Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.
Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
006 : Insiden Awal Januari
Selesai mengikuti les privat, Haikal langsung pulang. Pukul tujuh malam ia sampai di rumah. Setibanya di ruang tamu ia mendapati Pak Yuda, ayahnya yang sedang melihat acara televisi sembari minum kopi. Haikal terlalu lelah hingga malas untuk menyapa sang ayah meski tatapan kedua mata mereka sekilas saling bertemu. Tanpa basa-basi, kaki Haikal mulai melangkah lagi menuju kamar. "Kamu sudah pulang?" tanya Pak Yuda yang membuat langkah Haikal terhenti sejenak. "Iya," jawab Haikal singkat.
"Bagaimana dengan hari ini? Apa kamu menangani gadis itu dengan baik?" Pak Yuda kembali bertanya.
"Sudah kulakukan dengan sebaik mungkin. Ada apa?" Haikal mulai merasa ada firasat buruk dari pertanyaan ayahnya.
"Baguslah kalau begitu! Ayah dengar tadi Isya sempat di bawa ke rumah sakit karena kondisinya yang masih belum pulih sempurna. Maka dari itu jaga dia dengan baik karena dia adalah aset yang sangat penting bagi keluarga kita! Bukankah kamu sudah mengetahuinya sejak awal?" ucapan Pak Yuda barusan sangat mengena di benak putranya. Bagaimana bisa seorang manusia menganggap manusia lain sebagai aset yang dapat memenuhi segala keinginannya? Namun menyanggah hal itu secara terang-terangan malah hanya akan menimbulkan perdebatan antara ayah dengan anak.
Sejak masih kecil Haikal dan Isya adalah sahabat baik karena kedua orang tua mereka juga bersahabat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, hingga saat menginjak usia remaja muncul perasaan suka dalam diri Isya dari rasa nyaman yang sering tercipta saat dia bersama dengan Haikal. Dengan penuh keberanian Isya lebih dulu menyatakan rasa sukanya terhadap Haikal. Ternyata sahabat kecilnya itu juga merasakan hal yang sama. Mereka akhirnya berpacaran saat keduanya berada di bangku SMA di sekolah yang sama, hanya saja Haikal satu tingkat lebih tinggi dari Isya. Hari demi hari mereka lalui bersama dengan bahagia baik di rumah maupun di sekolah. Meski saat berada di sekolah pun mereka secara terang-terangan mengaku bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
Sampai suatu ketika perusahaan milik Yuda bangkrut dan kondisi ekonomi keluarganya semakin terpuruk. Bahkan untuk makan saja mereka mulai kesusahan. Sampai-sampai beberapa aset keluarga dijual untuk melunasi hutang yang masih menumpuk belum lunas terbayarkan. Saat kondisi keluarga sedang terpuruk, Haikal tidak ingin menceritakan hal itu kepada siapapun termasuk Isya. Ia bertingkah seolah semuanya dalam kondisi baik-baik saja.
Haikal adalah tipe laki-laki yang memiliki rasa gengsi tinggi. Selama ini ia dikenal dari kalangan elit dengan keluarga kaya raya dan bergelimang harta. Apa kata teman-temannya jika sampai mereka tahu kalau perusahaan ayahnya jatuh bangkrut serta kondisi keluarga yang hampir miskin? Memikirkan hal itu saja membuatnya malu sekaligus muak. Jadi satu-satunya cara adalah menutupi semua itu serapat mungkin ia bisa.
Pada awal tahun baru tepatnya di tanggal 2 Januari 2020, Isya mengajak Haikal beserta keluarganya untuk ikut berlibur ke Jepang. "Taraa... Lihat tempat wisata ini bagus kan? Kita bisa liburan lama di Jepang dan menginap di villa milik Keluarga Olivia yang ada di sana. Pasti asyik deh kalau tahun baru ini kita berlibur ke Jepang. Ajak juga gih om dan tante biar kita semua bisa bersama, ayah dan ibuku juga ikut loh!"
Haikal sempat mempertimbangkan lagi hal itu karena mengetahui kondisi ekonomi keluarganya yang semakin hari semakin sekarat. Boro-boro untuk membeli tiket liburan, untuk beli makan saja harus terlalu dihemat. "Emh... Gimana ya? Libur awal tahun ini aku ikut les tambahan lumayan padat sih jadwalnya. Kayaknya nggak ada waktu deh buat berlibur. Hehe... Maaf ya!" Haikal mulai beralasan.
Isya sangat kesal mendengarnya, "Huh... Apaan sih? Waktunya liburan kok kamu nggak ada waktu libur sama sekali? Lagian kamu kan sudah terlalu pintar untuk ikut les tambahan! Nggak ikut les pun nilaimu sudah hampir sempurna semuanya!" Isya tetap bersikeras Haikal bisa ikut berlibur bersamanya.
"Yah mau bagaimana lagi, aku kan sudah di akhir kelas 2 dan sebentar lagi sudah kelas 3 loh !" ucap Haikal.
"Lagian ujian kenaikan kelas nanti masih lama, jadi nggak usah deh terlalu sibuk belajar terus! Untuk masalah biaya nanti semuanya sudah diurus oleh keluargaku! Kan pihak kami yang mengajak kalian berlibur jadi masalah biaya biar kami yang tangani semuanya!" penjelasan Isya kali ini membuat pendirian Haikal untuk tidak berlibur mulai goyah.
"Wih... Sultan nih! Beneran semua biayanya sudah ditangani? Lalu, aku dan keluargaku tinggal berangkat begitu saja?" tanya Haikal menyakinkan. "Iya dong! Gimana? Jarang-jarang kan aku baik banget sama kamu? Hehe..."
Sepertinya hal ini boleh juga. Belajar di waktu liburan pun cuma sebagai alasan belaka agar ia bisa menolak ajakan Isya dengan halus. Tapi jika masalah biaya yang menjadi beban terberatnya sudah ditangani maka tidak perlu merasa khawatir lagi. "Iya deh, nanti aku coba bicarakan dulu dengan keluargaku." jawab Haikal.
"Oke... kalau gitu kita bakalan berangkat di tanggal 4 nanti ya! Harus ikut loh, nggak boleh nolak!" Isya terlalu senang karena di liburan kali ini bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga beserta kekasihnya. Jika tahu akan terjadi hal buruk di liburan waktu itu, Haikal pasti lebih memilih untuk tetap tidak ikut.
~ Flashback on ~
Pagi hari Bu Vani bersama Isya pergi memetik buah stoberi yang mereka lihat saat berlari-lari kecil di sekitar villa. Kebun stroberi itu rupanya masih milik Keluarga Olivia yang tumbuh dengan subur karena dibudidaya secara organik. Dirasa telah cukup memetik beberapa buah stoberi untuk dibuat jus, mereka berdua pun bergegas kembali ke villa.
Saat hendak menyebrang jalan kantung plastik milik Isya sobek hingga buah stroberi yang ada di dalamnya berceceran jatuh ke jalan. Isya memungut kembali buah stoberi yang jatuh. Tanpa disadari ada sebuah truk dari belakang melaju dengan kecepatan tinggi yang semakin mendekat ke arah Isya.
Bu Vani melihat ke samping yang ternyata Isya masih tertinggal di belakang dan nampak sibuk memungut beberapa buah stroberi yang tergeletak di atas aspal. Beliau menyadari ada sebuah truk yang semakin mendekat, kemudian meneriaki Isya untuk segera menyingkir. "Syaa... cepat lari ada truk di belakang! Sudah itu buahnya yang masih jatuh biarkan saja!"
Isya tidak mendengar ucapan Bu Vani karena telinganya tersumpal dengan headset. Melihat truk yang semakin dekat sementara Isya tidak segera beranjak dari tempat, Bu Vani pun berlari ke arah Isya untuk menyelamatkannya. Satu stroberi terakhir telah Isya ambil. Saat bangun dari posisi jongkok ia melihat Bu Vani yang berlari kencang ke arahnya. Ketika hendak mengetahui apa penyebab beliau berlari seperti itu sudah terlambat, truk di belakang Isya semakin dekat. Bukannya segera menghindar, tubuh Isya mendadak kaku karena saking terkejut akan kehadiran truk yang tak terduga itu. "Isyaaa… awass!" teriak Bu Vani di aksi penyelamatan terakhirnya.
Tubuh Isya terdorong menjauh ke tepian jalan. Ia berhasil selamat dari truk yang hampir merenggut nyawa, namun sebagai gantinya tubuh Bu Vani lah yang tertabrak truk itu hingga terpental jauh beberapa meter lalu jatuh dan terguling beberapa kali di atas aspal. Sementara truk tadi banting setir ke arah kiri dan baru berhenti setelah menabrak sebuah pohon besar."
Ckiiittt... Bruakk…
Suara benturan yang keras itu membuat Isya menunduk ketakutan. Saat ia memberanikan diri untuk melihat keadaan. Ia mendapati kepulan asap dari badan truk yang menabrak pohon. Tatapannya kian bergeser ke sebelah kanan, nampaklah tubuh Bu Vani tergeletak tak sadarkan diri di atas aspal dengan banyak darah yang keluar dari luka di tubuhnya akibat tabrakan tadi. "Kyaaa...." Isya hanya bisa berteriak histeris saat melihat tubuh Bu Vani yang bersimbah darah. Ia sampai tidak berani mendekat untuk melihat keadaan beliau lebih jelas.
Lalu, secara mendadak muncul percikan api dari badan truk yang membuat ledakan dahsyat hingga di akhir ledakan itu muncul kobaran api yang menyelimuti seluruh badan truk.
Duaaarr…
Suara keras dari ledakan truk membuat Isya lagi-lagi terkejut. Ia terlalu syok untuk bisa menyadari situasi sekarang ini. Perlahan pandangannya mulai kabur saat kembali melihat ke arah Bu Vani. Hingga akhirnya Isya pingsan di tempat dengan posisi tengkurap.
-One Step Closer-