Tian Guo, ahli bela diri terkuat di Daratan Zhuyun yang dihormati sebagai pemimpin Istana Surgawi, menghadapi penderitaan terbesar dalam hidupnya ketika kekasihnya, Xie Mei, dan Ketua Sekte Naga Suci mengkhianatinya saat dia berusaha naik ke Alam Immortal. Dihancurkan oleh pengkhianatan yang tak terduga, Tian Guo hampir lenyap dalam petir kesengsaraan.
Namun, takdir berkehendak lain. Seratus tahun kemudian, jiwa Tian Guo reinkarnasi ke dalam tubuh seorang bocah bernama Tang Wuying. Dengan kesempatan kedua ini dari surga, Tian Guo bersumpah untuk membalaskan dendamnya. Memanfaatkan pengetahuan dan kekuatannya yang luar biasa, dia kembali menapaki jalan bela diri yang terjal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van_Liev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 - Gadis Alkemis
Tang Wuying berdiri di puncak gunung, merasakan angin dingin yang menerpa wajahnya. Meskipun jiwanya sebagai Tian Guo penuh dengan pengalaman tempur, tubuh baru ini belum pernah merasakan adrenalin dari pertarungan sebenarnya. Dia tahu bahwa untuk memaksimalkan potensinya, dia harus mencari lawan yang tangguh untuk menguji kemampuan barunya.
Dia memulai pencariannya di hutan lebat yang menutupi gunung. Tang Wuying tahu bahwa hewan buas yang mendiami tempat ini bisa menjadi tantangan yang sempurna. Dia bergerak cepat dan diam, merasakan energi di sekitarnya untuk menemukan target yang cocok.
Tak butuh waktu lama sebelum dia menemukan jejak kaki besar yang menuju ke sebuah lembah tersembunyi. Jejak itu besar dan dalam, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah makhluk besar dan berat. Dengan hati-hati, Tang Wuying mengikuti jejak tersebut, bergerak tanpa suara melewati pepohonan lebat dan semak belukar. Saat dia mendekati lembah, suara geraman pelan mulai terdengar.
Tang Wuying akhirnya melihat sosok besar seekor Serigala Api, makhluk buas yang terkenal dengan serangan mematikannya dan kecepatan luar biasa. Serigala Api itu tingginya hampir dua meter dengan bulu merah menyala seperti bara api. Matanya berwarna merah darah, mengintimidasi siapa saja yang berani mendekatinya.
Tang Wuying mengambil posisi. Serigala Api mendeteksi kehadirannya dan menatapnya dengan mata merah menyala, mengeluarkan geraman rendah sebelum melompat menyerang dengan cepat. Cakar-cakar tajamnya mengarah langsung ke wajah Tang Wuying, memotong udara dengan suara desingan.
"Perisai Emas!"
Tang Wuying mengaktifkan teknik pertama. Teknik ini membentuk perisai emas yang mengelilingi sekujur tubuhnya. Serangan yang dilancarkan oleh Serigala Api membentur pelindung Tang Wuying, membuat tubuhnya terpental beberapa meter ke belakang. Meskipun terlindungi, kekuatan serangan itu membuatnya terhuyung-huyung.
"Makhluk ini lebih kuat dari yang kuduga," pikir Tang Wuying.
Tang Wuying bangkit dengan cepat, tidak membiarkan rasa sakit menghentikannya. Dia menghindari serangan berikutnya dengan lincah, melompat ke samping dan mempersiapkan serangan balasan. Setiap gerakan Serigala Api diikuti dengan mata tajamnya, mencari celah untuk menyerang balik.
"Tebasan Pedang Ilahi!"
Sebuah teknik yang dia adaptasi dari ilmu pedang lamanya, menggunakan tangan kosong untuk menghasilkan serangan tajam yang dipenuhi energi. Tangan kirinya mengarah ke leher Serigala Api, namun makhluk itu menghindar dengan cepat dan menyerang balik dengan cakarnya. Serangan cepat itu hampir mengenai wajah Tang Wuying, namun dia berhasil memutar tubuhnya untuk menghindar pada detik terakhir.
"Makhluk ini sangat cepat," gumam Tang Wuying. "Aku harus menggunakan teknik yang lebih kuat."
Mengumpulkan energi di kedua tangannya, Tang Wuying mengaktifkan teknik berikutnya.
"Tinju Naga Merah!"
Dengan kekuatan darah emas di dalam tubuhnya, dia melompat maju dan menghantam Serigala Api dengan pukulan penuh tenaga. Serangan itu menghantam Serigala Api tepat di tengah tubuhnya, menghasilkan ledakan energi yang memekakkan telinga. Serigala Api mengeluarkan raungan keras sebelum jatuh ke tanah, tidak bergerak lagi.
Tang Wuying berdiri dengan napas terengah-engah, merasakan energi mengalir deras dalam tubuhnya. Pertarungan ini memberikan apa yang dia butuhkan—pemahaman yang lebih baik tentang batasan tubuh barunya dan bagaimana menggunakannya dalam pertempuran.
"Ini belum cukup," pikir Tang Wuying. "Aku perlu lebih banyak pengalaman."
Tang Wuying melanjutkan pencariannya di hutan, berharap menemukan lebih banyak lawan untuk menguji kemampuannya. Setelah pertempuran sengit dengan Serigala Api, dia merasa tubuhnya semakin kuat dan kemampuannya semakin tajam. Namun, dia masih haus akan lebih banyak pengalaman tempur.
Saat berjalan di jalur berbatu di dalam hutan, dia mendengar suara jeritan. Dengan cepat, dia berlari menuju sumber suara dan menemukan seorang gadis yang dikepung oleh gerombolan monster. Monster-monster itu adalah sekelompok Laba-laba Hitam Raksasa, makhluk buas yang terkenal dengan racun mematikan dan serangan cepatnya.
Tang Wuying merasakan kegirangan bukan karena gadis yang terancam, tetapi karena gerombolan monster itu. Setelah pertempurannya dengan Serigala Api, dia belum menemukan satupun monster lagi. Mungkin dampak dari pertarungan mereka membuat monster lain menjauh.
Tanpa ragu, Tang Wuying melompat ke medan pertempuran. Dengan gerakan cepat dan lincah, dia menyerang laba-laba yang pertama, memukul kepala makhluk itu dengan keras hingga tengkoraknya pecah. Laba-laba lain berusaha menyerangnya dari belakang, tetapi Tang Wuying berputar dengan elegan dan menghantamnya dengan siku, mengirimnya terbang ke arah pohon, mati seketika.
Pertarungan berlangsung singkat namun intens. Tang Wuying tidak memberi kesempatan bagi monster-monster itu untuk menyerangnya bersamaan. Setiap gerakan tangannya adalah serangan mematikan. Dalam beberapa menit, semua laba-laba telah tergeletak tak bernyawa di tanah.
Gadis yang diselamatkan mendekatinya dengan rasa terima kasih. "Terima kasih telah menyelamatkanku," katanya dengan suara gemetar. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak datang."
Tang Wuying mengamati gadis tersebut dengan teliti. Dia mengenakan pakaian sederhana namun rapi, dan di tangannya terdapat sebuah tas kecil yang mengeluarkan bau obat-obatan. Mata Tang Wuying menyipit. "Siapa namamu, dan apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya.
Gadis itu menjawab, "Namaku Li Mei. Aku sedang mengumpulkan bahan. Aku tidak tahu akan bertemu monster-monster itu."
Tang Wuying mengangguk, mengamati tas penuh ramuan yang dibawanya. "Apakah kau seorang ahli alkimia?" dia bertanya lagi.
Gadis itu menggelengkan kepala. "Belum. Aku belum mengambil ujian ahli alkimia jadi belum resmi menjadi salah satu. Namun, aku cukup percaya diri dengan kemampuanku," jawabnya sambil tersenyum.
"Kulihat kau terluka. Kenapa tidak ikut denganku ke gubukku? Aku bisa mengobati lukamu dengan ramuan yang kumiliki." lanjutnya kemudian.
Tang Wuying mempertimbangkan tawarannya. Dia memang merasakan beberapa luka kecil dari pertarungan sebelumnya, dan selain itu, ada sesuatu yang unik dari gadis ini. "Baiklah, aku akan ikut denganmu," jawabnya.
Mereka berdua berjalan melewati hutan, menuju sebuah gubuk kecil yang tersembunyi di antara pepohonan. Gubuk itu sederhana namun tampak bersih dan terawat. Li Mei membuka pintu dan mempersilakan Tang Wuying masuk. Dia segera mulai menyiapkan ramuan obat dari bahan-bahan yang dia kumpulkan.