Salah Pilih
Inara berjalan tergopoh-gopoh menuju rumah membawa satu kantong belanjaan yang akan ia masak untuk hari ini, Sela sang ibu mertua pasti sudah murka mencarinya karena ia cukup lama antri di warung.
"Kamu mampir kemana dulu Ina...kenapa belanja lama sekali, lihatlah jam berapa sekarang, suamimu bentar lagi pulang" ucap wanita paruh baya itu dengan wajah kesal.
Inara pun bergegas ke dapur dan meracik sayur yang akan ia masak.Mau menjelaskan kejadian kenapa ia lama belanja pun rasanya percuma karena Sela selalu merasa benar dengan instingnya.
Jarum jam di dinding menunjukan pukul empat lebih tiga puluh menit, dan biasanya Rusdi akan pulang pukul lima, jadi waktunya untuk memasak hanya tiga puluh menit.
Waktu yang sangat terbatas membuat Inara harus berpacu, telor dadar dan tempe goreng yang berhasil ia selesaikan.
Dan benar saja, pukul lima lebih lima menit terdengar deru suara mesin motor Rusdi memasuki halaman rumah.
Sela bergegas membuka pintu menyongsong putra kesayangannya.
"Baru pulang kau Rus?"tanya Sela karena lebih lima menit dari biasanya Rusdi sampai di rumah.
Rusdi membuka topinya dan turun dari motor "Iya Bu...maklum motor butut ini lagi ngambek, di starter lama baru nyala."
"Ohh. .kalau begitu cuci tangan dan kakimu, kita makan sama-sama."
"Baik Bu, mana Inara Bu."
Sela melihat ke pintu dapur "Ina....bawa makan In...suamimu mau makan" panggilnya.
Wanita cantik berwajah putih oval itupun bergegas membawa masakannya menuju meja makan.
"Kamu belum mandi Na?" tanya Rusdi heran karena melihat istrinya masih memakai daster pagi.
"B.. belum Mas"jawab Inara sambil menundukan wajah.
"Ya sudah kamu mandi dulu sana" sambar Sela ketus.
Rusdi hanya menggelengkan kepalanya ikut merasa jengkel "Kerjaan dia ngapain aja si Bu?"
"Ck ..istrimu kaya nggak tahu aja Rus, seharian main ke tetangga buat ngerumpi, giliran waktunya masak baru pulang, itupun ibu yang panggil suruh pulang" jelas Sela dengan mimik wajah bak pemain sinetron andalan ikan terbang.
"Sudah lah kita makan saja duluan, nunggu dia keburu dingin" sambung wanita paruh baya tersebut.
Rusdi pun mulai makan dengan lahap, selain tubuhnya yang letih masakan Inara pun memang sedap.
Dari balik pintu, Inara hanya bisa menelan ludah kasar, ia terpaksa menahan perutnya yang sudah berdemo sejak pagi karena hanya sarapan setengah centong nasi, Sela selalu membatasinya untuk menanak nasi terlalu banyak, mubazir kalau tak habis, itulah alasannya, padahal ia menanak nasi dengan takaran yang sangat pas bahkan ia seringkali tak kebagian karena Rusdi sering menambah saat sarapan.
Jika Rusdi mendapat jatah makan siang di kantor kelurahan tempatnya bekerja, maka Sela akan membeli makan di luar, tinggal Inara di rumah yang harus menahan lapar di tengah semua pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan, hingga waktu sore baru lah ia kembali memasak untuk makan malam.
"Bagaimana anak yang baru ikut les denganmu Rus? Apa dia dari keluarga kaya?"
"Ehm ku kira cukup berada Bu, ayahnya kerja di luar kota dan seminggu sekali baru pulang, di rumahnya pun ada dua mobil, ibunya pun punya bisnis salon."
"Wah wah...lumayan kalau anak itu terus les ya Rus, uang belanja bulanan kita jadi bertambah."
"Iya Bu...Inaa, apa kau sudah selesai mandi?ayolah kita makan."
"Iya Mas..."
Inara bergegas duduk di kursi bersebelahan dengan sang suami, ia terpaksa makan dengan lauk nasi dan goreng tempe karena telor sudah habis tak tersisa.
"Ayo makanlah In, maaf kalau lauknya Mas habiskan karena masakanmu cukup enak" ucap Rusdi dengan senyum tipis.
"Tak apa Mas....dengan ini pun aku sudah cukup" terang Inara lirih.
"Hm...aku mandi dulu ya Na...badanku lengket rasanya"pungkas Rusdi sambil bangkit dari kursi.
Inara mengangguk lalu perlahan menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Ibu juga mau bikin teh buat suamimu, jangan lupa nanti kau bersihkan semua sisa makanmu."
"Baik bu..."
Bukankah memang itulah tugas Inara di rumah mertuanya itu, semau pekerjaan rumah dari pukul empat pagi hingga habis maghrib semua Inara kerjakan wanita itu tak pernah sekalipun membantu menantunya yang baru enam bulan menikah dengan Rusdi putra satu-satunya.
Setengah centong nasi dan dua potong tempe goreng cukup mengganjal perutnya sampai pagi, setelah membersihkan peralatan makan Inara pun menuju kamarnya untuk merebahkan tubuh dan beristirahat sedang Rusdi sudah lebih dulu terbang ke alam mimpinya.
Suara ayam jantan membangunkan Inara pagi ini, seperti biasa ia harus mencuci baju masak nyapu halaman ngepel dan banyak lagi pekerjaan rumahnya sedang Sela sang ibu mertua hanya menyapu dalam rumah setelah itu menonton siaran televisi.
"Ina...kau cepatlah belanja sayur ke warung ini uangnya, soalnya nanti sebentar lagi ibu mau pergi kontrol kaki suamimu untuk pijat kembali."
"Baik Bu .."
Inara bergegas ke Warung Bang Ujo yang tak jauh dari rumahnya, cucian baju terpaksa ia hentikan karena ia takut Sela akan kembali murka.
Pukul tujuh lebih tiga puluh menit Rusdi sudah rapi dengan celana bahan dan kemeja lengan pendek, karena hari ini akhir minggu maka pria tampan itu libur ke kantor desa.
"Na...aku dan ibu mau kontrol dulu, kau jaga rumah baik-baik, jangan kemana-mana kalau tak ada keperluan" pesan Rusdi sebelum berangkat dan Inara mengangguk patuh.
Rusdi menjalankan motor gigi butut miliknya setelah membalas lambaian tangan Inara.
"Pasti istrimu ghibah lagi dengan tetangga sebelah, kalau nggak pasti si Kokom yang datang ke rumah hanya untuk nggosip."
"Masa iya Bu ..kukira Inara dulu nggak suka bergosip, ia kalem kok Bu ...maka itu aku suka dia."
"Ck ..kau saja yang setiap hari tak di rumah Rus..aku yang di rumah selalu cape membersihkan rumah dan mencuci piring dan menyiapkan makan, dia cuma belanja doang."
Rusdi menghela nafas "Bukannya Inara yang selalu masak Bu?"tanya Rusdi sangsi.
"Itu masakan ibu Rus..istrimu hanya meracik saja padahal sudah cape ibu ini Rus...umur sudah tua tapi masih harus bekerja."
Pria tampan itu menggelengkan kepalanya mulai jengkel.
"Baik bu nanti aku nasihati."
Sela tersenyum penuh makna dan hati bersorak girang.
Rumah sederhana semi permanen dan halaman yang di tumbuhi pepohonan rindang membuat Rumah Abah Sena terlihat lebih rindang dan sejuk.
"Semoga saja kita tidak harus mengantri" harap Sela di balas anggukan oleh Rusdi.
Tok tok tok.
"Masuk" terdengar suara lantang dari dalam rumah.
Rusdi menarik tuas pintu kayu yang sudah mulai rapuh di makan usia.
Sela tersenyum saat melihat ruangan masih kosong, keduanya duduk di lantai yang hanya berlantai semen beralaskan tikar pandan.
"Apa kalian bawa perlengkapannya?" tanya Abah sena.
"Bawa Bah ..semua ada di sini?"Sela menjawab cepat lalu membuka bungkusan plastik.
Pria tua berjenggot panjang berwarna putih itu mengangguk puas setelah memeriksa bungkusan, lalu Abah Sena mengambil sebuah mangkuk berbahan dari tanah liat berisi air.
Dengan takzim pria itu mengambil bungkusan berisi bunga warna warni dan satu botol kecil berukuran jari kelingking yang berisi air berwarna merah pekat.
Aroma menyengat tercium setelah pria itu mencampur air dari botol ke dalam mangkok berisi air dan bunga warna warni tersebut lalu mengaduknya perlahan sambil bibir komat kamit.
"Coba kau luruskan kakimu" titah abah Sena pada Rusdi.
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Selamat datang kembali di novel terbaru mak Author, kali ini ceritanya mak bikin sedikit hot ya...mak mau coba genre yang beda dari novel mak yang lain, semoga para readers suka.
Selamat membaca...jangan lupa like,koment dan vote nya ya...terima kasih 😘😘😘🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments