Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Pernikahan.
HAPPY READING...
***
Tak berselang lama sejak semua orang setuju untuk menikahkan Mika dan Rehan. pada akhirnya hari itu tiba juga. karena permintaan Mika yang tidak ingin pernikahan ini di gelar mewah dan diketahui banyak orang, juga dengan persiapan yang begitu mendadak juga membuat kedua keluarga sepakat untuk menikahkan Mika dan Rehan secara diam-diam dan tertutup.
Media tak satupun yang mendengar berita itu. yang tentu saja jika di liput mendapatkan begitu banyak keuntungan. tapi semua bisa teratasi bahkan sampai tak tercium oleh siapapun.
Kesehatan Kakek juga menjadi alasan lain kenapa pernikahan ini dipercepat. karena beliau terus saja mendesak dengan alasan umurnya yang tak lagi panjang.
tapi anehnya, sepanjang acara sakral itu Kakek menjadi satu-satunya orang yang paling bersemangat.
bahkan saat ditanya, "Aku masih bisa hidup 50 tahun lagi..." begitu jawaban Kakek.
Mika.
gadis itu terlihat cantik dengan balutan kebaya berwarna putih. terlihat anggun dan menawan. walaupun seringkali protes tentang penampilannya yang katanya terlalu berlebihan itu.
Beberapa menit yang lalu, pria yang tak lain adalah sepupunya itu telah mengikrarkan sebuah janji. membuat mereka terikat dalam sebuah ikatan pernikahan.
Baik Rehan dan Mika telah resmi sebagai pasangan suami istri sekarang.
"Selamat Rey, selamat Mika..." ucap Mama Reta paling terlihat bahagia diantara yang lain. sedangkan beda lagi dari besannya, Ibu Widya.
wanita itu terus saja menyeka air matanya. sedih juga tak tau harus melakukan apa setelah ini. melihat putri satu-satunya menjadi pengantin di usianya yang masih muda. bahkan Mika belum lulus kuliah.
"Sudahlah... ini semua juga pilihan terbaik untuk anak-anak kita..." ucap Ayah Adam, suaminya.
"Tapi suamiku, putri kita masih kecil...".
Memang sebesar apapun kita, kita akan dianggap anak kecil oleh orang tua kita bukan? seperti itu juga sosok Mika di mata orang tuanya.
gadis kecil yang selalu ingin mereka lindungi.
"Kita akan terus menjaganya..." jawab Ayah Adam. membujuk sang istri untuk tetap tenang dan tak perlu mengkhawatirkan apapun. karena walaupun Mika dan Rehan sudha menikah, tapi tetap saja mereka butuh pengawasan orang tua. karena tak ada yang sempurna untuk pasangan pengantin baru itu.
mereka juga butuh bimbingan darinya. apalagi yang terjadi pada Mika dan Rehan ini berbeda ada di pasangan pengantin lainnya.
"Papa harus menepati janji!" ucap Rehan mengingatkan apa yang mereka bicarakan bersama Papanya kemarin malam.
Papa Bima tersenyum.
"Apa Papa pernah berbohong padamu?". Papa Bima memperlihatkan sebuah kunci ke hadapan Rehan.
membuat Rehan tersenyum karena ucapan orang tuanya bisa di percaya.
Rehan mengambil kunci itu. kunci yang disinyalir sebagai kunci sebuah rumah.
Apakah mereka akan tinggal terpisah dari orang tua?
tentu saja. itu juga yang menjadi syarat Rehan pada orang tuanya sebelum menyetujui pernikahan ini. tinggal terpisah dengan orang tuanya.
"Apa kalian akan tinggal terpisah saat ini juga?" tanya Mama Reta. beliau mengira kalau Rehan dan Mika pindah beberap hari lagi. lebih tepatnya bukan saat ini juga.
"Kami butuh waktu berdua saja dan saling mengenal, Ma..." ucap Rehan beralasan.
Ck... mengenal apanya...
Menatap Mika dan saling melotot dengan pemikiran masing-masing.
sebenarnya disini hanya Rehan saja yang menginginkan tinggal terpisah. sedangkan Mika tentu saja ingin tetap tinggal bersama orang tuanya. apalagi Mika adalah anak yang manja yang apa-apa selalu dibantu oleh orang lain. sedangkan untuk tinggal terpisah tentu saja hal baru baginya. Mika juga menduga akan sulit nanti.
"Pelayan akan datang dan membersihkan rumah kalian dua hari sekali..." ucap Mama Reta menjelaskan.
Sedangkan reaksi Rehan dan Mika pun sama, mereka hanya mengangguk saja.
"Ibu akan sering-sering mengunjungi kalian, membawakan makanan untuk kalian nanti..." ucap Ibu Widya menambahi. khawatir karena selama ini putrinya tak pernah menginjakkan kaki ke dapur sekalipun. bagaimana setelah ini jika putrinya tinggal terpisah? apakah bisa bertahan nanti.
"Jangan khawatir Wid, sekarang cari makanan kan mudah.. tinggal pesan langsung sampai..." timpal Reta.
Papa Bima juga mengangguk setuju.
"Sudah selesai kan?" sela Rehan. mendengarkan celoteh orang tuanya benar-benar melelahkan. Rehan juga mengantuk karena semalaman tak bisa tidur.
ingin rasanya segera pulang dan beristirahat.
"Kalian pulang bersama supir bukan?" tanya Papa Bima. tak mungkin juga membiarkan pengantin baru itu pulang dengan mengendarai mobil sendirian.
"Rehan bisa sendiri, Pa..." tolak Rehan masih tetap pada pendiriannya.
Berbeda dengan pembicaraan para pria. Mika mengikuti langkah Ibunya dan juga Mama Reta ke tempat lain yang sedikit menjauh dari Rehan.
"Sayang... ingat pesan Mama..." ucap Ibu Widya mengingatkan.
"Iya Ma..." jawab Mika. menjadi pengantin baru, Mika sudah di bekali oleh beberapa nasehat dari Ibu dan juga Mama Reta. tentang bagaimana menjaga dirinya dari Rehan. bukan karena apa, hanya saja menciptakan sebuah hubungan lebih baik untuk saat ini dibandingkan dengan hal lain. karena mereka belum ada perasaan satu sama lain.
"Pastikan untuk mengunci pintu kamar sebelum tidur..." tambah Mama Reta.
"Iya Tante.. Eh, Ma..." Mika nyengir karena masih tak terbiasa memanggil tantenya itu dengan panggilan baru.
karena sekarang Beliau adalah Mama mertuanya.
"Baiklah, Ibu percaya padamu..." ucap Ibu Widya.
Sedangkan di pihak Rehan bersama Papa Bima dan Ayah Adam juga sama. mereka tentu saja memberi nasehat untuk Rey setelah ini.
"Jaga Mika, Rey..." ucap Papa Bima. karena sekarang tanggung jawab Mika ada di putranya itu. kebahagiaan Mika adalah tanggung jawab suaminya. bukan lagi Ayah ataupun Papa Bima.
sekarang Rehan harus benar-benar menjaga Mika dalam berbagai hal.
"Iya-iya Pa..." jawab Rehan.
walaupun dalam hatinya sedikit protes. Mika bukan lagi anak kecil yang harus dijaga 24 jam.
"Dan ingat satu hal!" ucap Papa Bima terdengar serius.
"Jangan seenaknya pada Mika, dia juga putri Papa... awas kalau kau macam-macam padanya..." ucap Papa Bima.
"Kalau untuk itu, Rey tidak bisa janji... Karena itu kan tujuan kalian menikahkan kami... jadi terserah Rey dong, Pa..." jawab Rey asal. membuat Papa Bima sedikit menonyor bahu putranya itu.
Aw...
"Rey, Mika itu masih kuliah... dia harus menyelesaikan kuliahnya juga..." ucap Papa Bima kembali mengingatkan. setidaknya jangan sekarang. tunggu sampai Mika lulus atau hubungan mereka sedikit membaik. Ya.. kalau bisa melakukan hal itu atas dasar cinta, begitu pikir Papa Bima.
"Kalau sampai Mika mengadu pada Adam tentang kelakuan mu, Papa akan benar-benar bersikap tegas..." ancamnya.
Lihatlah... mereka yang semangat dengan hubungan ini, mereka juga yang khawatir...
"Jangan macam-macam... mengerti?" ulang Papa Bima. sedangkan Ayah Adam hanya tersenyum saja. tak tau harus mengatakan apa. karena ucapan dari Kakaknya sudha mewakili isi hati dari Ayah Adam sendiri.
"Aghh... palingan juga satu macam saja..." gumam Rehan pelan. tapi masih di dengar semua orang.
termasuk dengan Mika dan 2 Ibu di sampingnya.
Ibuu... begitu sorot mata Mika bicara.
"Jangan aneh-aneh Rey!" ucap Mama Reta ikut menasehati putranya.
"Kami pulang dulu..." ucap Rehan. bersalaman pada 2 orang tuanya secara bergantian. juga dengan Mika.
"Supir akan mengantarkan koper kalian nanti..." ucap Ayah Adam.
"Iya Yah..." jawab Mika dan Rehan bersamaan.
Dan pada akhirnya pengantin baru itu benar-benar meninggalkan tempat itu tanpa menggunakan supir untuk menyetir kendaraan mereka.
"Aku benar-benar khawatir pada mereka..." ucap Ibu Widya.
"Sudahlah Wid, jangan berpikir yang aneh-aneh..." tolak Mama Reta. merangkul besannya itu untuk lebih tenang dan tidak perlu khawatir.
***