Ayuna, seorang mahasiswi berparas cantik dengan segudang prestasi yang pastinya selalu menerima beasiswa setiap tahunnya, sekarang ia duduk di bangku kuliah semester 5 di usianya yang telah masuk 19 tahun. Cerita hidupnya memang selalu dipenuhi kejadian-kejadian di luar dugaannya, seperti menikah dengan salah satu most wanted di kampusnya, Aksara Pradikta.
Aksara, laki-laki yang dikenal dengan ketampanannya yang mempesona, ia adalah orang yang tertutup dan kadang arogan. Ia menikah dengan Yuna tentu bukan berdasarkan rasa cinta, melainkan karena suatu alasan yang dipaksakan untuk diterima oleh dirinya. Dan tentunya setiap pernikahan selalu memiliki jalan terjalnya sendiri, begitupun untuk Aksa dan Yuna. Permasalahan yang awalnya hanya datang dari sisi mereka berdua rupanya tak cukup, karena orang-orang di sekitar mereka hingga masa lalu mereka justru menjadi bagian dari jalan terjal yang harus mereka lewati. Apakah akan tetap bersama sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andi mutmainna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6>>
09: 30 PM.
Saat ini Yuna tengah menyiapkan teh untuk Saga. Ia yakin sebentar lagi kakaknya akan pulang. Setelah tehnya siap, Yuna memilih menunggu Saga sambil membaca novel romace yang ia pinjam dari Salsa kemarin.
Ceklek!
Pintu masuk terbuka, menandakan Saga yang telah pulang. Yuna langsung meletakkan novelnya dengan asal dan langsung berdiri menghampiri Saga yang baru datang.
"Aku udah buatin teh buat Kak Saga. Kakak duduk dulu, ya, Yuna ambilin tehnya," ucap Yuna seraya tersenyum. Ia hendak beranjak ke dapur tetapi Saga sudah lebih dulu menarik tangannya.
"Kenapa, Kak?" tanya Yuna menatap heran pada Saga.
"Kamu sayang Kakak, kan?" tanya Saga dengan tatapan penuh harap.
"I-iya, Yuna tentu sayang sama Kakak. Sayang banget!" balas Yuna dengan tatapan polosnya.
"Ikut Kakak, ya?" pinta Saga dengan lembut seraya mengusap pelan pipi adiknya itu.
"Ke mana?"
"Ikut aja, kamu mau kan bantu Kakak? Kamu mau kan lihat Kakak bahagia?!"
"Maksud Kak Saga apa? Tentu saja Yuna mau!" balas Yuna dengan mata yang berkaca-kaca, bagaimana mungkin ia tidak suka melihat kakaknya bahagia? Kakak satu-satunya ini adalah orang yang paling ia sayangi.
"Sekarang ikut Kakak mau, kan?"
"I-iya, Yuna mau." Saga langsung menarik tangan Yuna keluar rumah, hampir tengah malam tetapi Yuna tidak merasa takut karena ia pergi bersama Saga, kakaknya. Saga membawa Yuna masuk ke mobil yang tentu saja bukan milik mereka.
"Ini mobil siapa, Kak?" tanya Yuna ketika sudah duduk di samping Saga yang duduk di kursi kemudi.
"Punya temen, nanti di sana kamu diem aja, ya?" titah Saga lagi, kemudian menyalakan mesin mobilnya.
Tak butuh waktu lama, sampailah mereka di depan gedung hitam yang bertuliskan 'Star BAR'. Yuna menatap gedung itu ketakutan, entah apa alasan Saga membawanya ke sana.
"Ayo masuk!" Saga menarik tangan Yuna tetapi Yuna menahan badannya. Rasa ragu pada Kakanya mulai menyelimuti pikirannya.
"Kak, kenapa kita masuk ke sini? Kita mau ngapain?" tanya Yuna dengan tatapan khawatirnya.
"Kamu ikut Kakak aja. Inget, jangan ngomong apa pun!" peringat Saga lagi, kali ini nada bicaranya sedikit ditekan, tidak selembut sebelumnya.
Yuna terpaksa mengikuti permintaan Saga, ia melangkah masuk ke bar itu dengan langkah pelannya. Saking pelannya Saga kembali menarik tangannya agar lebih cepat dan berjalan sejajar dengannya.
Sampailah mereka di dalam bar, Yuna mengedarkan pandangannya melihat keramaian yang terpampang di depan matanya saat ini.
Yuna pun terus mengikuti langkah Saga hingga kakaknya itu berhenti di depan sebuah ruangan. Saga menyuruhnya menunggu dan Yuna langsung mengangguk mengerti. Ia kembali mengedarkan pandangannya, dan tiba-tiba tersentak kaget saat matanya bertemu dengan mata seseorang yang ia kenali.
Aksara Pradikta.
Cukup lama mereka bertatapan sampai akhirnya Yuna memutuskannya secara sepihak. Ia menunduk karena tidak ingin Aksa melihatnya dengan jelas. Yuna sadar Aksa mengenalinya, terbukti karena laki-laki itu masih menatapnya sampai detik ini.
Beberapa saat kemudian, Saga kembali keluar dari ruangan tadi, dia langsung menarik Yuna masuk ke ruangan itu. Kali ini Saga menariknya dengan kasar hingga tulang pergelangan tangan Yuna terasa ingin remuk. Di dalam ruangan sempit itu, Yuna tiba-tiba didorong oleh Saga hingga badannya terjatuh dengan posisi berlutut di hadapan orang yang kelihatannya berumur lebih dari empat puluh tahun itu. Jujur saja Yuna tak berani menatap wajah orang tua itu dengan jelas, dirinya sudah telanjur takut dan seluruh badannya sudah gemetar hebat.
"Ini yang Anda mau, silakan gunakan dengan baik. Saya akan menjemputnya kembali setelah tiga jam, dan saya harap Anda menepati janji Anda untuk menganggap utang saya telah lunas!" ucap Saga kemudian hendak keluar dari ruangan itu.
Napas Yuna serasa tercekik mendengar pernyataan Saga barusan.
Apa-apaan ini?! Kenapa jadi seperti ini? Apa dirinya dijadikan bayaran untuk utang laki-laki itu?
Belum sempat Saga keluar, Yuna sudah mengalungkan tangannya di kaki Saga, air matanya mengalir begitu deras. Berharap Kakaknya memberi belas kasih padanya.
"Jadi ini maksud Kakak baik sama aku?" tanya Yuna mendongak, menatap Saga.
Saga hanya diam, membuat Yuna semakin mengeraskan suara tangisannya.
"Jadi ini kebahagiaan Kakak? Ngelihat Yuna rusak?!" ringis Yuna makin sesak.
Saga masih tak bergeming, hingga kemudian ia mendorong tubuh Yuna menjauh dari kakinya.
"Lakukan tugasmu, Dek, kalau kamu masih ingin Kakak hidup! Layani Pak Bram," ujar Saga kemudian benar-benar keluar dari ruangan itu. Laki-laki itu bahkan tak menengok sekalipun saat meninggalkan adiknya sendirian di ruangan itu.
Yuna langsung meringkuk di lantai, menyembunyikan wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. Ia sama sekali tidak menyangka Saga akan menggunakannya sebagai alat untuk membayar utang lelaki itu.
"Sudahlah, berhenti menangis. Lebih baik kamu melayani saya malam ini, agar semuanya juga cepat berlalu. Saya tidak jahat kok," ujar Pak Bram.
Ia mulai mendekati Yuna hingga Yuna memilih menyeret tubuhnya untuk mundur. Pak Bram terus maju mendekati gadis itu hingga pergerakan Yuna terhenti saat punggungnya menabrak meja di ruangan itu.
Pak Bram mengulurkan tangannya pada Yuna, ia hendak mengusap kepala Yuna tetapi tentu saja Yuna langsung menghindar.
"Jangan menolak kalau kamu tidak ingin dikasari, Manis," ujar Pak Bram dengan lembut.
Yuna menggeleng, tidak menginginkan perlakuan apa pun dari Pak Bram.
Air mata gadis itu terus mengalir dengan deras. Pak Bram ingin menghapusnya, tetapi Yuna langsung menepis tangan lelaki setengah baya itu, hingga emosinya berada di puncak.
Plak!
Laki-laki tua itu menampar pipi putih Yuna hingga menjadi kemerahan. Tak sampai di situ, tangan kekarnya menyeret tubuh Yuna dengan kasar.
Yuna yang diseret paksa sempat melirik lampu ruangan di atas meja, dengan cepat satu tangannya meraih lampu itu. Dan di luar dugaan, ia melempar lampu itu hingga mengenai pelipis Pak Bram hingga berdarah.
Teriakan kesakitan Pak Bram menggema di ruangan itu, entah apa yang harus Yuna lakukan sekarang. Saga sudah tidak ada di sini, dan seharusnya ia juga keluar dari ruangan itu kalau ia mau selamat.
Melihat Pak Bram yang masih lengah, Yuna berlari ke pintu dan langsung keluar. Matanya dengan cepat mencari pintu keluar dari Bar ini, ia terus berlari lagi hingga tak sadar dirinya sudah berada di luar bar. Masalah tak sampai disitu, Yuna makin bingung melihat keadaan sekitarnya. Ia tidak tau harus berlari kemana lagi, jalanan dan tempat ini sangat asing baginya.
Bagaimana bisa dirinya kembali ke rumah sedangkan ia tidak tahu sekarang sedang berada dimana, belum lagi hp nya tidak sengaja tertinggal di rumah.
"Gimana ini! gue takut banget hiks..."
***
Jangan lupa like teman-teman🤍