NovelToon NovelToon
Arthur'S Desire

Arthur'S Desire

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:112k
Nilai: 5
Nama Author: Base Fams

Jatuh cinta kepada seorang Arthur Mayer yang memiliki masa lalu kelam tidak dipermasalahkan Shannon Claire karena ia sungguh mencintai pria itu.
Namun bagaimana ketika terungkap dimasa lalu Arthur lah dalang dari peristiwa yang menyebabkan Shannon kehilangan orang yang disayanginya? apakah Shannon memilih bertahan atau meninggalkan Arthur? simak kisahnya di novel hasil menghalu dari Ratu Halu Base 😎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AD #6

Dan hari itupun terjadi. Shannon sudah menjalani operasi pada matanya. Gadis itu duduk, menunggu Dokter Ricard masuk ke bilik yang di tempatinya.

"Selamat siang," sapa Dokter Ricard, pun masuk, kemudian melenggangkan kakinya mendekati Shannon.

"Selamat siang juga, Dokter." Sapa balik Shannon. Margareth yang menemani Shannon bangun dari duduknya.

"Bagaimana perasaanmu, Shannon? apakah kau sudah siap?" tanya Dokter Richard. Shannon mengangguk sambil tersenyum. "Good... Aku akan membuka perbanmu." Lanjut pria itu.

Richard berpindah tempat. Pria berprofesi Dokter mata itu berdiri di sisi Shannon, membuka perban yang menutupi mata Shannon.

Shannon Claire, semakin melebarkan senyumannya, sebentar lagi ia akan melihat dunia. Jantungnya berdebar, dan gadis itu sangat gugup. "Astaga, jantungku." Ucap Shannon sambil memegangi dadanya. Bukan Shannon saja yang merasa gugup, Bibi Margareth pun demikian.

Perban putih yang membalut mata Shannon pun akhirnya terlepas.

"Sekarang bukalah matamu, Shannon." Arahan Richard, pria tampan itu semakin melebarkan senyumannya.

Shannon membuka matanya perlahan. Pandangannya masih terlihat samar, lalu ia mengerjap. Dilihatnya seorang wanita paru baya berdiri di dekatnya. "Bi- Bibi Margaret," sebut gadis itu kepada wanita yang mengasuhnya.

"Ada apa, Nak? apakah kau bisa melihatku? " tanya Margaret untuk memastikan lagi apa Shannon bisa melihatnya.

Shannon mengangguk cepat. "Iya, Bibi.. Aku bisa melihatmu." Shannon meraih tangan Bibi Margaret.

"Oh ya... Tuhan, doaku benar-benar di kabulkan." Margaret menitihkan air mata, lalu ia tersenyum bahagia. Do'anya yang tidak pernah putus itu, akhirnya Tuhan mewujudkannya. Shannon bisa melihat lagi.

Shannon membawa tangan Bibi Margaret ke bibirnya, lalu menciumnya. "Terimakasih Bibi. Terimakasih atas kebaikanmu." Shannon memeluk tubuh Bibi Margaret yang langsung di balas wanita paru baya itu.

Shannon melonggarkan pelukannya. Kemudian ia mengusap air matanya. Kini, tatapannya beralih, menatap Dokter Richard.

"Selamat untukmu Shannon."

"Terimakasih banyak Dokter Richard. Kau telah banyak membantuku." Shannon melemparkan senyuman terbaiknya yang langsung dibalas Richard. Richard tersenyum lagi.

"Sudah menjadi kewajibanku, untuk membantumu Shannon."

Shannon menatap kagum pria bermanik legam itu memakai jas putih. "Ternyata benar kata Bibi Margaret, kau sangat tampan, dan juga manis, Dokter."

"Astaga anak ini, " timpal Margaret seraya menepuk dahinya, lalu wanita paruh baya itu tertawa. Demikian Shannon, dan juga Richard.

Richard membenarkan letak kacamatanya. "Pujianmu sangat berbahaya, Nona. Yang kau puji pria yang sudah memiliki istri, dan juga tiga anak."

"Ya Tuhan." Shannon terkikik geli. "Sampaikan maafku kepada istrimu, dan omong-omong apa kau memliki seorang putra?"

Richard terkekeh tau maksud dari ucapan Shannon. "Ya, aku memiliki satu orang putra, berusia 12 tahun. Apa kau berencana mengajaknya berkencan?" selorohnya mengundang tawa.

"Tidak Dokter, putramu terlalu muda untukku. Aku ingin mencari pria yang matang."

"Maka lakukanlah setelah kau pulang. Jangan melakukan aktifitas berat, Jangan terlalu sering menunduk, dan jangan lupa untuk meminum obatmu. Perbanyaklah istirahat. Pekan depan kembalilah, untuk pemeriksaan selanjutnya."

"Aku boleh pulang?" tanya Shannon dengan raut wajah bahagia.

"Tentu saja," sahut Richard. "Kau senang?"

"Sangat, aku tidak sabar ingin bertemu dengan adik-adikku, Bibi Eve, dan juga Chloe." Ujar Shannon bersemangat dengan manik hijaunya berbinar indah.

"Ingat pesanku yang tadi." Shannon mengangguk. "Aku akan menyiapkan resep obat untukmu." Lanjut Richard.

Setelah menebus obat, Shannon bersama Bibi Margaret langsung menuju panti. Sesampainya, panti terasa sepi. Tidak ada anak-anak yang berkeliaran di taman. "Kemana perginya mereka? apa mereka masih sekolah, Bibi? "

Margaret hanya tersenyum, wanita paruh baya itu membuka pintu.

"Surprise!! " pekikan anak-anak meramaikan suasana. Shannon terkejut, mendapati adik-adiknya berkumpul meniupkan terompet untuk menyambutnya. Bukan itu saja, ruangan yang di pijaknya kini di hias dengan ornamen dan terdapat balon berbentuk kata congratulations.

"Kalian, " Shannon meluruh, dan memeluk adik-adiknya yang berjumlah 9 orang. Rasa haru, bahagia dirasakannya. Shannon bisa melihat adik-adiknya, itulah impiannya. "Sebentar-sebentar, kenapa hanya 8." Ucap Shannon melerai pelukan mereka. "Axel, Lily, Josh, Viola, Damian, Geo, Carlotta, Briant, dan.. Dimana Arabella."

Lalu, manik Shannon tertuju pada gadis kecil berusia 6 tahun yang sedang melangkah dengan dress tutu yang melekat di tubuh kecilnya.

"Arabella." Panggil Shannon ketika gadis kecil itu berdiri di depannya.

"Kau mengenaliku?" tanya Arabella sangat polos.

"Tentu saja, aku mengenalimu. Kau yang paling kecil disini. Mendekatlah, katakan apa yang kau sembunyikan di balik punggungmu? hmm."

Arabella memindai tangannya ke depan. Satu tangkai mawar merah yang disembunyikan gadis kecil itu rupanya. "Apa bunga ini untukku?" Arabella mengangguk pelan pun Shannon mengambil alih bunga kesukaannya itu.

"Terimakasih sayang, bunganya sangat indah." Shannon memeluk tubuh kecil Arabella sebentar, dan mengecup pipi chubby-nya.

"Tapi, Arabella memetik bunga itu di taman, Shannon." Celetuk Axel.

"Kenapa kau bocor sekali!" sungut Arabella kesal. Bibirnya yang kecil, sedikit manyun.

Shannon tertawa rendah melihat pertikaian kedua adiknya itu. Arabella, dan Axel kerap bertengkar. Axel yang usil, dan Arabella yang sedikit sensitif. Sangat klop, bukan.

"Kalian, jangan bertengkar, okey. Ayo berbaikan." Ujar Shannon yang mendapatkan anggukan dari keduanya, dan kedua bocah itu berbaikan.

Shannon tersenyum lebar. " Sekarang, bukalah mulutmu, Axel. Kau mengatakan jika gigimu ompong." Axel menuruti ucapan Shannon, ia membuka mulutnya. "Gigimu masih utuh, kau menipuku?"

Axel tertawa kecil, demikian juga anak-anak panti lainya, dan Margaret. "Anak nakal! berbohong itu tidak baik, tolong jangan lakukan lagi." Shannon mengacak rambut Axel dengan gemas.

Selanjutnya, Shannon menyebut lagi satu persatu adiknya. Meskipun, sebelumnya ia tidak bisa melihat adik-adiknya itu, Shannon dengan mudah bisa mengenali mereka.

"Kue pie, sudah matang." Evelyn keluar dari arah dapur membawa 2 loyang kue pie. Shannon berdiri mendekat Bibi Evelyn.

"Selamat untukmu, Nak." Evelyn memberi pelukan setelah menaruh dua loyang pie atas di meja.

"Terimakasih Bibi, " keduanya melerai pelukan, dan saling melempar pandang. Evelyn mengusap rambut Shannon penuh perhatian.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Sangat bahagia, Bibi. Bahkan, sampai saat ini, aku merasa seperti mimpi."

"Tapi kau tidak sedang bermimpi, Shannon. Sekarang kau duduklah."

"Tidak, tidak, aku akan membantumu, Bibi. Berikan pisaunya, biar aku memotong pie-nya, dan membagikannya kepada adik-adikku."

"Baiklah," Evelyn memberikan pisau kepada Shannon. "Berhati-hatilah menggunakan pisau."

"Iya, Bibi." Setelahnya Shannon berbalik. "Apa kalian ingin pie? " tanya Shannon kepada adik-adiknya.

"Aku mau. "

"Aku mau."

Jawab mereka bergantian. Shannon tersenyum lagi. "Kalian duduklah yang manis, aku akan membagikan pie-nya."

Shannon melanjutkan aktifitasnya. Shannon memotong pie lalu membaginya. Ia pun bergabung dengan adik-adiknya. Mengajak mereka, bercanda. Hal yang kerap di lakukan gadis itu.

"Shannon, bisakah kau mengajariku bermain piano? akhir bulan nanti di sekolahku, ada pentas musik, dan aku ingin mengikutinya." Ucap Lily.

"Tentu saja, aku akan mengajarimu. Sekarang kau habiskan makananmu dulu. Oke."

1
🍌 ᷢ ͩDeέ~ρόţέķ🌸
awass Rosela pingsan dengar Arthur manggil sayang ke Shanon 😄😄
🍌 ᷢ ͩDeέ~ρόţέķ🌸
ga usah menggoda Arrhur udah terseponaa
🍌 ᷢ ͩDeέ~ρόţέķ🌸
wahh wahh mulai rese nihh
🍌 ᷢ ͩDeέ~ρόţέķ🌸
udh 10 tahun harus nove on dong...yg tiada tak kan mungkin kembali kan kecuali belum meninggal..
𝐀⃝🥀ᴋɪʀᴀɴᴀ🧸🍁❣️
yang buta itu kalian, buta perasaan 😒
𝐀⃝🥀ᴋɪʀᴀɴᴀ🧸🍁❣️
duhh jangan2 si Chloe juga gak bisa masak air 😒
𝐀⃝🥀ᴋɪʀᴀɴᴀ🧸🍁❣️
berbie gak cantik loe kk 👉👈😒💃
Bundanya Pandu Pharamadina
terimakasih mbak Author, Novel yg bagus padat dan menarik, ceritanya langsung tanpa berbelit 👍❤❤❤❤
Bundanya Pandu Pharamadina
dengan harapan Arthur Shannon junior launcing ❤❤
Bundanya Pandu Pharamadina
mungkinkah meninggalnya orang tua Shannon ada hubungannya dgn masa lalu Arthur 🤔
Bundanya Pandu Pharamadina
terimakasih mbak Author tindakannmu cepet tanggap dalam menyelamatkan Shannon
👍👍
Bundanya Pandu Pharamadina
tantangan terberat Shannon di mulai
Bundanya Pandu Pharamadina
Arthur Shannon ❤❤❤❤
Shannon jangan lemah hadapi ulat bulu, Brantas ulat bulu Shannon
🍌 ᷢ ͩDeέ~ρόţέķ🌸
ternyata arthur punya kisah yg sedih jugaa
pasti dia tidak mau wanitamya dilecehkan dan pasti akan mnjaga wanitanya..
Bundanya Pandu Pharamadina
Shannon melihat Arthur langsung jatuh cinta❤😘
Bundanya Pandu Pharamadina
selamat Shannon bisa melihat lagi
Bundanya Pandu Pharamadina
Arthur kau terpesona sama Shannon
Bundanya Pandu Pharamadina
semoga mereka tidak terpisah Shanom Chloe
Bundanya Pandu Pharamadina
masukin keranjang 👍❤
🍌 ᷢ ͩDeέ~ρόţέķ🌸
ciee ciee..kesayangan ga tuh..🥰🥰🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!