Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Tuk... Tuk..., Permisi Bu" seorang anak perempuan berdiri di bibir pintu kelas ruangan Mira.
"Iya, silahkan masuk" ucap Bu Santi.
Anak perempuan itu pun melangkah masuk mendekati Bu Santi.
"Ada apa nak?" Lanjut tanya Bu Santi.
"Mau memanggil yang namanya Mira Bu"
"Dipanggil sama siapa?"
"Dipanggil sama Bu Nani, guru BK"
'deg' jantung Mira berdegup kencang. Benaknya bertanya tanya kenapa guru BK memanggilnya, ada masalah apa. Bayu menatap Mira sekilas, sebelum ia memalingkan wajahnya karena mereka sama sama bertemu pandang.
"Mira, kamu dipanggil sama guru BK, silahkan kamu jumpai ibu itu" ucap Bu Santi mempersilahkan
"Baik Bu" ucap Mira, lalu ikut keluar bersama anak perempuan itu
"Permisi Bu" ucap anak perempuan itu.
*****
"Emmm, kira kira kenapa ya saya di panggil sama Bu nani?" Tanya Mira kepada anak perempuan itu.
"Kalau itu saya tidak tahu, saya hanya disuruh manggil saja, tadi pas ngisi tinta spidol dari kantor saya berpapasan sama Bu Nani, terus ibu itu nyuruh saya buat manggil kamu, kalau begitu saja deluan ya, mau kembali ke kelas" ucap anak perempuan itu lalu meninggalkan Mira.
Mira berjalan sendiri menyusuri lorong lorong kelas menuju ruang BK. Ruang BK adalah ruangan horor bagi anak sekolah, karena di sana adalah ruangan bagi anak anak bermasalah.
"Tapi apa masalahku" gumam Mira bingung.
"Aku tak merasa berbuat apa apa, apa ibu itu salah orang, atau orang tadi salah manggil orang, kan bisa aja namanya sama" gumamnya dalam hati
"Tok... Tok..., Permisi Bu" ucap Mira, mengetuk pintu ruang BK. Di sana sudah ada Bu nani, dan dua orang yang membelakangi pintu.
"Iya, silahkan masuk"
"Saya Mira Bu" ucap Mira memperkenalkan diri, wajar saja soalnya ini baru pertama kalinya Mira berada di ruangan ini.
"Ohhh, jadi kamu yang namanya Mira" ucap wanita paruh baya itu langsung berdiri menghadap Mira.
"Mohon maaf Bu, silahkan duduk, ini lingkungan sekolah" ucap Bu Nani menenangkan Bu Alexa.
Mira tertegun, di sana ia melihat anak laki laki semalam, yang tak sengaja terkena batu karena tendangannya. Tapi tampaknya anak laki laki itu tak baik baik saja, kepalanya tampak di perban, wajahnya juga terlihat pucat.
"Apa dia sakit? Semalam kelihatannya baik baik saja" batin Mira.
"Silahkan duduk Mira" ucap Bu Nani, mempersilahkan Mira duduk. Sekarang posisinya Mira duduk tepat di hadapan Bu Alexa dan Anak laki laki itu, sedangkan Bu Nani duduk di tengah.
"Apa kamu mengenal dia?" Ucap Bu Nani kepada Mira seraya menunjuk anak laki laki itu.
"Emmmm, tidak Bu, tetapi semalam kami pernah bertemu?" Ucap Mira.
"Alahhh, lagaknya nggak kenal" ucap Bu Alexa emosi.
"Sabar Bu" ucap Bu Nani
"Kalau kamu gading, apa kamu kenal dia?" kini gantian gading yang ditanya oleh Bu Nani. Barulah Mira tahu kalau nama anak laki laki itu adalah gading, kemarin mereka memang sempat adu mulut, tapi mereka tak sempat berkenalan, hanya gading yang menanyakan namanya namun ia tak kepikiran untuk bertanya balik, siapa nama anak laki laki itu yang baru ia ketahui namanya adalah gading. Anak laki laki bertubuh tinggi, bermata setajam elang, berkulit putih bersih, tak kalah tampan dengan artis artis korea.
"Saya juga tidak kenal dengan dia Bu, tapi semalam dia dengan sengaja melempar batu ke kepala saya Bu, sampai kepala saya bocor Bu."
"Bohong Bu, saya tidak sengaja, lagian kepalanya kemarin tidak apa apa kok bu, serius" potong Mira membela diri.
"Mira..." Ucap Bu nani menatap tajam Mira. Mira pun diam dan tertunduk.
"Maaf Bu" ucap Mira melemah
"Bagaimana kamu tahu kalau dia sengaja melakukannya?"
"Karena dia sempat mengejek saya, sambil berkata rasain lo, begitu Bu, itu artinya dia sengaja Bu. Kalau dia tak sengaja dia pasti minta maaf Bu, bukan malah mengejek saya Bu"
Darah Mira rasanya memuncak, berani-beraninya gading memfitnah dirinya.
"Nggak Bu, dia bohong"
"Heh, bohong apanya, ini buktinya kepala anak saya sampai di perban begini" ucap Bu Alexa marah.
"Ya sudahlah, Bu Alexa, Mira, tolong tenang"
"Mira, benar kamu melakukannya?"
"Ceritanya seperti ini Bu?"
"Ibu mau kamu jawab benar apa tidak kamu melakukannya, bukan meminta kamu menceritakan kronologinya "
"Iya Bu, saya melakukannya, tapi bukan begitu ceritanya Bu"
"Sekarang ceritakan bagaimana ceritanya"
"Kemarin sepulang sekolah, sambil berjalan saya menendang batu dengan keras dan tak sengaja malah mengenai kepala gading Bu. Jadi, saat menendang batu saya tak berniat untuk melukai atau mengenai kepala gading Bu. Namun, kemarin saya sudah minta maaf langsung kepada gading saat itu juga Bu. Dan kemarin kepala gading baik baik saja Bu, tidak ada luka sama sekali Bu. Kalau pun kepala gading di perban itu bisa saya pastikan bukan karena batu yang saya tendang kemarin Bu. Kalau tidak percaya perbannya mungkin boleh di buka, gading hanya pura pura saja itu Bu" ucap Mira panjang lebar.
Bu Nani nganggur nganggur seolah olah paham.
"Heh, berani beraninya kamu bilang mau buka perban anak saya, gila kamu ya, apa kamu kira itu tidak sakit" ucap Bu Alexa, ibu gading.
"Tau nih Bu, pakai mengarang cerita segala, akuin saja kalau kamu salah, kan kamu kemarin yang nantangin biar saya laporin ke ruang BK, katanya kamu nggak takut sama BK. Sekarang, kenapa kau ketakukan gitu, sampai mutar balikkan fakta segala." Ucap gading.
"Berarti benar, kemarin batu yang kamu tendang mengenai kepala gading Mira?"
"Benar Bu, tapi tidak sampai separah itu hasilnya Bu" ucap Mira, berharap Bu Nani percaya dirinya.
"Baiklah kalau begitu, berarti jelas Mira yang bersalah, sengaja atau tidak sengaja kamu tetap harus bertanggung jawab atas apa yang telah menimpa gading Mira" ucap Bu Nani kepada Mira.
Mira menunduk, membela diri pun rasanya tak berguna. Siapa yang percaya, kalau kepala gading tak luka separah keterangan gading dan ibunya.
"Jadi, Bu Alexa, berapa yang harus diganti oleh Mira untuk membayar uang berobat nak gading ini" tanya Bu Nani, kepada Bu Alexa.
"Saya minta 2 juta Bu, karena kemarin anak saya ini sempat saya bawa rongsen, jadinya mahal" ucap Bu Alexa
Sontak Mira terkejut, darimana uang dua juta dirnya dapat kan, bahkan ke sekolah pun dirinya keseringan tak jajan.
"Apa itu tak kemahalan Bu?" Tanya Bu Nani memastikan.
"Tidak, itu sudah murah, bahkan saya tidak menghitung kan uang bensin, dan uang sakit yang diderita oleh anak saya. Saya hanya minta uang ganti rugi untuk rongsen dan obat saja " ucap Bu Alexa.
"Bagaimana Mira, kamu sanggup membayarnya?" Tanya Bu Nani kepada Mira
"Bu, saya tak ada uang sebanyak itu" ucap Mira dengan mata berkaca kaca.
"Begini saja, kamu hapal nomor orang tua kamu, biar ibu menelpon orang tua kamu" ucap Bu Nani.
"Saya mohon jangan Bu, kasihan orang tua saya Bu" ucap Mira sambil bersimpuh di kaki Bu Nani, kini air matanya telah tumpah dari pelupuk matanya.
"Makanya jangan berulah" desis Bu Alexa.
"Kamu diri dulu, biar ibu panggil orang tuamu, biar masalahmu selesai? Ucap Bu Nani, menenangkan Mira.
"Tapi Bu..."
"Sudah tak apa, mana nomor orang tua kamu, biar masalahmu selesai"
"Saya mohon jangan Bu"
"Kalau tak mau bayar, saya adukan masalah ini ke kepala sekolah agar kamu di keluarkan saja, jika sekolah tak mau mengeluarkan kamu, maka saya akan bawa pengacara dan juga wartawan, masih pelajar sudah kriminal" ucap Bu Alexa.
"Tenang dulu ya Bu, masalah ini kita selesaikan di sini saja" ucap Bu Nani, ia kenal sekali watak Bu Alexa yang sombong, mentang mentang kaya ia suka melakukan sesuatunya dengan sesuka hatinya tanpa memikirkan orang lain.
"Mira, bacakan nomor orang tuamu"
Akhirnya Mira tak ada pilihan lain lagi, selain menurut dengan permintaan Bu Nani.