NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Perpisahan

Cinta Setelah Perpisahan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ratu jagad 02

12

Sabila Alfiana Bumantara.
Diusia 19 tahun, ia adalah sosok yang begitu periang. Bahkan, diusia itu ia sangat bermimpi untuk menikah muda bersama laki-laki impiannya. Namun, karena sebuah insiden tidak mengenakan membuatnya mengubur impiannya untuk menikah muda. Bahkan, pernikahan sudah tidak ada lagi dalam list tujuan hidupnya hingga kini usianya menginjak 29 tahun.

Lalu, sebenarnya insiden apakah yang akhirnya membuat Sabila menolak untuk menikah? Ikuti kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Xavier melepas sepatunya dan ikut masuk ke dalam selimut yang sama dengan Sabila. Setelah itu, ia langsung menarik wanita itu untuk masuk ke dalam pelukannya. Akhirnya, malam panjang disertai jatuhnya hujan ke bumi itu menjadi moment indah yang begitu Xavier sukai. Karena malam ini, ia bisa tertidur nyenyak dengan begitu damai setelah sebelumnya dihantui rasa bersalah yang tidak berkesudahan pada Sabila.

Tepat pukul empat dini hari, Xavier membuka kedua matanya untuk melanjutkan rencana yang belum sepenuhnya terlaksana. Dengan tangan bergetar, Xavier mulai membuka kancing baju Sabila satu persatu, setelah itu ia melepas semua kain yang ada pada tubuh Sabila hingga membuat Sabila benar-benar polos. 

Guk! Xavier menelan saliva susah payah saat melihat pemandangan menakjubkan di depannya. Namun, sesegera mungkin Xavier mengalihkan pandangannya dan kembali menyelimuti tubuh Sabila dengan selimut tebal. Setelah itu, Xavier ikut melepas pakaiannya dan hanya menyisakan boxer saja. Baru setelah itu, Xavier dengan sengaja membuka kunci pintu agar semakin mempermudah rencananya untuk berhasil.

"Maafkan aku, Sayang." Xavier langsung bergabung kembali bersama Sabila di bawah selimut sembari menunggu penggerebekan yang telah ia rencanakan terjadi. 

Dor dor dor!

"Secepat itu? Bukankah dia bilang akan datang jam lima?" monolog Xavier, teringat dengan rencana yang telah ia susun bersama adiknya. Meski sempat merasa heran, dengan cepat Xavier kembali memejamkan mata seakan belum sadarkan diri.

Brak! Pintu terbuka lebar, menampakan Papa Gavin, Aksa dan Aaron. Pemandangan di dalam kamar yang begitu berantakan membuat emosi ketiga laki-laki itu memuncak seketika. Terlebih, penampakan sepasang pria dan wanita di atas ranjang membuat ketiganya tersulut begitu saja. Dengan tergesa, Aaron menghampiri ranjang dan menarik bahu Xavier untuk bangun. Setelah itu, tinjuan keras langsung Aaron layangkan pada Xavier. 

"Kau apakan adikku, ha?!" tanya Aaron emosi. 

Xavier yang mendapat tinjuan secara tiba-tiba tentu saja merasa terkejut. Namun otaknya dengan cepat bekerja setelah mendengar laki-laki yang menghajarnya ini mengatakan bahwa Sabila adalah adiknya. Dengan mengerahkan semua kemampuan aktingnya, Xavier berpura-pura memegang kepalanya seakan merasa pusing.

Papa Gavin yang melihat putrinya masih belum sadarkan diri, akhirnya mencoba mendekati ranjang dan membangunkan putrinya dengan lembut. Hingga akhirnya, Sabila mulai membuka mata sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Papa?" ucap Sabila terkejut. Sabila bersaha bangkit dari baringnya tanpa menyadari bahwa tubuhnya sedang polos. Namun Papa Gavin dengan sigap menarik selimut yang membungkus tubuh putrinya agar tidak merosot. "I-ini?" Sabila tidak mampu berkata-kata saat menyadari dirinya tengah tidak berpakaian. "Pa, ada apa ini?" 

"Sabila, katakan bagaimana bisa kau tidur bersama laki-laki ini?" tanya Aaron emosi.

Sabila menatap Xavier dengan terkejut dan gelengan keras. "Aku tidak tahu, Ngah. Aku sungguh tidak mengingatnya." 

"Kurang ajar!" Aaron kembali menghajar Xavier tanpa ampun. 

"Aaron cukup!" perintah Aksa.

"Do, dia telah menodai adik kita. Aku tidak terima! Bugh!" Lagi dan lagi Aaron menghajar Xavier tanpa ampun. 

"Aaron, aku bilang berhenti!" perintah Aksa lagi. 

"Tapi, Do—." 

"Biarkan dia menjadi urusanku." Aksa memungut celana dan kemeja Xavier, lalu melemparkannya. "Pakai itu dan ikut aku."  

*

Xavier duduk tertunduk dengan menahan rasa sakit pada luka lebam di beberapa bagian wajahnya. Otaknya masih saja berusaha memikirkan apa yang barusaja terjadi pada dirinya. Rencana semula yang telah ia susun dengan matang bersama Sheryl ternyata sama sekali tidak berjalan. Seharusnya, keluarganya akan datang pukul lima pagi atas arahan dari Sheryl. Namun kini, kenapa yang datang justru keluarga Sabila diwaktu yang bahkan lebih awal dari rencana sebelumnya.

"Aku tahu kau dan Sheryl yang membawa Sabila ke sini."  

Seketika Xavier mengangkat kepalanya dan menatap Aksa dengan lekat. Sumpah demi apapun, pikiran Xavier dipenuhi pertanyaan tentang bagaimana laki-laki di depannya ini mengetahui tentang rencananya dan Sheryl. Sedangkan Aksa sendiri hanya tersenyum tipis saat menyadari keterkejutan di wajah Xavier. Aksa lantas mengeluarkan ponselnya, lalu membacakan riwayat hidup Xavier yang tertera di sana. 

"Xavier Annar Argetsani, keturunan ke-9 dari Suroto Argetsani. Anak dari Andreas Liyundong dan Mirna Argetsani. Memiliki satu saudara perempuan bernama Sheryl. Pernah menempuh pendidikan di Universitas Jakarta dan berhasil mendapat predikat cumlaude. Hm, prestasimu cukup mengesankan." 

"Dari mana kau mengetahui semua itu?" tanya Xavier. Seingatnya, semua identitasnya dan keluarganya sangat privasi dan sudah dilindungi dengan ketat oleh ahli IT kepercayaan kakeknya. Lalu bagaimana bisa data dirinya dan keluargnya berada di tangan laki-laki di depannya ini. 

"Itu sangat mudah untuk aku ketahui." Aksa menyimpan kembali ponselnya. Kini, ia duduk tegap dengan melipat kedua kakinya. "Sekarang, katakan sejujurnya tentang apa yang terjadi diantara kau dan adikku tadi malam." 

"Seperti yang kau lihat, aku dan Sabila sudah tidur bersama. Sejujurnya, aku juga tidak tahu persis seperti apa kejadiannya, karena tadi malam aku tengah mabuk. Tapi yang jelas, saat dua orang berbeda jenis berada dalam satu selimut yang sama, maka—," Xavier menggantung ucapannya demi melihat reaksi dari laki-laki di depannya. 

"Maka?" tantang Aksa. 

"Maka pasti sudah terjadi sesuatu diantara keduanya." 

Aksa bangkit dari duduknya dengan tersenyum tipis. Ia mengangkat tangan kanannya, membuat Xavier was-was, takut jika Aksa akan ikut menghajarnya. Namun siapa sangka, Aksa malah menepuk pelan bahu Xavier dengan tersenyum penuh misteri.

"Persiapkan dirimu," ucap Aksa dan langsung pergi begitu saja. 

Xavier mengusap sudut bibirnya yang masih mengeluarkan darah segar akibat pukulan keras dari Aaron tadi. Namun, rasa sakit itu masih mampu Xavier tahan. Tapi, kini kepalanya justru dipenuhi pertanyaan tentang siapa Aksa. Kenapa laki-laki itu bisa mengetahui seluk-beluk keluarganya dan sama sekali tidak mengintrogasi dirinya terkait apa yang sudah terjadi antara dia dan Sabila. Xavier terhanyut dalam lamunannya, hingga begitu ia tersadar, ia melihat Mommy, Daddy dan Sheryl masuk ke dalam ruangan yang ia tempati. Tidak lama setelah itu, Sabila bersama Ayah dan kedua kakaknya juga ikut menyusul masuk.

"Xavier, Ibuk sangat kecewa padamu!" ucap Ibu Mirna. 

"Mom—," 

"Ibu sudah cukup memberimu kebebasan untuk menentukan pilihanmu, tapi kau masih belum memenuhinya. Sekarang, setelah Ibu menjodohkanmu pada Sefty, kau malah melakukan hal yang sangat membuat Ibu malu." 

"Mom," Sheryl langsung bergerak memeluk sang Mommy agar Mommy-nya tidak berbuat nekat.

"Kau sudah menghancurkan hidup seorang wanita, boy. Mau tidak mau, kau harus bertanggung jawab." ucap Daddy Andreas pada putranya. Daddy Andreas lantas berbalik menatap Papa Gavin. "Kami pasti akan bertanggung jawab atas putrimu, Tuan." 

"Tidak!" tolak Sabila keras. "Pa, aku yakin tidak terjadi apapun padaku dan dia." ucap Sabila pada sang Papa. 

"Bil, rekaman kejadian semalam sudah berhasil Udo dapatkan, dan semua itu benar-benar terjadi." ucap Aksa. 

Note : UDO adalah panggilan untuk kakak tertua laki-laki dalam bahasa Lampung. Dan DONGAH/UDO NGAH adalah panggilan untuk kakak ke dua laki-laki dalam bahasa Lampung. (khususnya peminggir).

Xavier kembali dibuat bingung akan apa yang ia dengar. benarkah semua ini? Kenapa jalannya untuk mendapatkan Sabila terkesan dipermudah oleh laki-laki ini. Ada apa ini sebenarnya, pikir Xavier. 

Huh! Mendapati situasi yang sangat genting ini, akhirnya Papa Gavin angkat bicara. "Masalah ini bukan perkara kecil dan kita harus membicarakan ini dengan serius. Maka dari itu," Papa Gavin menghadap Daddy Andreas. "Maka dari itu, aku menunggu kedatangan keluarga kalian ke kediaman kami untuk meluruskan semua ini." 

"Baik, kami pasti akan bertanggung jawab." 

1
murni l.toruan
Bahagia dan terus berusaha untuk yang lebih baik dari sebelumnya
murni l.toruan
Santuy Bil, biar saja mertua tau kamu tidak bisa masak, ntar disuruh masak benar-benar baru tau rasa loh
charis@ŕŕa
semangat vier buat dedek bayi ny....
Cinnn
Selamat hari raya idul adha semuanya.
Cinnn
Tunggui ya, ia 2 bab meluncur.
charis@ŕŕa
selalu ku terima thor ....
lanjut
Aqil Aqil
vote untkmu thor smngt lnjtkan
Triple
wih sudah 16 eps aja. pelan-pelan oy haha cepat amat nulisnya.

tapi baguslah daripada nanti penasaran terus nanggung jadi lebih baik aku tabung aja HAHA.
Triple
jangan bilang kakaknya doyan sama xavier.
Cinnn: Ngakak😁😁
Baca kelanjutanny di bab seanjutnya, Kak.
total 1 replies
Cinnn
Inshaa Allah satu bab lagi nyusul ya, tungguin.
charis@ŕŕa
mencari kesemptan anda xavier
Triple
haha
Nurhayati Nia
Hai _haii aku singgah lagi di karyamu setelah dokter anggi dan dokter njoyyy aku nyimak cerita yng niii.. lanjutttt
Cinnn: Terima kasih, Kak. Semoga betah ya❤
total 1 replies
Triple
adegan ekstrim gk ada?, haha
Triple
caper bet
Kadek Bella
lanjut
Kadek Bella
lanjut thoor
Cinnn: siap kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!