek dan dingin. sebenarnya ada apa dengan jam 03.00, kenapa setiap jam segitu, Kevin selalu memintaku untuk pergi dari rumahnya.
anak-anak jdnya ga terlantar
ya emang sih diposisi Fatma itu juga susah... tiba2 jadi istri dan ibu dari dua orang anak... masih kuliah lagi.. nggak nyari pembantu aja.
Budi juga nggak ngertiin istri kecilnya.
bisa2 depresi...
udah iklasin aja., kalau kamu tulus, insya Allah akan diberi ketenangan dan kebahagiaan walau tidak dengan Haris...
Thor bagus ceritanya.. tp perbaiki tulisannya sebelum di post, puyeng baca kalimatnya
kasihan anak2 jadi terlantar. jadi ibu tiri kayak gitu nggak mudah Lo... baru nikah, pingin seneng seneng ada anak... apa apa diribetin sama anak.
Dina juga kesalahan nya fatal banget 🤦.