NovelToon NovelToon
Haluan Nadir

Haluan Nadir

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:19.1k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Jodoh adalah takdir dan ketetapan Tuhan yang tidak bisa diubah. Kita tidak tahu, siapa, di mana, dan kapan kita bertemu jodoh. Mungkin, bisa saja berjodoh dengan kematian.

Kisah yang Nadir ditemui. Hafsah Nafisah dinikahi oleh Rashdan, seorang ustaz muda yang kental akan agama Islam. Hafsah dijadikan sebagai istri kedua. Bukan cinta yang mendasari hubungan itu, tetapi sebuah mimpi yang sama-sama hadir di sepertiga malam mereka.

Menjadi istri kedua bertolak belakang dengan prinsipnya, membuat Hafsah terus berpikir untuk lepas dalam ikatan pernikahan itu karena tidak ingin menyakiti hatinya dan hati istri pertama suaminya itu. Ia tidak percaya dengan keadilan dalam berpoligami.

Mampukah Hafsah melepaskan dirinya dari hubungan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghindari Rashdan di Kamar

🍃🍃🍃

Hafsah mengikuti Halma berjalan menaiki tangga yang sempat membuat gadis itu mengerutkan dahi karena bingung. Ke mana wanita itu akan membawanya? Sebelumnya ia beranggapan kamar mandi ada di dapur. Akan tetapi, ia malah di bawa menuju lantai dua rumah itu. Kedua pria yang duduk di sofa ruang tamu mengerti dengan tingkah Halma. Satu sisi Syahril tersenyum karena senang dan sisi lainnya Rashdan merasa cemas dengan perasaan ibu dai anak semata wayangnya itu.

Kedua wanita itu memasuki salah satu kamar yang berada di sebelah kanan, di mana terdapat dua kamar yang bersanding di sana, menghadap ke arah tangga menuju ruang tamu. Mata Hafsah takjub melihat kebersihan dan kerapian kamar tersebut di mana dirinya berdiri di tengah-tengah kamar itu. Pandangnya yang menjelajah akhirnya menembus foto Rashdan masa kuliah terpampang di atas meja, membuat Hafsah bisa menebak itu kamar suaminya.

"Ini kamar ustaz Rashdan?" tanya Hafsah dengan polosnya.

"Benar. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini," ucap Halma sambil membuka lemari di sudut kamar, menepikan beberapa helai pakaian Rashdan yang tergantung dan akan memberikan ruang bagi Hafsah untuk menaruh pakaiannya nanti.

"Di sini? Tidak. Lalu, Mbak?" tanya Hafsah dengan perasaan tidak enak hati.

"Sejak menikah, kami tinggal di rumah sendiri, itu di Jalan Merdeka. Jadi, aku tidak tinggal di sini, bahkan tidak pernah tidur di kamar ini," terang Halma sambil berjalan menghampiri gadis itu. “Oh iya, aku tahu kamu berbohong. Bukannya ingin buang air kecil, kamu hanya ingin menghindari kami, kan? Hafsah, anggap saja kami keluargamu dan jangan pernah merasa segan terhadap kami." Halma menepis bahu Hafsah dengan senyuman. "Kalau begitu, kamu istirahat saja. Nanti Mur yang akan membawa barang-barangmu ke atas," ucap Halma dan berjalan keluar dari kamar itu dengan wajah murung yang tidak terlihat oleh gadis itu.

Akhirnya Halma meneteskan air mata setelah menutup pintu kamar Rashdan. Tidak hanya kasih sayang dari suaminya, Halma sadar kasih sayang dari keluarga mertuanya juga akan dibagi dengan istri kedua suaminya itu.

***

Di ruang tamu, Syahril menunjukkan album foto keluarganya kepada Hafsah yang duduk di sisi kanannya. Usai makan malam, mereka menghabiskan waktu berdua sambil menunggu Rashdan kembali ke rumah karena pria itu pergi bersama Halma dan Husein sejak sore tadi.

Dari pintu dapur Ratna memperhatikan mereka. Wanita itu masih tidak terlalu suka dengan kehadiran Hafsah yang agamanya belum sejauh mereka. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepala mendengar Hafsah bercerita mengenai pekerjaan sebagai seorang guru tari.

“Pekerjaan haram dibanggakan,” cecar Ratna yang didengar oleh Rina, pembantu rumah.

Wanita yang sebaya dengan Ratna itu menggelengkan kepala, tidak menyangka majikan perempuannya akan menghina menantu kedua dari rumah itu. Namun, Rina hanya bisa diam dan fokus membersihkan cucian piring kotornya.

“Hmm … sebenarnya aku ingin bertanya Abah. Bekerja sebagai seorang guru tari apa berdosa? Bermain alat musik, juga menggambar?“ tanya Hafsah, mempertanyakan hal yang pernah membuatnya bimbang menekuni pekerjaannya.

“Banyak Abah temui pertanyaan seperti itu,” balas Syahril dengan senyuman.

“Haram! Menari perbuatan yang buruk, apalagi dipertontonkan di hadapan banyak pria. Sudah jelas haram masih saja diajarkan!“ seru Ratna yang baru keluar dari dapur dengan wajah kesal dan berjalan memasuki kamarnya, menutup pintu kamar dengan bantingan yang membuat sang suami menggeleng.

“Jangan masukkan hati perkataan Umma. Sabar, kamu dapat pahalanya,” ucap Syahril dengan senyuman. “Mengenai pertanyaan kamu tadi. Sebenarnya banyak pendapatan ahli agama mengenai hal itu. Tapi, menurut Abah, menjadi guru tari mubah. Selagi yang diajarkan tidak mengandung hal-hal negatif dan penyajiannya juga baik, seperti menggunakan pakaian yang tertutup, boleh-boleh saja. Jika bertanya mengenai alat musik, banyak yang mengharamkannya, tapi menurut Abah juga tergantung. Jika karena bermain atau mendengarkannya kamu sampai melalaikan perintah Allah, sampai berbuat kejahatan, itu termasuk golongan haram. Dan, mengenai masalah menggambar. Tidak ada larangan untuk menggambar, tetapi tidak menggambarkan sesuatu yang wujudnya bernyawa. Paham?" tanya Syahril.

“Seperti manusia?“ tanya Hafsah seperti anak kecil.

“Benar. Dan, semua tergantung niat.“ Syahril tersenyum.

“Assalamualaikum!“ ucap Rashdan dan Halma dari pintu rumah, di mana Husein berada di gendongan tangan ustaz muda itu.

Melihat mereka bersama muncul sedikit perasaan yang mengecilkan hati Hafsah. Gadis itu merasa sedikit tidak nyaman. Namun, ia berusaha menepis perasaan itu dan menunjukkan senyuman ringan kepada mereka, terutama Halma yang sudah baik padanya.

Sebelum mereka pergi, Halma menceritakan banyak hal mengenai Rashdan kepada Hafsah, mengenai hal-hal yang disukai dan tidak disukai pria itu agar Hafsah bisa merawat suami mereka saat dirinya tidak ada, pastinya tidak akan ada karena waktu pria itu akan terbagi.

“Karena hari sudah malam, kami kembali ke rumah,” pamit Halma dan mengambil Husein dari gendong Rashdan, di mana pria itu tampak berat membiarkan mereka pergi.

“Kamu bersama Hafsah,” ucap Halma dengan suara kecil.

Halma melepaskan tangan Rashdan yang menggenggam tas selempang yang menggantung di pundak kirinya. Kemudian menganggukkan kepala sebagai isyarat pamit kepada suaminya itu, lalu kepada Syahril dan Hafsah. Kemudian, wanita itu berjalan keluar dari rumah itu bersama perasaan yang berusaha diikhlaskan, melepaskan sang suami bersama madunya.

***

Hafsah masih berada di ruang tamu, gadis itu sengaja menghabiskan waktu di sana karena tidak ingin memasuki kamar sebelum Rashdan masuk dan pria itu tidur. Oleh sebab itu, Hafsah berada di luar kamar mulai duduk bersama Syahril sampai akhirnya berbicara bersama Rina yang menemaninya.

Pembantu rumah itu tampak tidak enak hati lama-lama berbicara bersama Hafsah, soalnya hari semakin larut dan memikirkan Rashdan berada di kamar sendiri.

“Sebaiknya Non istirahat di kamar,” ucap Rina dengan raut wajah sedikit segan saat berbicara.

Wanita itu tidak tahu, gadis yang duduk di sampingnya sengaja berusaha untuk menghindari Rashdan.

“Saya belum mau tidur, Bi. Lanjut cerita, lalu Bibi dimarahi?“ Hafsah mengalihkan pembicaraan, menarik kembali topik di mana Rina bercerita mengenai dirinya saat bekerja di rumah itu untuk pertama kalinya.

“Non …,” tegur Rina, semakin merasa tidak enak hati.

“Hafsah …! Sudah malam, Nak. Sebaiknya kamu kembali ke kamar, beristirahat!“ seru Syahril dari pintu kamar yang baru dibuka olehnya.

Pria itu tahu dan sadar sejak tadi menantu keduanya itu berusaha menghindari kamar yang ditempati Rashdan.

“Iya, Bah,” balas Hafsah, pasrah.

Gadis itu berdiri, melangkah pelan menuju tangga sampai akhirnya berdiri di depan pintu kamar yang sebelumnya dimasukinya. Hafsah berdiri ragu di sana dengan kedua tangan ingin mengetuk pintu kamar.

“Mengapa aku mengetuknya? Ini bukan ruangan kepala sekolah.“ Hafsah berkata dalam hati sambil menggelengkan kepala.

Genggaman pintu digenggam, lalu Hafsah mendorong pintu perlahan dengan mata langsung menyelidik kamar itu di mana matanya melihat Rashdan sudah berbaring tidur di atas kasur. Perasaan menegangkan yang sempat mengudara akhirnya mulai mencair, kakinya juga melangkah lebih santai memasuki kamar itu.

1
Sri Atun
bagus cerita nya lanjut
Ig: Mywindersone: Ditunggu...!
🥰🥰
total 1 replies
Sri Atun
seru... lanjut dong
Sri Atun
bagus lanjut
Fitri Nur Hidayati
jangan2 memang benar rashdan. bisa saja kan. semoga masih saling ingat.
Fitri Nur Hidayati
jangan ada orang ke-3 y thor. aku kok g ikhlas gitu, biar mereka terlibat poligami g usah ada pelakor
Sofian
lama ya tor up nya
Sofian
lama ya baru up lagi,lagi penasaran jga🫢
Fitri Nur Hidayati
iya pak syahril. kalo mau pisah beneran ka nunggu debay nya lahir dulu.
Fitri Nur Hidayati
lanjut thor
Baiq Susy Meilawati Syukrin
semangat ya thoor , cerita keren....💪
Hilda Hayati
lanjut thor
Baiq Susy Meilawati Syukrin
hmmmm...ribet bet bet.,.🤦🤦🤦
Hilda Hayati
jangan lama2 min kelanjutannya keburu lupa alurnya
Hilda Hayati
keren ceritanya, islami, biin penasaran.
Hilda Hayati
kapan kelanjutannya min, penasaran gmana jadinya hub mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!