mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Tanggung
Inara mengangkat dagu dan mengerjapkan matanya agar air matanya tak terjatuh, dengan sekuat tenaga ia menarik sudut bibirnya saat berpapasan dengan salah satu perangkat desa yang juga rekan Rusdi.
"Selamat pagi Ina...pagi-pagi sudah rapi mau kemana Na?"sapa pria paruh baya itu ramah.
"Selamat pagi juga Pak Toni, saya mau ke rumah bu lurah Pak...mari pak, saya sedikit buru-buru."
"Ya Na..."jawab Pak Toni dengan senyum masam sambil menggelengkan kepalanya, jika memiliki istri secantik Inara kenapa Rusdi masih membutuhkan film dewasa, apalagi mereka pengantin baru, Toni membatin penuh tanda tanya.
Sepanjang hari wajah Rusdi tampak muram, membuat Toni penasaran.
"Hei Rus ..kenapa kau murung? Bagaimana hasilnya?" tanya Toni dengan mengedikkan kedua alisnya.
Rusdi hanya tersenyum masam sambil membereskan tas kerja.
"Aku pulang duluan Ton...anak muridku sudah nunggu" jawab Rusdi singkat karena Kesya ibu Kelvin memintanya untuk cepat datang, dan Toni hanya melambai kan tangan dengan wajah prihatin.
Rumah megah itu masih sepi kala Rusdi memarkirkan motor butut miliknya, namun suara di halaman belakang mengganggunya membuat langkahnya perlahan menuju sumber suara.
Dan alir liurnya tiba-tiba hampir menetes kala melihat dua gunung kembar bergerak liar seiring loncatan tubuh Kesya kala mencoba memetik buah jambu.
Glek.
Mata Rusdi beralih ke juniornya yang kini sudah menegang sempurna.
"Ah aakk...eh Pak Rusdi kebetulan sudah datang" sapa Kesya ceria, wanita berumur tiga puluhan itu tampak melambaikan tangan pada Rusdi agar pria itu mendekat.
"Pak aku minta tolong boleh?"tanyanya dengan nada manja.
"B boleh Bu ..."cepat Rusdi menjawab karena ia pikir ia di minta untuk memanjat pohon.
"Tidak usah panjat Pak .."rengek Kesya.
"Hah..."
"Bapak angkat aku aja di pundak Pak Rusdi...aku nggak berat kok Pak" pinta Kesya yang membuat mulut Rusdi membulat.
Dengan ragu pria itu membungkukan tubuhnya dan hanya bisa pasrah kala debaran jantungnya berdebar tak karuan kala mencoba menahan tubuh Kesya yang kini dengan santainya duduk di atas bahunya.
"Geser kiri dikit Pak..."ujar Kesya sambil memegang galah.
"Dikit lagi pak.." sambunya.
"Dua langkah lagi..."
"Sedikit ...sedikit ..dua langkah ..memang di mana sii...."protes Rusdi sedikit kesal lalu spontan menengadahkan kepalanya.
Hampir Rusdi terlonjak kaget, pria dewasa itu bak mendapat durian runtuh kala mengetahui kenyataan bahwa Kesya sama sekali tak memakai kain penutup tambahan di dadanya.
"Nah ..berhasil...udah turun Pak."
Pekik girang Kesya tak di dengar Rusdi karena ia lebih fokus pada gunung indah yang bergelayut manja milik Kesya.
"Pak Rus..turunin aku" rengek Kesya dengan nada kesal.
"Oh ah ..m maaf hupp."
"Aaahhh..."
Sepersekian detik keduanya diam membeku kala Kesya berada di pelukan Rusdi, dengan dada menempel dan hanya di batasi kaos putih yang ia pakai.
Dua netra mereka saling pandang.
"Pak Rusdi udah datang ..."
Teriakan Kelvin membuat pelukan keduanya terlepas, Kesya lalu merapikan kaosnya yang sempat tersingkap begitupun Rusdi berusaha menenangkan debar jantungnya.
"Mamah habis ambil jambu ya?" tanya Kelvin polos.
"I iya Vin ..mamah ke dalam dulu ambil minum untuk Pak Rusdi, silahkan duduk pak."
Dua orang dewasa tersebut tampak salah tingkah namun Kelvin mana tahu kejadian tersebut.
Dua jam akhirnya sesi pelajaran usai membuat Rusdi tersenyum lega.
Sepanjang perjalanan pulang memori Rusdi terus berputar pada wajah cantik Kesya, apalagi dadanya yang besar dan sexy, tak sia-sia Rusdi membatalkan les dua murid lain karena bayaran Kelvin cukup tinggi di banding dua anak lainnya bahkan tiga kali lipat lebih banyak.
Dan malam ini pun masih sama seperti malam sebelumnya, juniornya tak bisa di ajak kerja sama, beruntung Inara sudah lebih dulu terlelap setelah mengeluh kalau tubuhnya terasa letih.
Rusdi menatap juniornya yang sedang tidur pulas di balik kain sarungnya, kemana keperkasaannya saat sedang ia butuhkan, jika melihat begitu menantang siang tadi, rasanya tak ada masalah dengan bagian inti tubuhnya itu, Rusdi membatin.
Pagi yang cerah se cerah wajah Rusdi, entah apa penyebab hatinya begitu bersemangat hari ini, semua tugasnya pun selesai lebih singkat.Langkahnya pun semakin menggebu kala melajukan motor menuju kediaman Kelvin.
Benar saja, Kelvin mungkin masih tidur siang hingga suasana masih sepi, namun suara gemericik air mengundang tanya Rusdi.
Ada-ada saja tingkah wanita sosialita itu, jika kemarin memetik jambu, kini ia sibuk membersihkan kamar mandi di samping kolam renang yang tentu saja membuat seluruh bajunya basah.
"Selamat siang Bu?" sapa Rusdi lembut.
"Eh Pak Rusdi ..selamat siang Pak, Kelvinnya masih tidur, tunggu sebentar ya Pak" jawab Kesya lembut.
"Iya Bu .."
"Tunggu bentar Pak saya am....aawkk"
Brakk.
"Hati-hati Bu...." pekik Rusdi saat melihat Kesya terpeleset dan jatuh di pintu kamar mandi.
"Terlambat pak..aku sudah jatuh ..ssshhh" rintih Kesya yang masih dalam posisi terduduk.
Dengan cekatan Rusdi meraih tangan Kesya dan bermaksud membopongnya.
"Jangan pak..nanti baju Pak Rusdi basah" rajuk Kesya manja, sontak Rusdi membuka kaos oblongnya hingga kini dada bidangnya terekspos nyata.
Pria itu perlahan membopong Kesya.
"Ke kamar saya langsung pak."
Rusdi pelan memasuki rumah besar tersebut, baru kali ini ia memasuki rumah megah nan luas itu karena memang biasanya ia masuk lewat pintu samping rumah yang langsung menuju area kolam.
Perabotan serba lux dan semua tertata rapi dan ada tiga kamar yang semua tertutup rapat.
"Kamar mana Bu" tanya Rusdi.
"Yang paling ujung Pak Rus" ucap Kesya yang tanpa pria itu sadari wanita itu tengah merebahkan kepalanya ke dada bidang Rusdi, bahkan dengan nakal ia mulai memainkan puncak bukit kecil berwarna coklat milik guru les putranya itu.
Cklek.
"Sudah Bu Kes..." kalimat Rusdi tertahan kala baru menyadari kalau kini Kesya tengah mencium dadanya.
"Bu..." panggil Rusdi dengan suara berat.
Kesya tak menggubris suara berat pria yang membopongnya ia dengan santai terus mengusap bahkan mulai memilin choco chips Rusdi membuat getaran aneh mulai menjalar di tubuh pria dewasa itu.
"Jangan bu..."suara Rusdi berat menahan hasrat yang seakan ingin membuncah di dadanya.
"Pak Rusdi bagus bentuk badannya" lirih Kesya.
Rusdi mulai menatap netra Wanita sosialita itu, tampak tatapan penuh damba membuat pria itu mulai pasrah.
Merasa mendapat lampu hijau, Kesya pun turun dari bopongan Rusdi lalu melangkah untuk menutup pintu dan menguncinya.
Dengan perlahan Kesya mendekat Rusdi sambil melepaskan semua kain yang melekat di tubuhnya satu persatu dan hanya menyisakan kain penutup bagian intinya saja, Rusdi hanya mematung melihat keindahan nyata di depan matanya, pria itu pun pasrah saat Kesya mulai merapatkan bibir dan menciumnya dengan penuh gairah.
Dan ruangan berukuran empat kali lima itu pun menjadi saksi saat kedua insan yang sama-sama mempunyai pasangan tersebut mulai saling membelitkan lidah, sesapan demi sesapan mereka rasakan dengan penuh hasrat, bahkan tangan Rusdi pun mulai bergerak liar setelah Kesya menuntunnya menuju dua gunung kembar miliknya.
Jari Rusdi seakan tak mampu menangkup benda kenyal berukuran jumbo itu, jika tadi Kesya yang memilin kini Rusdi lah yang mulai meremas dan mulai menyesap bak seorang bayi yang kehausan, ia benar-benar mempraktekan adegan di vidio yang Toni kirim.
Kesya yang berada di atas pangkuan Rusdi mulai mendesah dan semakin menekan kepala pria itu, ia begitu haus akan belaian suami yang jarang pulang.
"Bu ...ini tak boleh kita lakukan" ucap rusdi lirih saat Kesya mulai membuka resleting celana miliknya.
Namun Kesya menggeleng cepat dan terus melakukan aksinya.
"Sudah tanggung Pak..."ucapnya dengan tatapan sayu.
Dan Kesya tersenyum puas saat melihat junior Rusdi sudah sangat mengeras di balik boxernya.
"Tok tok tok ...Bu..lihat Pak Rusdi nggak? Motornya ada di depan tapi orangnya nggak ada?"