NovelToon NovelToon
Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Mafia / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: M.L.I

Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berukuran kecil. [2]

✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA

SETIAP TANGGAL, HARI, DAN WAKTU DENGAN

BAIK

✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA

✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN

MUNDUR)

^^^Senin, 20 Juni 2022 (11.01)^^^

Beberapa siswa heboh berteriak, mereka sibuk di lapangan luar, menyisakan sia-sia keadaan kelas yang sunyi gulita tanpa insan.

Tak ada satupun yang tertinggal, buku-buku berterbangan di tiup angin luar, berhamburan dengan tirai jendela yang gaduh.

Saat itu seseorang mendadak berjalan masuk, langkahnya datar menyusuri kelas, terpampang papan 12-A-IPA[89] atas kepala pintu.

Hingga sebuah meja paling belakang, pojok akhir sisi jendela, membuat jejak kaki manusia itu terhenti di keheningan.

^^^Senin, 20 Juni 2022 (12.01.)^^^

Di koridor Natha dan Olivia sudah berjalan cepat menuju kelas, gadis cantik itu rupanya setia menunggu Natha hingga keluar ruangan. Kini di manfaatkan Natha dengan menanyai tentang keberadaan tas dan barang-barang miliknya.

Natha juga tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi, satu-satu orang yang ada dan dia tahu hanya siswi Sekolah Menengah Atas ini.

Terlebih Olivia juga mengatakan kepada Natha jika mereka berteman dekat, terlepas dari apa yang harus Natha akui di ruangan kepala sekolah tadi, dia tetap perlu menemukan handphonenya.

Mungkin berpura-pura mengaku sebagai teman dari gadis ini adalah jalan terbaik untuk mendapatkan barang-barangnya.

Natha perlu mendapatkan handphone kepunyaan dia, untuk menghubungi ibu, tertutama mengonfirmasikan tentang keberadaan berkas-berkas biodata dirinya di sekolahan tersohor ini.

Ia perlu meminta ibu untuk membawa dia keluar dari sekolah, serta memvalidasikan tentang lembaran-lembaran penting atas meja lebar pak kepala sekolah.

Mustahil jika Natha sekarang merupakan seorang siswa dari Sekolah Menengah Atas Jaya Pura, yang Natha tahu dia hanya seorang mahasiswa.

Keberadaan dirinya juga data-data yang ada adalah kesalahan, Natha harus cepat menyelesaikan juga mengonfirmasikan ketimpangan tindihan yang terjadi.

Perkataan Natha terhadap pak Fredrik tadi juga hanya karena rasa kesalnya atas hinaan, Natha tidak sepenuhnya mengakui dirinya siswa, dia hanya merasa tidak terima jika ibunya terus-terusan di hina.

Terlebih baru tahu serta kecewa, ternyata seperti ini tabiat si kepala sekolah yang ternama dan begitu di junjung kanca dunia.

" Lu beneran tau kan di mana temen yang lu bilang Aslan dan Iefan itu nyimpan tas gue? " Natha mencoba menyakinkan untuk kesekian kalinya dalam perjalanan mereka. Dia masih ragu, tapi tak punya pilihan lagi selain gadis ini.

Gadis yang ditanyai di sebelah mengangguk pasti. " Yakin! Aku nemuin kamu juga karena panggilan dari Aslan dan Iefan. Mereka yang bawa kamu duluan ke UKS. Jadi mungkin tas kamu juga udah mereka bawah ke kelas. "

Natha terdiam sejenak di jalur sebelah, raut bingung dan ragunya belum usai, terutama ketika mendengar perkataan tentang dirinya dan kedua pria tadi di gedung terbengkalai.

Kejadian sedikala juga masih belum bisa di cerna oleh otak Natha, terlebih ketika tubuhnya yang tak bisa bergerak sesuai keinginan.

Makanya benak Natha terus berjalan memikir, jika semua kejadian hari ini adalah mimpi dan tidak nyata. " Lu bilang kelas apa tadi? "

" 12-A-IPA[89]. " Olivia di samping menyahut cepat.

Membuat Natha akhirnya bungkam, memilih untuk mengikuti saja kemana arah gadis bernama Olivia tersebut membawanya. " Ouh... oke. "

^^^Senin, 20 Juni 2022 (11.02)^^^

Angin jendela terus bergaduh dari hamparan luar, membuat keberadaan sebuah totebag cream polos, dengan sebiji kocek di permukaan tengah, dan motif tulisan '%' pada bagian perut depan, menghilang di telan tirai.

Lalu muncul kembali mengikuti alunan angin, silih berganti muncul dan timbul. Seseorang itu tak mengidah, perlahan mulai mendekat ke tas tangan yang tertinggal sendiri di kursi pojok belakang, tampak berhati-hati untuk mengapai.

Keadaan di sana sunyi, hanya insan tersebut dan barang yang sedang dia tuju dalam kelas. Dari sekian banyak benda, tas, buku, atau handphone mahal sekalipun yang tertinggal di atas meja, malah yang menjadi daya tarik seseorang itu hanyalah sebilah totebag kecil dan biasa sisi jendela.

Seakan menunjukan ada komponen menarik di timpaan dalamnya, yang lebih dari tampilan luar tas.

Dalam hawa tenang, tangan insan itu hampir sampai di atas pegangan tas, dia nyaris mendapatkanya, sampai tiba-tiba saja batal dan reflek terkejut untuk menoleh ke belakang.

^^^Senin, 20 Juli 2022 (12.02)^^^

" Astaga!! " Olivia dan Natha spontan terkejut, mereka membelalak di ambang pintu, menatapi seseorang yang berada di dalam kelas.

^^^Senin, 20 Juni 2022 (11.03)^^^

Tininining!... Tininining!... Tininining!...

Nafas seseorang itu bersurut lega, jantungnya kembali normal, sesaat ketika mendapati sebuah handphone-lah yang menjadi biang kerok keterkejutannya.

Kaki-kaki tampak bergerak, kala seseorang itu berulang melangkah untuk mengambil gawai mahal yang tergeletak atas meja baris depan, tampaknya milik salah satu siswa penghuni kelas yang tertinggal, mungkin mereka berusaha menghubungi benda canggih ini guna menemukannya.

Reflek di kala sibuk memerhatikan layar handphone, seseorang itu teliti menyadari akan kedatangan insan lain ke kelas.

Mengubah aktivitasnya untuk segera bertindak pergi sebelum orang itu datang, juga meninggalkan gawai canggih tersebut secara terbuka dengan keadaan layarnya ke atas.

Kini ruangan kelas kembali sepi, menyisakan tiupan angin berpasang tirai, yang tak lagi memunculkan keberadaan totebag cream di sebaliknya.

Seakan memang tak ada yang datang termasuk dia, dalam ribut handphone yang terus berdering memenuhi ruangan.

^^^Senin, 20 Juni 2022 (12.03)^^^

" Astaga Nara! " Olivia buka suara. " Rupanya kamu! Kamu ngapain disini. " Dia segera masuk mendatangi seorang gadis di dalam kelas.

Terlihat begitu terkejut dengan kemunculan tiba-tiba insan tadi pada perut kelas.

Natha hanya diam memerhatikan raut gadis yang di temui, dia ikut masuk ke dalam ruangan.

Merasa bingung memandangi wajah gadis yang mendatanginya di Unit Kesehatan Sekolah tadi, yang tampak panik memegang sebuah benda.

" Hah... syukurlah! Akhirnya ketemu juga hp ini! Dari tadi gue cariin. " Gadis yang di tuju mengambil sebiji benda yang telah tertelungkup di atas mejanya.

Terlihat ada raut tidak percaya sekaligus lega, usai mendapati keberadaan handphone canggihnya itu masih dalam keadaan utuh atas perabotan kelas.

" Handphone kamu baru ketemu, Nara? " Olivia sisi samping menimpali. Dia menilik benda yang Nara genggam.

Nara mengangguk cepat. " Tadi gue cariin di kantin sesuai apa yang lu bilang, ngga ketemu. Padahal udah dari tadi gue telfon. Jadi gue balik, dan gue cek aja di kelas, siapa tau ada. Nah rupanya emang ketinggalan di kelas. Untung aja si ngga ilang, soalnya di sini banyak arsip Aslan sama Iefan. Eh-! " Nara tiba-tiba reflek menutup mulutnya setelah menyadari kehadiran Natha, seakan tak sengaja keceplosan di depan gadis itu.

Natha yang di pandangi malah bingung, tidak sadar jika gadis di sebelahnya bermaksud kepada dia. " Eum... tadi kata lu tas gue di mana? " Dia justru lebih tertarik untuk mengingat keberadaan tasnya pada Olivia.

" Ah, iya. Aku hampir lupa kasi tau kamu. Itu di kursi paling bela-... " Bibir Olivia yang bergerak tiba-tiba kelu, dia terhenti usai menunjuk ke arah kursi sudut belakang.

Jelas karena keberadaan benda yang dia maksud tak lagi berdiri tegak di tempatnya, melainkan hilang dan lenyap. Tersisakan tirai jendela kelas yang berterbangan.

Natha lekas manghampiri ke kursi yang di maksud, di carinya ke setiap inci bagian meja dan kursi, tak melewatkan setiap sudut yang ada, mengira mungkin saja jika tasnya terselip atau terletak di kursi lain pada kelas ini.

Olivia juga Nara reflek ikut mencari eksistensi tas Natha, mereka mencoba mengecek di setiap tempat, ikut bingung dan panik.

Tapi di sela itu langkah Natha tiba-tiba saja terhenti, dia terdiam sejenak waktu, sampai akhirnya berbalik ke arah Olivia dengan cepat.

" Dimana temen yang lu maksud Aslan dan Iefan itu! " Atensi Natha sudah berpindah kala dia bertanya kepada Olivia, tangannya menurun erat, seakan ada suatu hal yang di kepalnya kuat dalam genggaman samping jejeran pinggang.

Olivia terkejut sekilas, dia memandangi Natha dalam kian waktu secara bingung, tapi cepat beralih kepada Nara seakan juga bertanya hal yang sama. " Aslan sama Iefan di mana Nara? Dari tadi aku ngga ngeliatin mereka, Anak-anak juga, kenapa pada ilang? "

Nara membeku diam, dia kebingungan untuk bicara, hal yang hendak dia katakan ketika di Unit Kesehatan tadi, kembali ternganga untuk diserahkan.

Terlihat tahu akan jawaban yang ditanyakan, tapi tidak berani untuk mengeluarkan, takut jika kalimat yang di ujar akan berakibat fatal.

" Semangat Aslan!!! Kamu pasti bisa!!! "

" Iefan!!!! Aaaaa!!!! Iefan!!!! "

Suara keributan siswi-siswi terdengar dari luar, mereka heboh berteriak, menjamah indra pendengar Natha dan kedua gadis dalam kurungan kelas tersebut.

Ketiganya spontan langsung bertolak ke bibir jendela, untuk mencari sumber suara, kendati malah menemukan orang yang mereka tanyakan ada di tengah lapangan luas hamparan luar.

Bergegas Olivia yang kaget berlari keluar kelas, di ikuti oleh Natha dan Nara beriringan, di mana Natha memiliki tujuan untuk bertemu dengan kedua pria itu, makanya dia memilih untuk ikut lari.

Di sisi lain, seorang pria muncul di balik tepian kelas, mengamati dalam diam langkah kepergian ketiga gadis tersebut, lalu berjalan pergi tanpa kata-kata.

^^^Senin, 20 Juni 2022 (12.10)^^^

Siang itu hampir seluruh bibir lapangan penuh, padat di kerumuni siswa dan siswi yang menonton aksi dua pria. Dia adalah Iefan dan Aslan si tokoh utama dalam suguhan banyak mata.

Rupanya dua lelaki itu tengah berlari mengelilingan lapangan, sejalur dengan lintasan lari, di bawah panas dan teriknya mentari.

Tentu siswi-siswi yang ada wajib hadir, demi memberi semangat dan berseru khawatir terhadap pujaan masing-masing.

Tak luput siswa laki-laki juga menimpal datang, sebagian penuh dengan rasa penasaran dan kesempatan mengambil rekaman, supaya nantinya bisa digunakan sebagai bahan berita sekolah. Penampakan ini sangat langka dan mencuri banyak perhatian.

Berbeda pada kedatangan baru dua siswi di antara gerombolan insan, berisikan Natha dan Olivia yang mencoba mendekat ke bibir lapangan paling dalam, guna mencapai pandangan sepenuhnya atas letak Aslan dan Iefan.

Ekspresi Olivia sangat terpukul waktu itu, setelah dia menemukan pekerjaan yang dua pria dikenalinya perbuat, rautnya berubah kaget seiring khawatir, mencoba untuk masuk juga ke dalam lintasan.

Beruntung masih siggap di tahan oleh Nara yang baru menyusul setelahnya. Sayangnya lain hal pada reaksi gadis-gadis di sekeliling berbeda, akan ke datangan Natha yang ikut bersama.

Mereka malah menghujam gadis itu dengan sorot tajam, sesekali memilih menghindar pergi, seakan kesal melihat si sumber masalah datang.

Olivia terus bergelimpang panik, wajahnya mengarah ke area Nara dengan tanda tanya, seakan bertanya mengapa gadis itu tidak memberitahukan tentang permasalahan ini kepada dia sejak awal.

Nara peka. " I am sorry Olivia, gue emang mau ceritain hal ini sama lu. Tapi ngeliat keadaan lu tadi yang masih panik dan ngga stabil sama keadaan Natha, buat gue makin takut lu bakalan kaya gini sekarang. Dan apa yang gue takutkan emang benar, sorry gue telat ngabari lu. "

Nara berupaya membantu memegangi Olivia, mencoba untuk membuat pengertian kepada gadis tersebut.

Raut Olivia sedikit kesal menimpali, tapi tetap kalah jauh dengan perasaan khawatir dan paniknya.

Hingga gadis itu kembali menanggis memeluki Nara. Natha sedikit bingung, dia berusaha mengenali suasana, termasuk berbicara kepada gadis yang bernama Nara tersebut.

" Lu tau mereka kenapa lari di lapangan? " Natha mencoba mengajukan pertanyaan.

Menciptakan mimik kaget pada wajah Nara, dia sempat ragu ketika menjawab pertanyaan dari Natha. " Mereka... di hukum. " Pelan gadis itu buka intonasi.

" Ha!? Sama? Gara-gara? " Natha reflek bertanya heran. Dia tidak pandai menutupi reaksi tubuh.

Nara semakin merasa takut, tapi juga tidak bisa terus mengelak, kenyatan telah ada di depan mata. Dia harus menjawab sesuai apa yang terjadi.

" Me-mereka... di hukum sama pak Fredrik. Dan itu gara-gara mereka ngelawan pak Fredrik demi... " Nara ragu untuk melanjutkan, dia menatap wajah Natha yang kebingungan dengan polos. Seakan memang tak tahu apa permasalahan yang tengah terjadi. " -lu. "

" What! " Kesadaran Natha terperanjat, dia tertawa kecil tak percaya.

" Tunggu dulu - tunggu dulu! Maksud lu,anak-anak cowok ini di hukum lari lapangan gara-gara ngelawan pak Fredrik atas nama gue? Gitu? " Dia mencoba mencerna dan menyusun kembali perkataan dari Nara.

Nara hanya diam menangguk. Tidak ada yang salah dari uraian sepihak Natha. " Mereka di hukum lari keliling lapangan gara-gara ngelawan pak Fredrik. Mereka mau nge-ekspos video ke publik tentang penyerangan lu di gedung belakang, tapi tentu akan membuat nama baik sekolah ini rusak karena kenyataan kelam salah satu muridnya. Jelas membuat pak Fredrik marah besar dan menolak. "

Bibir-bibir kecil Nara bertaut bimbang. " Selain itu... 100x lari berikutnya juga untuk ngegantiin posisi lu atas permasalah yang lu perbuat. Jadi totalnya dengan kesalahan mereka adalah 200x lari keliling lapangan. "

Ritmenya pelan, tapi masih cukup di terima sepasang indra pendengaran Natha tengah keributan.

Natha menyatukan alis, dia cukup terperangah atas kenyataan hukuman yang diterima, sungguh kejamnya sang kepala sekolah terpampang nyata depan mata kelapa Natha hari ini.

Apakah manusiawi untuk menghukum dua siswa sebanyak 200x keliling lintasan lari jarak jauh yang begitu luas dan panjang. Tengah gejolak matahari kota Jakarta yang tegak dan membakar.

Inilah kenyataan kelam dari tempat pendidikan termasyur ini, yang tak pernah terekspos ke dunia maya. Betapa sadis sang kepala sekolah mendidik siswanya, dengan aturan dan perkataan sepihak.

Sedikit air wajah Natha berpindah akan beberapa kata dari Nara yang dicerna, tentang pokok permasalah yang katanya dari dia.

Sejurus lirikan Nara cukup peka dengan kebungkaman Natha pada sisi depan, dia cepat melanjutkan agar tidak ada kebingungan lebih lama lagi.

" Lu lupa, di malam itu lu udah hampir ngebuat Sekar tenggelam. Dan yang di temukan di sana hanyalah dia dan lu, bagian atas bibir kolam, dengan posisi basah kuyup dan pingsan, seolah lu juga udah ikut terjun ke genangan itu bersama." Lanjut Nara mencoba membuat Natha mengingat.

Tapi gadis yang di maksud malah terkejut, bukan merasa ingat atau dejavu. Benih-benih pikirannya semakin kalut tak bisa menerima.

" Maksud lu... gue yang udah ngebuat gadis bernama Sekar itu tenggelam? " Lipatan-lipatan kening Natha sudah tak terbendung.

Tonggak kepala Nara segera mengangguk, membuat Natha semakin tak percaya setelah menerima. Dia diam di celah waktu, mencoba menyusun kepalanya agar mengerti semua kejadian ini.

Manik Olivia di area sebelah sempat terlirik ke pandangan wajah Natha kala bingung, karena raut gadis itu yang begitu dalam dan larut untuk mencerna peristiwa.

" Aaaa... Aslan!!! "

" Iefan!!! Semangat!!! "

Mendadak gadis yang bersusun rapi di sisi lapangan berteriak, melihat keadaan kedua lelaki pujaan yang semakin melemah di tengah lintasan.

Jika di hitung, sudah hampir tiga jam lebih mereka berlari, menuntaskan hukuman, di bawah panasnya matahari Indonesia.

Keringat telah bertabur basah di sekitaran tubuh keduanya, jatuh menetes dan membuat seragam putih yang dua lelaki itu pakai basah kuyup, di hujani dengan bibir pucat dan mengelupas dari masing-masing.

Jelas keduanya merasa kelelahan parah, terlebih atas hukuman yang dua kali lipat di limpahkan kepada mereka, saat harus berlari di lintasan selebar lapangan sepak bola kanca dunia.

Tapi bukannya mencoba membenarkan perkataan pak Fredik, atau menurut seperti yang pimpinan itu mau, padahal mungkin saja bisa membuat hukuman mereka berkurang.

Kedua lelaki ini justru tetap bersikukuh untuk membela Natha, dan mengatakan jika yang salah adalah Sekar, serta ingin mengunggah pendapatan rekaman tadi setidaknya di layar sekolah.

Agar semua siswa di sana tahu, jika bukan Natha pelakunya, dan berhenti untuk menghujam gadis kecil itu.

Parahnya mereka ikut rela mengatikan posisi Natha yang seharusnya menjadi insan yang di hukum lari 100x keliling lapangan, atas perlakuan Natha yang hampir saja menghilangkan nyawa orang lain minggu lalu.

Wali Sekar telah berupaya meminta pertanggungjawaban kepada pak Fredrik, bahkan mereka rela membayar mahal kepada sang pemimpin gedung pendidikan agar permintaanya di turuti.

Mengancam ingin mengeluarkan anaknya sendiri dari sekolah dan menuntut atas kejadian yang terjadi jika pak Fredrik masih tidak bersedia mengeluarkan Natha.

Tentu seharusnya kepala sekolah yang tamak memilih untuk menurut dan mengeluarkan siswa miskin tak berpengaruh di akademiknya seperti Natha.

Dengan ekonomi rendah, mereka jelas tidak mampu untuk menuntut balik pak Fredrik jika tiba-tiba saja mengeluarkan Natha tanpa alasan.

Kendati siapa sangka pria tegas dan disiplin itu rupanya malah memiliki opsi lain, dia menjatuhkan keputusan untuk memberikan Natha kesempatan kedua guna bersekolah, terlebih karena tidak adanya bukti kuat yang merujuk jika memang Nathalah pelaku atas tenggelamnya Sekar.

Lagipula dia sedikit tertarik dengan perlakuan unik si siswi, haus akan hasrat untuk dapat mendisiplikan Natha.

Tidak ada kata untuk menyerah dari sang kepala sekolah, semua siswa yang terlampau nakal di sekolah ini sekalipun tetap mampu untuk pak Fredrik didik.

Lalu sekarang seorang murid dari kalangan orang bawah, haruskah dia mengalah dan mengatakan jika dia tidak mampu mendidik sebilah siswi saja.

Lamun Natha juga mengalami kesialan, dia di temukan pada waktu dan keadaan yang tepat sisi kolam, padahal keasliannya tidak ada yang tahu pasti kejadian yang berlakon di antara kedua insan tersebut malam kejadian.

Tidak ada sakti mata atau cctv yang bisa membenarkan jika Natha adalah pelaku pendorongan. Kaum awam hanya berspekulasi, dari hasil penglihatan mata sejurus mereka, kala menemukan kondisi Natha seiring Sekar di Tempat Kejadian Perkara.

Karena Natha berada di tepian kolam, sementara Sekar malah terkulai lemas di telan kedalaman air.

Aneh, jika di pikir seksama, Sekar sebenarnya adalah siswa yang pandai berenang, dan semua temannya tahu hal demikian.

Kendati masih menjurus untuk menuduh Natha sebagai terdakwa, seolah ada dendam pribadi di antara mereka.

Hal bersangkutanlah yang ikut memberi pertimbangan kepada jiwa pak Fredrik, untuk memilih mempertahankan Natha di akademiknya, tapi tetap dengan pemberian hukuman.

Sesuai pedoman, pak Fredrik tidak akan pernah mengeluarkan siswa nakal di luar batas sekalipun.

Karena bagi si kepala sekolah, tidak ada hal yang sukar di ubah dan di atur dalan kehidupan dunia, untuk menjadi lebih baik, mereka hanya butuh waktu dan masa yang tepat.

Semua siswa yang terlanjur di terima pada Sekolah Menengah Atas Jaya Pura wajib mampu menjadi generasi bangsa yang berguna, bermutu, dan tentunya disiplin.

Gelimpangan suara kembali berseru keras di tengah gulatan pikiran Natha, orang-orang heboh memerhatikan langkah Aslan dan Iefan yang semakin lemah.

Panik dan khawatir jika pria idola mereka kelelahan atau cedera. Sayangnya saat itu, di sisi lain depan gedung mewah tengah sekolah sudah ada pak Fredrik, dia berdiri dari kejauhan lantai lima memandangi Aslan dan Iefan.

Tak luput, menyuruh para satpam untuk membubarkan siswa-siswi agar masuk ke kelas mereka masing-masing.

Tak ada satupun yang boleh tertinggal untuk menonton aksi dua lelaki tersebut, biarkan mereka tetap menyelesaikan hukuman hingga selesai, tanpa peduli keadaan apa yang terjadi pada mereka.

Inilah kerasnya jika berani melawan perkataan sang Kepala Sekolah Menengah Atas Jaya Pura. Siswa-siswi yang mendapati pasti menurut, mereka takut dan tunduk pada perintah pak Fredrik, terlebih melihat contoh korban yang sudah berani melawan perkataan pria berumur itu tengah hadapan siang ini.

Lekas kerumunan insan itu berkurang, mencakup Nara yang mencoba membawa Olivia untuk pergi.

Gadis cantik itu rupanya tetap menolak, karena dia tidak ingin meninggalkan Aslan dan Iefan sendirian di kawasan lapangan.

Ketika semua penglihatan telah buyar, tatapan masing-masing berpindah pada kesibukan dan aktivitas. Sebuah langkah tiba-tiba mengejutkan, kala berlari tegap masuk ke tengah lintasan.

Berasal dari raga munggil Nathania, yang menjulang lari dengan penuh optimis. Dia hendak menyelesaikan jatah hukuman asli yang dirinya punya, bergejolak di tengah keterkejutan semua insan.

Begitu juga dengan dua sosok pria yang mulai menemukan posisi Natha, mereka mencoba cepat menyusul menggunakan sisa tenaga. Mengapit tubuh munggil sang gadis kecil di tengah-tengah postur lari mereka.

" Lu ngapain Natha! " Iefan berseru sambil berlari, terus memandangi Natha yang hadir di antara.

Natha mengacuhkan pertanyaan mereka, pandangannya lurus, dia tetap berlari bersama-sama. " Berapa hukuman lari yang perlu gue selesaikan? " Mulutnya berbicara tanpa menoleh sedikitpun.

Kedua lelaki itu saling bertemu muka antar teman sejawat, mereka sempat ragu untuk menjawab kalimat sebiji gadis di tengah.

" Se-seratus kali." Ragu-ragu Iefan buka suara. Akibat tidak punya alternatif lagi guna berbohong.

" Okey bakal gue selesaikan. " Natha bergegas lari melajukan langkah di depan mereka, pandangannya datar dan lurus, tanpa ekspresi juga aba-aba.

Iefan merasa terkejut setelah menerima aktvitas Natha, dia menolehkan iras ke Aslan untuk kesekian kalinya, guna bertanya tentang hal apa yang Natha perbuat.

Tapi bukannya menjawab Aslan hanya tersenyum menyorot sikap berani yang di lakukan Natha, dan ikut menambah lari mengikuti gadis itu dari belakang.

Iefan sempat kesal di acuhkan Aslan, dia akhirnya memilih menjiplak perbuatan, dan rupanya pelarian itu di tambah dengan kehadiran Olivia juga lewat samping.

Ketiganya sempat terkejut, tetapi diketerlanjuran hanya bisa tersenyum untuk membalas, lalu memilih mempercepat pijakan bersama di bawah panas dan teriknya mentari atas lintasan estafet.

Semua siswa-siswi yang belum sepenuhnya bubar, ribut dan bersorak, mereka saling membicarakan akan hukuman yang pak Fredrik berikan terlalu keras, terutama bagi seorang wanita, sedikit mendapat jiwa keberanian dari carcah semangat Natha dan ketiga insan tengah sana.

Membuat lelaki berumur dari togak bangunan yang membaca kalimat bicara siswa-siswa permukaan bawah kesal, dan terpaksa memilih mengatakan kepada para satpam untuk menyuruh keempat siswa di tengah lapangan tersebut berhenti. Dia murka atas perlawanan yang diberikan insan naungannya.

Lekas pak satpam memberikan informasi kepada keempat siswa tertuju, tak luput menyuruh murid lainnya untuk kembali masuk ke kelas masing-masing.

Membuat Natha dan ketiga anak sekolah itu akhirnya berhenti, merasa lega sekaligus senang, keberanian kedatangan Natha rupanya membawa keberhasilan.

Aslan dan Iefan yang sudah berlari lama sebelumnya terkapar lelah. Mereka terbaring atas lintasan, tepar dengan posisi Natha serta Olivia yang juga menduduk diri karena lemas.

Natha mengebu-gebu nafas sesaat, dia menyorot keadaan tiga siswa Sekolah Menengah Atas samping kanan.

Sebelum akhirnya mengangkat tubuh, untuk bermaksud meninggalkan mereka. Karena permasalahan yang terjadi pada ketiganya atas dasar rumor kasus Natha telah terselesaikan.

Dia sudah tidak memiliki urusan lagi dengan insan-insan ini, terlebih dugaan sejenak Natha jika Aslan dan Iefanlah yang menjadi pelaku pencurian tas miliknya ikut pupus.

Kedua siswa itu sudah berlari di lapangan setelah mengantarkan Natha ke Unit Kesehatan Sekolah, Mereka terbukti tidak bersalah, perkara di sini juga telah selesai, dan Natha harus cepat kembali menyelesaikan masalahnya sendiri.

Natha bangkit dan bermaksud untuk berjalan meninggalkan. Tapi rupanya sempat di liat oleh Aslan, membuat lelaki itu reflek menahan lengan gadis berbaju biasa tersebut sebelum pergi. " Lu mau kemana! "

Natha yang juga kelelahan kehilangan keseimbangan, tak sengaja tertarik dan jatuh tertungkup. Tepat di atas jenjang tubuh basah Aslan yang duduk, dari urai-urai keringatnya.

Membuat raga keduanya hampir menyatu, dengan tangan Natha yang jatuh di atas bahu Aslan, tubuh dan kedua lututnya menyatu pada teluk badan lelaki itu, sementara tangan kiri Aslan yang reflek untuk menahan, tapi malah tak sengaja memegang pinggang Natha.

Pandang mereka bertemu, dalam posisi kepala Natha sedikit menanjak di atas, dan wajah Aslan di bawahnya.

Angin-angin bergelimpangan lewat, meniup lemparan helai poni belah Natha, cucuran keringat menetes satu-satu dari tali surai hitam sang lelaki sisi depan, bola kecoklatan yang tajam menelisik. Pada sorot mata melebar, dengan retina hitam dari getaran-getaran pandangan Natha.

Kuyupnya seragam Aslan, terasa bertapak di permukaan tangan munggil Natha, hawa hangat dan aroma tubuh sang lelaki dari panasnya mentari ikut tertular di suhu tubuh Natha yang munggil.

Gadis itu terpangku diam di atas tubuh seorang laki-laki yang tidak di kenal, dan telah menjadi penyelamat hidupnya semula.

Degupp...! Degupp..! Degupp...!

...~Bersambung~...

1
psyche
Terasa begitu hidup
Axelle Farandzio
Aku nunggu update terbaru setiap harinya, semangat terus author!
print: (Hello World)
Gak sabar buat lanjut!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!