DILARANG PLAGIASI! KARYA ORISINIL NURUL NUHANA.
Apa yang akan kalian lakukan jika menyadari kehidupan kalian dalam bahaya? Tentunya takut bukan?
Itulah yang saya alami, setelah secara tidak sengaja membantu membayarkan makanan seorang pria di sebuah Kafe. Sebuah kebaikan dan ketidaksengajaan yang membuat hidup saya masuk ke jurang kesengsaraan dan kriminalitas. Pria yang sempat saya tolong itu menjadi obsesi dan semua tindakannya untuk mendapatkan saya sudah sangat mengganggu ketenangan dan membahayakan.
Gilanya obsesi pria itu sampai memaksa saya untuk menikah dengannya. Saya yang ketakutan dan terancam, menerima pernikahan itu dengan terpaksa. Saya tetap saja tidak mencintai suami saya, walau perlakuannya seperti malaikat. Tapi suami saya juga bisa langsung berubah menjadi iblis jika saya memberontak.
"Kurang ajar! Kabur sejauh ini ternyata kamu ingin mengaborsi anak kita!" Hans membentak dan mencengkram dagu saya.
"Kamu tidak akan pernah bisa lari dari saya Mona!" ejeknya tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NURUL NUHANA., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENEMBAKAN DAN MEMBUNUH GEROMBOLAN MUSUH!
"Arh ...." Saya menjerit dan spontan berjongkok melindungi kepala setelah mendengar suara tembakan itu. Saat saya menoleh ke belakang, pria yang tertembak tadi sudah meringis kesakitan di atas tanah. Ia menjerit dan mengaduh seraya memegangi belikat kirinya.
Saya berdiri dan bersiap berlari. Namun, saat melangkahkan kaki dalam kepanikan dan rasa takut, pria ini menarik tangan kiri saya dan menahannya. Saya memberontak untuk melepaskan tangan saya dari cengkramannya. Tetapi, pria ini tetap memegang erat tangan saya. Pandangannya tetap menatap mereka, tidak menoleh ke arah saya sedikitpun sejak ia melepaskan tembakan itu.
Setelah tembakan itu, beberapa diantara mereka lari menyelamatkan diri. Namun, ada beberapa yang malah berlari membawa parang dan kayu mereka, seraya berteriak untuk menghabisi kami berdua.
"Kembalikan LONTE itu sekarang!" teriak pria yang sedang membawa parang.
DOOR!
Pria ini menembak pria yang berteriak itu. Saya tidak tahu bagian tubuh mana yang terkena tembakannya, karena mata rabun saya tidak bisa melihat dengan jelas. Tapi sepertinya itu mengenai betis kirinya, dan membuatnya terkapar seraya menjerit kesakitan. Pria itu juga berteriak memohon,"Ampun ... ampun ...."
"Siapa yang kamu bilang Lonte? Bangsat!" pria ini berteriak, urat leher dan wajahnya sangat terlihat menegang. Wajahnya benar-benar serius dan marah.
Tiba-tiba ada sebuah lampu menyorot dari belakang, saat saya menoleh ke belakang ternyata sebuah mobil sedan hitam. Pengemudinya turun dari mobil, mengenakan kemeja putih, celana hitam, terlihat sangat rapi. Namun, ia hanya berdiri di samping mobil, seraya melihat apa yang terjadi.
"Kenapa kamu menembak mereka!" teriak saya sudah menangis tak karuan.
"Lepaskan saya!" pinta saya.
"Dasar pria jahat!" bentak saya.
"Lepaskan saya!" Mohon saya. Saya sudah sangat ketakutan sekarang, pria ini membunuh manusia tepat di depan mata kepala saya sendiri. Saya harus menyelamatkan diri dan nyawa saya sekarang. Pria ini benar-benar kejam.
Namun, pria ini tetap tidak menghiraukan ucapan, jeritan dan tangisan saya. Bahkan ia malah menembak tiga pria lainnya yang masih berlari menghampiri kami.
DOOR!
DOOR!
DOOR!
"Arh ...," jerit saya.
"Lepaskan! Lepaskan saya!" Teriak saya sambil terus memberontak dan menarik-narik tangan saya. Tetapi, pria ini tetap semakin mencengkram erat tangan saya.
Tiga peluru itu berhasil melumpuhkan tiga pria lagi. Teman mereka yang lainnya sudah kabur meninggalkan lima temannya yang sudah terkapar.
"JANGAN!" teriak saya.
"Kenapa kamu membunuh mereka semua!" teriak saya.
"Jangan bunuh mereka!" bentak saya.
"DASAR PRIA KEJAM!" bentak saya memakinya.
"Kenapa kamu jahat!" Teriak saya terus memberontak dan mendorong-dorong badannya. Namun, ia tetap tak menoleh ke saya sedikitpun.
"DASAR PEMBUNUH!" Bentak saya memakinya.
Melihat darah yang bersimbah di atas tanah dari tubuh mereka berlima. Tubuh saya seketika lemas, hal ini membuat saya semakin trauma. Apalagi saya sangat takut terhadap darah, dan melihat pembunuhan di depan mata sangat membuat saya lemas. Belum hilang kejadian trauma yang dibuat oleh Riko, pria ini sudah menambah rasa ketakutan dan trauma baru. Dari mana mereka berdua mendapatkan pistol itu, kenapa mereka bisa memilikinya. Pria ini membuat saya semakin ketakutan dan semakin terbelenggu ke dalam rasa panik. Apalagi lima pria di depan saya terlihat sudah tak bergerak lagi.
Tiba-tiba, pandangan mata saya menghitam. Bahkan saya tidak lagi sanggup menahan keseimbangan tubuh, hingga membuatnya sempoyongan. Perlahan tapi pasti, tubuh saya tersungkur, dan saya tidak ingat apalagi yang terjadi.
Untung berhasil selamat.
Walau baju sudah compang-camping!
Tapi masa Mona mati?/Sob/
Makanya jangan banyak tingkah Hans!
Masuk ICU kan jadinya/Drowsy/
Riko siapa ini?/Scream/