[ARC 1] Demallus-Hellixios-Rivenzha
Seorang perempuan terbangun di dunia lain dengan tubuh orang asing. Tak cukup dengan tak mengingat kehidupannya di masa lalu, sejak ia datang ke dunia itu, situasinya kacau.
Di kehidupan itu, nyawanya juga akan hilang hanya dengan satu kata dari seorang raja atau kaisar.
Namun, ia menemukan berbagai hal luar biasa dalam perjalanan, seperti makhluk sihir, teman seperjalanan yang menarik, dan alasan sekecil apa pun untuk bertahan hidup.
Meski tak terlalu dihargai, ia juga tak begitu peduli. Tapi kegelapan tak diketahui perlahan memanggilnya. Seolah memaksa melukai orang-orang yang mulai ia anggap berharga.
"Jika Anda menimbulkan kekacauan dan pergi ke jalan kegelapan di masa depan. Apa Anda bersedia membunuh diri Anda sendiri?"
Akankah kematian menjadi satu-satunya hal yang menunggunya lagi?
Give Me a Clue: Why Should I Stay Alive?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6. Sihir Hitam
Sekarang, Kaltaz tampak tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Hanya beberapa orang yang tahu nama barusan, penjahat masa lalu, seribu tahunan yang lalu.
"Ke-kenapa? Kau mengenalnya?" Kaltaz memegang kedua lengan Nexa.
"Pemberontakan, penyerangan terhadap petinggi dan klan terhormat, 'Infinity', 'Kapital', 'Daffodil', 'Clawn', 'Higeryu', 'Zero', 'Shadow', 'Gilde—"
Penglihatan Nexa berkunang-kunang. Ia tak bisa mengartikan ekspresi Kaltaz, panik? Terkejut? Khawatir? Entahlah. Penglihatannya kabur, tubuhnya terasa dingin. Cairan merah kental keluar dari hidungnya dan menetes di punggung tangan dan baju yang ia pakai. Lalu, ia tak sadarkan diri.
Kaltaz melepas rantai sihir dan memberikan sihir cahaya penyembuh.
Damatriss muncul dengan teleportasi bersama Axena.
"Apa yang terjadi?" tanya Axena, sementara Kaltaz berhenti merapal mantra.
"Tubuhnya terasa lebih dingin. Dia tadi–" perkataan Kaltaz tertahan di tenggorokan seolah ia ragu menjelaskan. Lelaki itu menggeleng.
"Akan saya jelaskan nanti, tolong periksa kondisinya," ucap lelaki itu.
Axena merapal sihir sambil memeriksa kondisi Nexa. Damatriss dan Kaltaz memperhatikan. Setelah beberapa saat, ia berhenti merapal mantra.
"Tidak apa-apa, tubuhnya menolak tipe sihir cahaya tertentu, termasuk sihir penyembuh saya. Apa barusan Anda melakukan penyembuhan?"
"Iya, apakah ada masalah? Saya tidak merasakan sihir saya ditolak."
"Sepertinya sihir Anda cocok. Tapi ada yang perlu Anda ketahui, entah ini baik atau mungkin akan terdengar buruk, nona utusan agung bisa menyembuhkan tubuhnya sendiri, bahkan mungkin beregenerasi," ucap Axena sambil menatap Nexa yang terbaring dengan tatapan sulit diartikan.
"Beregenerasi? Itu artinya tubuhnya akan tumbuh kembali sendiri dan memulihkan diri tanpa menerima sihir atau ramuan?" kedua mata Damatriss melebar.
"Benar. Apalagi kecepatan penyembuhannya cukup bagus meski tak sadarkan diri. Berbeda dengan sebelumnya yang terlalu lambat."
"Mungkin karena rantai sihirnya dilepas?" ucap Kaltaz sambil menatap rantai sihir hitam yang sebelumnya membelenggu kaki Nexa.
"Sepertinya begitu. Kami menggunakan rantai sihir kegelapan menyadari aliran sihir aneh darinya. Karena sihir cahaya tipe tertentu tidak berpengaruh padanya dan tipe apa saja itu kami belum tahu, kami memutuskan memakai rantai sihir hitam yang berpengaruh pada semua jenis sihir. Gadis ini akan cukup lemah oleh rantai kegelapan sekecil apapun kekuatan rantai sihir itu," jelas Axena.
"Aliran sihirnya sihir kegelapan? Bukankah itu sangat aneh? Sihir yang bertolak belakang umumnya saling melemahkan. Jika ia menggunakan sihir kegelapan, bukankah sihir cahaya akan melemahkannya? Kenapa ia lemah dengan rantai sihir tipe kegelapan?" tanya Kaltaz.
Axena meraba keningnya. "Saya pernah membaca suatu artifak kuno. Sihir kegelapan dan sihir cahaya sudah pasti bertolak belakang, tapi sihir hitam yang dikategorikan pada sihir kegelapan, disebutkan memiliki pengecualian, mungkin inilah sihir itu. Banyak tipe sihir kegelapan yang disebutkan dalam artifak dan penelitian di antaranya penjelajah mimpi, necromancher, dark summoner, tapi sihir utusan agung mungkin kategori khusus lain yang belum sempat tercatat rinciannya, akan lebih buruk jika memang sihir ini baru saja lahir dari tubuhnya dan kita tidak memiliki pengetahuan tentang itu."
"Benar, itu aneh. Aliran sihir di tubuhnya juga sangat aneh seperti benang kusut dan tidak searah. Seperti berada di antara robekan dua dunia," kata Kaltaz.
"Apakah itu mungkin?" Damatriss menaikkan sebelah alisnya.
"Bukannya bahan rantai sihir kegelapan adalah hasil ekstrak batu yang berasal dari gerbang dunia lain ribuan tahun yang lalu?" kata Axena.
"Sepertinya ini ada hubungannya dengan insiden ribuan tahun lalu. Seseorang di balik nama 'Shadow'. Kalian ingat bagaimana Shadow dikalahkan?" ucap Kaltaz.
"Dipenggal dengan pedang khusus. Ia tak mati dengan kekuatan sihir cahaya ataupun sihir kegelapan sendiri. Ia seperti monster tipe undead, tapi sebenarnya juga tak jelas. Satu-satunya cara yang membuat ia mati adalah senjata dari material yang keluar dari gerbang dunia lain."
Mereka semua menatap Nexa yang masih belum sadarkan diri.
"Apa hubungannya dengan Shadow?"
"Saya rasa ini harus segera dilaporkan, kalian tetap berjaga di sini," ucap Axena.
Kalau diingat-ingat, Dulu Nexa pernah mencoba menulis sebuah cerita fantasi yang genrenya dicampur dengan horror. Itu adalah satu-satunya karya yang mungkin memiliki genre horror. Cerita yang dimulai setelah ia mengalami insomnia selama seminggu.
Juga cerita yang tak pernah ia lanjutkan lagi dan terkubur dalam draft. Hanya baru beberapa garis besar dan poin yang dituliskan. Judul, blurb sementara, tempat, beberapa tokoh, pahlawan, dan klan yang terlibat, lalu seseorang yang dianggap penjahat dan buronan dengan kekuatan luar biasa. Seorang anti hero yang membawahi ribuan roh pendendam, dan kemudian mati di tangan sahabatnya sendiri.
Tidak ada perkembangan penulisan dari cerita itu, bahkan ia tidak sampai menulis bab satu. Karena setelah ia berhasil tertidur, ia bermimpi buruk tentang masa kecilnya lagi, dikunci di toilet sekolah dasar sampai pagi.
Sunyi, hawa yang dingin, suara-suara yang entah muncul darimana, lampu berkedip beberapa kali. Kesunyian yang seolah menelannya dan mau ia terjaga ataupun memejamkan mata, ia akan membayangkan sosok-sosok menakutkan. Kenangan yang paling membekas yang membuatnya pindah sekolah. Seharusnya jika ada seseorang yang mungkin lebih peduli padanya, gadis kecil itu tak akan mengalami ketakutan selama semalaman itu, jika saja orangtuanya tidak meninggal dalam kecelakaan, jika saja ...., jika ia mengikuti mereka dan mati, ia tak akan mengalami banyak penderitaan.
Benar, ia selalu berharap, bahwa ia memiliki umur yang pendek dan segera mati saja.
Malam itu hujan badai di luar, ia sedang menulis di depan laptop. Lampu padam ..., suara langkah kaki, bayangan seseorang, rasa sakit di punggung, lalu kepala, cairan merah kental yang amis mengalir di laptopnya.
Sakit ...
Sangat sakit ...
Inilah kematian itu? Kematian yang ia dambakan.
"Huffhh!"
Nexa membuka mata, ia langsung terbangun dengan napas yang tak beraturan. Perempuan itu berkeringat cukup banyak. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan tubuhnya gemetar. Bahkan tanpa sadar, cairan hangat keluar dari matanya.
"Akhirnya Anda sadar."
Suara itu dapat terdengar oleh Nexa meski samar. Ah ... ini masih dunia itu, sekarang ia ingat, ini mungkin adalah bagian dunia dari cerita yang tak pernah ia lanjutkan.
Mimpi buruk, atau lebih tepatnya kenangan buruk itu menghantuinya, namun tak disangka menjadi ingatan yang paling jelas dan memberikan petunjuk di atas semua. Ternyata jika melihat kenangan itu, hidupnya lebih menyedihkan dari yang ia bayangkan. Nexa menyeka air matanya.
"Apa ..., apa yang terjadi?" tanyanya setelah berusaha mengontrol kesadaran dan melihat ke sekeliling.
Tapi ruangan ini berbeda, langit-langit yang ia lihat tidak sama. Lalu, perlahan perempuan itu membangunkan diri setelah sebelumnya terbaring di lantai beralaskan sebuah kain tipis.
"Kami memindahkan Anda," seseorang berbicara seolah bisa membaca pikiran Nexa. Ia adalah ..., seorang nenek tua yang tak Nexa kenali.
salut sihhhh...🤩