Yuki berusia lima belas tahun, ketika Dia menemukan rahasia mengenai asal usul ibunya yang selama ini terpendam rapat di sebuah kamar tertutup yang ada dalam rumahnya. Namun yang tidak Dia sangka, rahasia itu merubah masa depan dan kehidupannya.
Pertemuan kembali dengan Ayahnya dan jati dirinya mulai terkuat seiring dengan rentetan bahaya dan kematian yang mengikuti langkahnya.
Saat akhirnya Yuki menemukan cinta dari seorang Bangsawan, akankah Yuki akan tetap mengikuti takdirnya ?. Bahkan ketika Dua orang Pangeran mulai membayangi hidupnya. Memaksa Yuki untuk menjadi milik Mereka. Sang Bulan di malam musim dingin, ataukah Sang Mentari pagi di musim semi ?
Ikutilah kisahnya dalam Morning Dew Series
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Yuki memincingkan mata, memandang Pria paruh baya didepannya agar dapat melihat dengan jelas. Meski rambutnya sudah memiliki uban, tapi Yuki masih bisa mengenali warna rambut dari Pria itu. Dia memiliki warna rambut coklat tanah sama seperti rambut Yuki. Kulit Pria itu berwarna kecoklatan karena terbakar matahari. Caranya bergerak dan kekikukannya mengingatkan Yuki pada dirinya sendiri.
Ada dirinya dalam diri Pria itu. Bukan, justru ada Pria itu dalam diri Yuki.
Perdana Menteri Olwrendho sangat berhati-hati ketika melihat ketakutan di mata Yuki. Dia tidak ingin membuat gadis itu tidak nyaman.
“Minumlah, ini akan menghilangkan rasa pusing dan sakit di tenggorokanmu” ujar Perdana Menteri Olwrendho lembut. Dia mengambil gelas perunggu yang diletakan Rena sebelumnya diatas nakas. Tabib Istana sangat yakin kondisi Yuki akan baik-baik saja. Tapi Perdana Menteri Olwrendho tidak mau mengambil resiko apapun. Dia berharap Yuki mau meminum minuman yang telah diracik Pendeta Serfa sebelumnya untuk membantu menghilangkan pusing dan sakit pada tenggorokan Yuki.
Yuki tidak langsung menerima gelas itu, matanya masih menatap penuh kewaspadaan. Yuki melirik kedalam gelas untuk melihat isi gelas yang disodorkan kedekatnya. Yuki memang butuh untuk minum. Tenggorokannya terasa kering dan sakit seperti terbakar. Tapi, Dia juga harus berhati-hati karena Dia belum tahu saat ini Dia berada di mana dan Dia belum mengetahui siapa Pria didepannya ini.
“Aku tidak akan menyakitimu Yuki” ujar Perdana Menteri Olwrendho lebih tegas ketika melihat keraguan di mata Yuki.
Yuki masih menunjukan sikap waspada. Tapi setelah seperkian detik berpikir, akhirnya Dia mau menerima gelas yang disodorkan padanya.
Yuki menunduk untuk memeriksa lebih dekat isi dalam gelas dan diam-diam mencium baunya.
Tidak ada bau dan tidak berwarna. Hanya air putih biasa.
Perdana Menteri Olwrendho tahu Yuki sedang memeriksa minumannya. Dia memutuskan untuk menunggu. Akan lebih baik jika membiarkan Yuki meminumnya sendiri daripada harus memaksanya. Dia akan semakin ketakutan nanti.
Akhirnya setelah menimbang, Yuki merasa Pria didepannya tidak berniat jahat. Yuki memutuskan untuk mempercayai Pria itu. Dia perlahan mendekatkan gelas ke bibir dan langsung meminum semuanya sampai habis tidak bersisa.
Ada rasa manis menyebar di mulutnya. Tenggorokannya yang tadinya seperti penuh dengan bola duri menjadi lega. Rasa pusing dikepalanya perlahan menghilang.
“Bagaimana, apakah sudah jauh lebih baik sekarang ?” Tanya Perdana Menteri Olwrendho lembut. Dia terus memperhatikan Yuki, Rasanya Dia belum percaya jika pada akhirnya gadis itu ada didepannya.
Wajah Yuki kembali berseri. Pipinya bersemu kemerahan dan sangat cantik. Yuki tersenyum tulus. “Terimakasih, Aku sudah lebih sehat daripada sebelumnya. Minuman apa ini ?”
Melihat ekpresi Yuki, Perdana Menteri Olwrendho merasa lega. Dia membungkukan badan membantu Yuki duduk bersandar. Menumpukan bantal ke belakang punggung Yuki.
“Itu adalah ramuan obat yang dibuat khusus oleh Pendeta Kerajaan”
Setelah memastikan Yuki duduk nyaman. Perdana Menteri Olwrendho menarik kursi lebih dekat. Keduanya terdiam beberapa saat dengan pikirannya sendiri.
“Dimana Aku ?” Tanya Yuki setelah hening beberapa saat. Setelah pusingnya mereda. Yuki menjadi lebih fokus daripada sebelumnya. Dia memperhatikan ruangan tempatnya sekarang dengan penuh tanda tanya. Yuki hanya ingat, sebelumnya ketika Dia dan Bibi Sheira sedang berdebat, seorang Pria berusia sekitar 25-30 tahun muncul tiba-tiba dibelakangnya dan kemudian menarik Yuki kedalam pusaran mirip blackhole berwarna putih.
Setelah itu Dia tidak sadarkan diri.
“Jangan khawatir, sekarang Kau sudah berada di tempat aman” Perdana Menteri Olwrendho memajukan kursinya lebih dekat. “Ini adalah rumahmu”
Yuki mengedarkan pandangan lagi kesekelilingnya dengan perasaan canggung.
“Kamar ini dan semua yang ada didalamnya adalah milikmu. Jika ada yang tidak Kau sukai katakan saja. Aku akan mengubahnya untukmu” ujar Perdana Menteri Olwrendho lagi.
Yuki menatap Perdana Menteri Olwrendho terkejut. Dia tidak perduli dengan semua barang dari Perdana Menteri Olwrendho yang di klaim sebagai milik Yuki. Yuki terdiam cukup lama. Bibirnya terasa kelu. Dia tidak merasakan sakit pada tenggorokannya seperti tadi tapi, perasaannya tidak menentu sekarang. Membuatnya terasa seperti ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya.
Perdana Menteri Olwrendho menyadari situasi yang ada. Dari ekpresi Yuki, Dia tahu bahwa inilah saatnya berbicara serius dengan Yuki.
Dia menunggu beberapa saat dengan tenang sampai Yuki siap.
Tapi ketika Yuki tidak kunjung bertanya, Dia menjadi tidak sabar. Digenggamnya kedua tangan Yuki dengan lembut. Memberinya dorongan untuk mengeluarkan isi hatinya. “Tanyakan Yuki” pinta Perdana Menteri Olwrendho akhirnya.
Ketika mendengar permintaan Perdana Menteri Olwrendho, bulu mata Yuki bergetar sedikit. Ada sedikit emosi didalam dirinya yang siap keluar kapanpun juga. Yuki berusaha sekuat tenaga untuk menahannya tapi tidak berhasil.
“Apa…apakah Kau….” Yuki menggigit bibirnya sebentar. Tidak sanggup berkata apapun. Ada sedikit keraguan. Tapi Dia sadar inilah saatnya menanyakan semua pertanyaan yang menggangunya selama ini. Meski Bibi Sheira sudah menceritakan pada Yuki. Tapi Yuki ingin bertanya langsung untuk memastikan sendiri. “Apa Kau Ayahku ?”
Rasanya butuh keberanian besar bagi Yuki untuk menanyakannya.
Perdana Menteri Olwrendho tidak menjawab. Dia justru menarik Yuki kepelukannya. Sesuatu yang sangat ingin dilakukannya semenjak Yuki pertama kali berada dalam gendongannya tadi.
“Putriku…putri kecilku” Bisik Perdana Menteri Olwrendho di telinga Yuki. Bahunya bergetar menahan haru.
Air mata menetes, mengalir di kedua pipi Yuki. Dia merasakan kesedihan dan kegembiraan secara bersamaan. Dia masih tidak percaya. Pada akhirnya Dia mengetahui dan bertemu Ayahnya.
Yuki sudah sering membohongi dirinya sendiri. Dia bersikap tidak mau ambil pusing dengan sosok Ayahnya. Semua Dia lakukan karena tidak ingin membuat Ibunya sedih jika Yuki menanyakan masalah Ayahnya. Yuki tidak pernah melihat foto Ayahnya. Ibunya memang mengatakan bahwa Dia tidak memiliki foto Ayahnya sama sekali. Dulu Yuki sempat mencurigai Ibunya telah berbohong mengenai foto Ayahnya, Sekarang Yuki mempercayai ucapan Ibunya itu. Ibunya dibuang oleh kerajaan ke dimensi lain dengan status sebagai tersangka. Yuki juga tidak tahu apakah di dunia ini ada kamera atau sejenisnya. Dan lagi jikapun ada, Ibunya yang saat itu dalam penahanan belum tentu juga diizinkan untuk membawa barang pribadinya apalagi foto Ayahnya.
Dia merasa bersalah telah mencurigai Ibunya.
Yuki tumbuh dan besar hanya dirawat oleh Ibu dan Bibi Sheira. Dia sebenarnya sangat merindukan sosok seorang Ayah. Tapi Yuki menahan dirinya karena Dia tahu ibunya akan bersedih ketika Yuki membahas Ayahnya.
Yuki memang sangat senang ketika pada akhirnya Dia mendapatkan figur seorang Ayah ketika Bibi Sheira membawa Phil ke rumahnya dan memperkenalkan sebagai pacarnya. Namun tetap saja, Phil tidak akan pernah mengantikan kekosongan hati Yuki akan sosok ayah kandungnya. Keberadaan Phil hanya dapat mengurangi kerinduan Yuki akan Ayahnya, tidak benar-benar menyembuhkannya.
Yuki membalas pelukan Perdana Menteri Olwrendho. Kebahagiaan menyelimutinya. Yuki sangat bersyukur Dia masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan Ayah kandungnya.
Ayah kandungnya masih hidup. Tidak mati seperti yang disangka selama ini.
Ayah dan anak itu melepaskan kerinduannya selama beberapa saat sampai Perdana Menteri Olwrendho melepaskan pelukannya. Dia mengusap air mata yang masih mengalir di pipi Yuki. Yuki mengerjap dengan malu.
Yuki menyibakkan rambutnya yang melengket diwajahnya untuk melihat lebih jelas sosok Ayahnya. Meski sudah tua, sisa ketampanan di masa mudanya masih terlihat. Jika Yuki tebak, usia Ayahnya saat ini antara 50 tahunan. Untuk pastinya Dia akan mencari tahu nanti.
Perdana Menteri Olwrendho memiliki postur yang tegap dan terawat meskipun usianya sudah tidak lagi muda. Raut wajahnya memperlihatkan dengan jelas seberapa berat beban dan tanggung jawab yang dipikulnya. Ketika melihat Ayahnya, Yuki jadi paham kenapa Ibunya bisa jatuh cinta dan memilih setia dengan Pria didepannya.
Setelah masing-masing sudah cukup tenang. Yuki menundukkan kepala, Dia tidak berani untuk melihat Perdana Menteri Olwrendho. Kedua tangannya tertaut di dada. “Ayah apakah aku akan tinggal disini ?” Kata Yuki dengan nada yang cukup berhati-hati. Yuki tidak berani memandang wajah Ayahnya. Perdana Menteri Olwrendho menatap Yuki tidak mengerti.
“Tentu saja Kau akan tinggal disini” jawab Perdana Menteri Olwrendho.
Yuki semakin menundukkan kepala mendengar jawaban dari Perdana Menteri Olwrendho.
“Tidak…tidak bisakah Aku kembali keduniaku sana”
Perdana Menteri Olwrendho mematung. Dia sudah memperhitungkan ada kemungkinan Yuki akan menolak kembali ke dunia asalnya dan memilih dunia tempat Dia dibesarkan. Perdana Menteri Olwrendho sudah mempersiapkan dirinya untuk mendengar penolakan anak gadisnya itu. Tapi tetap saja, saat itu terjadi Dia merasa sakit hati.
Perdana Menteri Olwrendho bukannya tidak paham, Dia sadar bahwa semenjak lahir Yuki sudah hidup dan terbiasa dengan dunianya. Dia mempunyai kehidupan dan lingkungan sosialnya sendiri.
Sebenarnya Raja sudah memberikan pilihan kepada Perdana Menteri Olwrendho ketika keputusan pengadilan yang membebaskan Putri Ransah, istrinya dan juga Ibu dari Yuki itu keluar. Raja memberi kebebasan kepada Perdana Menteri Olwrendho untuk memilih apakah membiarkan Putrinya tetap tinggal didunia itu atau membawa Putrinya kembali ke dunia asalnya.
Dan setelah berpikir matang, Dia memilih pilihan kedua.
Perdana Menteri Olwrendho bisa saja memilih untuk membiarkan Yuki tinggal didunianya sana dan menjalani kehidupannya yang normal. Dia tahu ada Sheira dan suaminya yang menjaga Yuki. Tapi ego dalam dirinya menolak semua itu. Dia tahu dirinya sudah cukup tua sekarang. Tidak tahu kapan kematian akan menjemputnya. Perdana Menteri Olwrendho tidak mau hidup dalam penyesalan karena tidak sempat memperkenalkan dirinya secara langsung pada Putrinya dan merawat gadis itu sendiri.
Dia sudah satu kali membuat kesalahan, jadi Dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dengan anak gadisnya. Jadi Dia memutuskan dengan mantap untuk menjemput Yuki pulang kedunia asalnya.