Artara terpisah dari teman-temannya saat satu kelas terpanggil ke dunia lain.
Disaat semua orang terpanggil di sebuah kerajaan, hanya Artara yang terpanggil ke sebuah pulau aneh.
The Island Of Dark Forest, pulau yang dipenuhi monster-monster mengerikan bersemayam.
Artara bertahan hidup di pulau yang mengerikan itu, tapi dia tidak usah khawatir tentang kematian, berkat job Immortal yang dia miliki.
Walaupun begitu, dia mengalami kematian yang terus berulang, dan di setiap kematiannya, dia akan naik level. meski harus menahan sakit dari kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spiral King, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latihan Para Pahlawan II
Pintu setinggi tiga meter menjadi tanda sebagai ruang bos.
Danu membuka tanpa ragu, lalu masuk dengan santai sambil diikuti teman-temannya.
Alex masih mengawasi dari belakang dengan waspada, karena dia tau jika ruang bos tidak seperti ruangan sebelumnya, yang mudah untuk ditaklukkan. Party Danu akan sulit untuk mencapai kemenangan.
Didalam ruang bos sebuah bangku besar yang terbuat dari tanah terletak di tengah-tengah ruangan. Belum ada monster yang muncul, monster hanya akan muncul jika ada yang memasuki wilayah jangkauan mereka.
Danu melangkah lebih dekat.
Lingkaran bercahaya muncul, pertanda jika monster akan terpanggil, jumlahnya ada lebih dari sepuluh.
Muncul monster dari lingkaran, tubuh mereka merah menyala dengan dua tanduk di kepalanya, tingginya dua setengah meter dan disenjatai dengan pemukul kayu sebesar tangan mereka.
Wajah Alex seketika panik, matanya menganga lebar. Terkejut."Apa yang terjadi."ucapnya setelahnya.
"Ada apa?"tanya Arya bingung.
"Mereka bukan bos dungeon! Seharusnya yang muncul adalah goblin mage, tapi mengapa para Ogre dari dungeon biru yang mungkin? Terlebih jumlah mereka belasan, kita tidak mampu untuk melawan mereka."ucap Alex panjang lebar dengan keringat di pelipisnya.
"Kita harus pergi dari sini."lanjutnya berteriak.
"Apa yang kau bicarakan, ogre? Bukannya ini dungeon goblin?"tanya Danu ikut panik.
"Kemungkinan dungeon berubah menjadi biru, ini sangat jarang terjadi, kita harus secepatnya keluar!"
"Kalian pergilah sementara aku menahan mereka!"lanjut Alex mengambil perisai di punggungnya seraya memasang kuda-kuda.
Dalam kepanikan itu Danu beserta temannya lari menuju pintu. Alex menahan para ogre, mengulur waktu untuk mereka bisa lari.
Namun hal itu tidak berlangsung baik, satu ogre menyadarinya dan melompat tepat di depan pintu, menghadang dengan wajah menyeramkan.
Danu yang sedari awal percaya diri menjadi ciut, wajahnya penuh dengan rasa takut, keringat bercucuran melewati dahinya. Temannya yang lain juga merasa hal yang sama.
Bruuuk!
Ogre dengan pemukulnya menyerang. Tara mencoba menahan serangan, namun hal itu sia-sia. Dia terpental hingga menabrak dinding dungeon.
"Tara!"teriak Dio gemetar.
Meski Danu dalam keadaan takut, tangannya tidak bisa berhenti bergetar, dia tetap mencoba melawan. Di ikuti oleh Arya dengan tombaknya.
Tebasan pedang mengenai tubuh ogre, dan tusukan tombak tepat menusuk lengan ogre.
"Rasain tuh!"ucap Danu.
Walaupun serangan mereka tepat mengenai ogre, sedikit goresan pun tidak tercipta. Kulit ogre sangat kuat, kekuatan mereka masih kurang karena level yang rendah.
Danu dan Arya kini berada di jangkauan serang ogre, sekali lagi dia mengayun pemukulnya. Itu tepat mengenai Arya, dan menggunakan pukulan pada Danu. Keduanya menerima serangan yang kuat hingga membuat mereka terpental jauh.
"Danu, Arya, kalian gak apa-apa?"tanya Rina berlari mendekati mereka. Wajahnya ketakutan dan kaki gemetar, berdiri pun sulit, air matanya hampir menetes karena ketakutan.
Di luar gerbang dungeon.
Duon dan Margaretha panik tidak karuan, sudah lebih setengah jam party Danu tidak keluar, di tambah permata yang ada di gerbang dungeon berubah menjadi biru.
Duon mengambil pedangnya. Bersiap untuk masuk.
"Sepertinya ada yang tidak beres, permata di gerbang berubah biru. Aku tidak berpikir jika ini bisa terjadi saat kita melakukan pelatihan. Ada kemungkinan jika dungeon mengalami peningkatan."bisik Duon pada Margaretha.
Margaretha juga bersiap dengan perlengkapannya.
"Aku juga tidak berpikir peningkatan dungeon akan terjadi saat mereka masih di dalam."balas Margaretha.
Bisik-bisik keduanya terdengar oleh Elrick yang sedang pemanasan tidak jauh dari mereka.
"Apa ada sesuatu yang salah?"tanya Elrick pada Duon.
"Kami hanya berpikir jika ada sesuatu yang terjadi, jadi kami mau memeriksa ke dalam."balas Duon mencoba santai.
"Terjadi sesuatu? Apa sesuatu yang berbahaya? Jika itu berbahaya, aku ikut. Jika hal bahaya terjadi, aku tidak bisa tinggal diam! Teman-teman ku masih ada di dalam."ucap Elrick tegas penuh keyakinan.
"Nama mu Elrick dan job mu Holy Swordman kan?"
"Iya! Aku juga sudah mempelajari beberapa gerakan dasar dalam ilmu pedang dan sedikit mahir dalam sihir penyembuhan. Jadi kalian tidak usah khawatir, aku tidak akan menjadi beban!"
"Kalau begitu persiapan dirimu, dan gunakan perlengkapan! Kita akan masuk ke dalam."
Persiapan selesai.
Tiga orang itu pergi memasuki dungeon, dengan mengatakan pada para pahlawan jika mereka hanya akan memeriksa. Jika mengatakan yang sebenarnya, Duon takut itu akan membuat mereka khawatir.
Di ruangan pertama tidak ada apapun, semuanya kosong berkat party Danu sebelumnya.
Ruangan kedua juga demikian, hingga menuju ruang bos, mereka tidak mendapati adanya monster.
Pintu bos dungeon tertutup.
Duon membuka secara perlahan lalu masuk, dirinya dibuat terkejut setelah melihat para pahlawan yang sudah terkapar tidak berdaya, tubuh mereka penuh luka, untungnya mereka tidak meregang nyawa.
Alex sendiri masih bertahan dengan tubuh penuh luka, dia masih berusaha untuk melindungi party Danu sekuat tenaga.
"Kau bisa menggunakan sihir penyembuh kan? Cepat sembuhkan teman-teman mu."ucap Duon pada Elrick. Elrick langsung berlari.
"Fokus dalam menyembuhkan, sementara aku akan melawan para ogre! Margaretha, kau juga bantu aku!"lanjutnya menarik pedang dari sabuk.
"Kau akhirnya datang juga, aku sudah tidak sanggup lagi."ucap Alex terbata-bata. Dia terjatuh tidak berdaya.
"Biar kami yang mengurus semuanya dari sekarang."
"Earthquake!"
Duon menancapkan pedangnya ke tanah.
Bukan sihir tanah, namun dapat membuat tanah retak. Beberapa ogre kehilangan keseimbangan, Duon menggunakan kesempatan itu untuk menyerang.
Duon menerjang dengan cara melompat."Sword Aura!"
Pedang Duon kini diselimuti oleh aura ungu, dia menebasnya tepat pada leher ogre, lehernya terpenggal.
Beberapa ogre dikalahkan dalam beberapa kali serangan, ditambah dengan bantuan sihir Margaretha, itu menambahkan peluang kemenangan.
Bukan berarti hal itu akan berjalan dengan lancar.
Satu ogre berhasil melewati mereka, sangat jelas tujuannya adalah Elrick yang menurutnya lebih lemah.
Ogre mengangkat pemukulnya, dia mau memukul Elrick dihadapannya.
"Elrick, menyingkir!"teriak Duon.
Itu tidak sempat! Pukulan ogre melibas bagai angin.
Namun Elrick ternyata mampu menahannya, meski kakinya gemetar.
"Sword Aura!"teriak Elrick. Sambil mementalkan pemukul ogre.
Tangan ogre terangkat ke atas dan senjatanya terlempar. Elrick lalu menebas tubuh ogre yang terbuka lebar tanpa perlindungan. Berkat sword aura, tebasan Elrick mampu menembus kulit ogre, walau levelnya rendah.
Ogre sudah selesai dikalahkan.
"Kerja bagus! Aku tidak menyangka kau bisa menang, juga kau ternyata sudah menguasai sword aura."
"Aku tidak bisa menggunakan sword aura, aku hanya meniru apa yang kau lakukan!"balas Elrick.
"Apa? Kau hanya meniru. Aku sedikit terkejut, tapi tidak jadi karena kau seorang pahlawan, jadi wajar!"ucap Duon meski masih bingung.
"Aku bahkan perlu dua tahun untuk mempelajarinya."gumam Duon dalam hati, dia sedikit merasa kesal.
Pertarungan mereka usai.
Semua orang selamat dan berhasil luar dari dungeon.
Para petualang tidak mengatakan pada para pahlawan tentang apa yang terjadi. Mereka hanya mengatakan jika latihan akan di tunda karena kendala. Duon juga menyuruh Elrick untuk merahasiakan tentang semua yang terjadi, dia takut jika mereka mengetahuinya, itu akan membuat mereka takut berhadapan dengan monster.