Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 - Cerewet
Zuya kaget sekali. Dia pikir dia akan jatuh, untungnya Shawn menangkapnya dengan cepat. Hingga ia hanya terjatuh ke badan pria itu. Kalau tidak, ya ampun. Pasti bikin malu sekali.
Sekarang saja dia sudah malu. Tidak ada banyak orang dalam ruangan dosen itu memang, tapi tetap saja dia malu. Saking malunya Zuya sampai-sampai menyembunyikan wajahnya di dada bidang Shawn, laki-laki yang dia panggil om jelek itu. Posisi tersebut sontak membuat dosen-dosen lain merasa Zuya sengaja melakukannya untuk mengambil kesempatan dekat-dekat sama Shawn.
Laki-laki itu lagi jadi incaran banyak dosen wanita yang single juga. Jelas dong mereka sangat amat memperhatikan setiap gerak-gerik Shawn dan dengan siapa saja pria itu berinteraksi setiap hari. Kalau di depan umum begini pasti keliatan.
"Ehem ..." salah satu dosen wanita yang berada dekat situ berdeham. Maksudnya supaya Zuya berhenti mengambil-ambil kesempatan memeluk Shawn, di ruang guru pula.
Shawn sendiri sengaja membiarkan gadis itu. Ia menikmati Zuya yang membenamkan wajah seperti ini di dadanya. Rasanya suka saja kalau itu Zuya. Karena dia memiliki perasaan nyaman, walau tiap ketemunya gadis ini jutek terus sama dia.
"Sampai kapan kamu akan memelukku hmm? Kau bisa memelukku selama mungkin kalau kau mau, tapi bukan di sini dedek. Saat kita lagi berduaan saja." sesaat kemudian pria itu berbisik ditelinga Zuya, dengan nada menggoda. Pelan, suaranya sangat pelan. Hanya bisa didengarkan oleh Zuya sendiri. Tapi justru bikin baper para dosen wanita yang melihatnya. Padahal mereka tidak mendengar apa yang Shawn bisikan ke gadis itu.
Shawn jarang sekali mengijinkan seorang perempuan berada sedekat ini dengannya. Biasanya dia selalu menghindar, tapi kali ini berbeda. Dia mengecualikan satu perempuan, Zuya. Gadis itu bisa melakukan apapun terhadap dia. Mau gigit silahkan, peluk silahkan, atau apapun itu, karena Shawn menikmatinya. Menikmati cara Zuya memusuhi dirinya.
"Hei, kamu sudah memeluk pak Shawn terlalu lama. Ini ruangan dosen ya, jangan sampai ada gosip yang tidak-tidak antara dosen dan mahasiswinya. Tidak baik." tegur salah satu dosen muda bernama Lulu.
Zuya pun mengangkat kepalanya, mendongak ke Shawn yang juga tengah menatap ke bawah. Zuya menelan ludahnya. Dari posisi ini, ketampanan Shawn makin tampan. Dari sisi manapun lelaki ini terlihat sempurna. Ketampanan bak dewa yunani yang memiliki pahatan wajah sempurna. Hidungnya itu ya ampun ...
Sesaat Zuya terpesona dengan ketampanan pria itu. Namun ketika sadar, ia cepat-cepat mendorong Shawn menjauh. Tidak, dia tidak boleh tergoda oleh ketampanan wajahnya. Biar bagaimanapun Shawn adalah om jelek yang selalu bikin dia kesal kemana-mana. Musuh nomor satunya sekarang.
"Siapa nama kamu?" tanya dosen bernama Lulu tadi lagi.
Zuya menyadari semua orang memperhatikan dia, tapi rasa malunya yang tadi sudah hilang.
"Zuya bu." jawabnya. Shawn sudah duduk kembali ke tempatnya. Namun terus memperhatikan gerak-gerik gadis itu diam-diam, sesekali ujung bibir terangkat.
"Kamu mau ambil bukunya bu Jesly kan?" Zuya menganggukkan kepala.
"Ya sudah, cepat ambil dan keluar. Jangan terlalu lama di dalam ruangan dosen."
"Oh," nada Zuya waktu mengatakan satu kata itu terdengar malas, tak bergairah. Ia melangkah ke mejanya bu Jesly, mencari buku digital bisnis seperti yang dosen itu bilang, melirik Shawn sebentar tapi cepat-cepat membuang mukanya lagi, lalu keluar dari ruangan tersebut.
"Ckckck, anak-anak sekarang memang banyak sekali akalnya. Semakin berani. Pak Shawn tidak di apa-apain sama anak itu kan?" Lulu memandangi Shawn, berbicara seolah mereka sangat akrab. Padahal belum sama sekali, karena Shawn jarang sekali berbicara dengan mereka. Lebih cenderung diam. Ia akan bicara seperlunya saja. Mereka saja yang sok akrab sama dia.
"Benar pak, anak-anak jaman sekarang itu berbahaya sekali. Mereka bisa melakukan apapun kalau sudah menargetkan orang. Terutama orang yang mereka suka. Apalagi pak Shawn tampan sekali. Yang mau jatoh tadi pasti hanya rencana gadis itu biar pak Shawn tolongin dia lalu kesempatan tersebut dia pakai peluk-peluk pak Shawn." timpal satu dosen wanita lagi yang agak lebih tua, bernama Nurul.
Cerewet.
Shawn memaksakan seulas senyum. Dia tahu seperti apa jenis orang yang suka ambil-ambil kesempatan deketin dia, yang suka akting di depan dia, yang suka berpura-pura dan sok akrab seperti mereka. Padahal kenyataannya tidak sama sekali.
Mereka malah menggurui laki-laki itu. Tidak tahu saja Shawn sudah berpengalaman dengan berbagai macam wanita yang mencoba-coba untuk mendekati dirinya. Zuya adalah jenis yang berbeda. Satu-satunya perempuan yang mampu menarik Shawn untuk masuk ke dalam kehidupan gadis itu. Shawn sendiri yang ingin dekat dengan gadis unik, galak dan punya kebiasaan menggigit dia tersebut. Bukan gadis itu yang cari-cari kesempatan dengan Shawn, namun selalu ada kebetulan yang bikin mereka terus bertemu. Mungkin karena mereka ada di tempat yang sama juga.
"Oh ya pak, sebelum jadi dosen di sini pekerjaan pak Shawn apa? Jangan-jangan model ya?"
Sok akrab sekali, dan sangat ribut. Dari kemarin Shawn sudah tidak betah di sini. Dia suka ketenangan, dan butuh yang namanya ketenangan itu. Nanti dia akan meminta ruangan khusus untuk dirinya pada pemilik kampus. Agar dia bisa fokus kerja dan meriset data penelitiannya.
"Cerita dong pak Shawn, kami kan ingin tahu. Biar kita bisa lebih akrab juga. Pak Shawn sudah punya pacar belum?"
"Maaf, kalau kalian terlalu ribut saya tidak bisa fokus. Alasan utama saya berada di sini adalah untuk melakukan penelitian. Bagaimana saya bisa tenang dan fokus kalau kalian semua terus berbicara pada saya tanpa jeda. Dan kehidupan pribadi saya tidak perlu kalian campuri."
Shawn tidak tahan lagi. Kalau diam terus dia tidak akan pernah tenang. Karyawannya saja yang lebih dari seribu bisa dia tertibkan, apalagi hanya beberapa orang ini.
Perkataannya pun sukses membuat dosen-dosen tersebut diam. Satu dosen laki-laki yang menjadi saksi mereka menertawai teman-teman dosennya tersebut. Terlalu cerewet sih. Rasakan sendiri sekarang.