Dia Yang Mencintaiku

Di ruang kepala sekolah, pak Angga saat ini sedang terduduk di kursi kerjanya. Dia merasa tersentuh dengan sikap Bimo yang sangat bisa berpikiran dewasa diusianya yang masih muda. "Anak ini sungguh hebat, dia punya pemikiran yang mendalam dan pertimbangan yang matang, namun sayang harus ada korban yang jatuh. Semoga semua masalah ini cepat berlalu", batin pak Angga.

Sambil memperhatikan dan mengulang ngulang kembali video yang diberikan Bimo, ada perasaan kesal menelusup di dalam hatinya. "Bagaimana bisa anak SMA dari kelas unggulan melakukan hal serendah ini, anak ini sungguh licik sekali.. sebaiknya aku segera serahkan video ini dan rekaman suara pak Tono kepada Tuan Danu, sesegera mungkin", monolog pak Angga.

....

Rumah sakit

Sebelumnya ayah Danu sudah menghubungi istrinya agar tidak khawatir, kalau Hani sudah bersama dengannya. Namun sudah  hampir 5 jam Hani belum sadarkan diri juga. Ayah Danu dengan berat hati menghubungi istrinya agar bisa menyusulnya ke rumah sakit. Sengaja ayah Danu tidak menjelaskan lebih rinci keadaan yang sebenarnya. Sementara itu kak Evan masih berada di luar rumah, dia tidak tahu sama sekali dan tidak ada yang memberi tahunya.

"Ada apa mas? tumben kok mas belum pulang ke rumah jam segini? Hani masih bareng mas?", Tanya bunda Jasmine penuh rasa khawatir.

"Ah.. iya sayang, Hani sedang bersamaku, kebetulan aku sedang ada urusan di rumah sakit Cipto. Sayang apa bisa kamu menyusul kami kesini sekarang?", Ucap Ayah Danu. Nada sedih suaminya terdengar jelas di telinganya. Namun bunda Jasmine enggan mempertanyakan. Feelingnya mengatakan pasti ada sesuatu yang salah dan lagi sejak siang tadi entah mengapa ada rasa khawatir yang dia rasakan.

"Baik mas aku segera kesana", ucap bunda Jasmine singkat.

Setelah menutup telpon istrinya, Ayah Danu merasa sangat sedih. Dia merasa gagal karena putri kesayangannya bisa sampai mengalami hal semenyedihkan ini. "Siapa pun pelakunya aku pasti akan memberi balasan yang setimpal", ucap Ayah Danu menahan emosinya.

Tiba tiba dering hape ayah Danu kembali berbunyi.

"Lapor tuan Danu, untuk masalah nona Hani sudah bisa ditetapkan pelaku utamanya.. pelaku tunggal yakni siswa atas nama Nindy. Sedangkan perihal pokok masalah karena siswa Nindy berusaha menjebak nona Hani. Halo... Tuan...", Lapor pak Angga.

"Ya saya sudah paham duduk permasalahannya apa ada hal lainnya pak Angga", tanya Ayah Danu dingin.

"Begini tuan mungkin sebelumnya anda sudah menyaksikan langsung saat saya mengintrogasi siswa Bimo yang berperan menjadi saksi mata dalam kasus ini, apa boleh saya memberitahukan tentang keberadaan nona Hani.. tuan", tanya pak Angga ragu ragu

"Mungkin saat ini belum bisa, sampaikan saja kondisi Hani sampai saat ini masih belum sadarkan diri dan tolong sampaikan pada anak itu untuk jangan membuka kasus ini dulu, sementara saya ingin fokus pada keadaan anak saya dulu", jawab ayah Danu dengan nada berat.

"Apa... Bagaimana kondisi nona tuan... Ah.. maaf jika saya lancang!", Ucap pak Angga terkejut dengan pertanyaannya sendiri. Pasalnya latar belakang seorang tuan Danu tidaklah sederhana.

"Tidak apa pak Angga, saya sangat berterima kasih atas perhatian bapak kepada anak saya dan yang pasti saya akan mengadili pelaku ini sendiri jadi tolong redam berita ini dulu agar pelaku lengah dan saya juga akan melakukan pembersihan struktur sekolah. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan jangan sampai terulang lagi", ucap Ayah Danu tegas.

....

Setelah beberapa lama ayah Danu duduk di samping kasur rumah sakit Hani, tiba tiba pintu kamar VVIP itu terbuka dengan terburu buru.

"Mas ada apa ini, kenapa Hani mas.. bukannya kamu bilang, kamu tadi sedang bersama Hani?", Tanya bunda Jasmine khawatir.

Saat ini hati bunda Jasmine seperti hampa, kekuatannya tiba tiba menghilang dan tangannya bergetar hebat saat ingin meraih putri kecilnya yang terbaring tak sadarkan diri. Hati ibu mana yang tak hancur melihat kondisi putri tercintanya seperti saat ini, wajah hani yang pucat seperti mayat hidup, sudut bibir yang sudah diberi plaster, pipi chubbynya yang memerah dengan bentuk telapak tangan, dan ditambah selang infus, selang oksigen, dan EKG (alat rekam jantung). Suara suara yang keluar dari alat alat itu semakin menambah suram suasana kamar VVIP Hani yang lebih mirip dibilang kamar hotel.

Ayah Danu masih saja terdiam, berbagai pikiran berkecamuk. Bagaimana dia bisa menjelaskannya.

"Mas... Ngomong dong.. ini ada apa sebenarnya? Kenapa Hani?", Tanya Bunda Jasmine sambil terisak.

Tak selang berapa lama, dokter kepala pun datang diikuti beberapa asisten dokter dan suster.

"Dokter bagaimana kondisi putri saya?", Bukan bunda yang bergegas menghampiri dokter, melainkan Ayah Danu. Sebenarnya sejak awal ayah merasa sangat khawatir pikirannya kosong hanya tertuju pada kondisi Hani. Setelah beberapa saat dokter melakukan pemeriksaan.

"Untuk sementara kondisi fisik nona Hani sudah stabil...", Jawab dokter terjeda.

"Hanya saja kondisi psikis nona Hani sepertinya sangat down saat ini, jadi ibarat kura kura yang sedang bersembunyi kedalam cangkang. Maka dari itu secara tidak langsung alam bawah sadarnya menyuruh nona Hani untuk tetap tertidur", ucap sang dokter.

Penjelasan dari sang dokter kepala membuat ayah dan bunda Hani merasa shock. Bunda secara spontan memegang lengan ayah agar tidak terjatuh, karena badannya saat ini sudah tidak punya kekuatan apa apa.

"Dengan kata lain saat ini nona Hani sedang tidur panjang, hanya tekad dari dalam dirinya yang bisa membuatnya sadar. Dan dalam kondisi ini setiap suara yang ada dia dapat dengar dengan baik, jadi sebisa mungkin pihak keluarga harus aktif mengajaknya berbicara", jelas sang dokter memberi saran.

Setelahnya rombongan dokter kepala keluar dari kamar. Ayah dan bunda terduduk berdua di sofa keduanya merasa sangat tidak bertenaga dan hampa.

Bunda sudah berlinangan air mata, seketika bunda berjalan dan duduk dikursi samping kasur rumah sakit Hani. Sambil memegang tangan Hani yang bebas, bunda pun tak kuasa meratap sambil terisak.

"Ya Tuhan, tolong sadarkan Hani putriku.... (Hiks.. hiks... Hiks...) Aku siap menggantikan posisi Hani Tuhan... Aku tidak sanggup.. sungguh tidak sanggup... Putriku Hani Brawijaya... Bunda mohon bangun nak... Ada bunda disini.. ada ayah disini... Hani sayang bangun nak... Bunda sudah masak makanan kesukaan Hani.. Nak...", Sambil terisak bunda terus berusaha membangunkan Hani ia terus mengusap surai hitam putrinya, kata katanya sangat menyayat hati. Bahkan ayah Danu yang dari tadi kuat akhirnya luruh juga air matanya.

"Maafkan Ayah nak yang tidak bisa menjagamu.. ayah gagal menjadi ayah yang baik.. maafkan ayah nak..", derai air mata ayah luruh begitu deras tanpa berusaha ia bendung. Biarlah saat ini dia dianggap lemah, nyatanya apa yang Hani alami saat ini memang membuat hati Ayah Danu terluka.

\=\=\=\=

TBC

NOTE:

Bagi siapa pun pelaku pembullyan please hentikan sebelum ada korban yang merasa teraniaya. Sebenarnya saat kamu membully seseorang kamu sudah merusak takdir baik di hidupmu sendiri. Dan bukan hanya korbannya saja yang kamu bully tapi seluruh keluarga korban, terutama orang tua korban.

PLEASE STOP IT !!!