Mengejar Cinta CEO Dingin Sampai Mana?

Ayleen benar-benar menuruti apa kata Alam yang diam saja di mobil dan tidak bicara sama sekali. Sudah suatu prestasi bagi Ayleen yang bisa di antarkan Alam pulang.

Tiba-tiba di tengah perjalanan Ayleen memegang perutnya yang seolah sangat lapar.

Krukkk.

Alam menoleh kesamping saat mendengar suara perut yang bergemuruh itu.

"Hmmm, maaf aku lapar," ucap Ayleen dengan terkekeh yang memang sangat jujur.

Alam kembali fokus menyetir seolah tidak peduli.

"Ya seharusnya aku sudah makan tadi tapi---"

"Karena kau menolongku dan tidak jadi makan," sambung Alam yang sudah tahu lanjutan kalimat itu.

"Iya kamu benar," jawab Ayleen dengan anggukan kepala.

"Lalu kamu mau makan?" tanya Alam.

"Makan berdua?" tanya Ayleen.

"Bukan makan berdua!" tegas Alam.

"Jadi aku sendiri yang makan dan kamu tidak. Itu namanya tidak sopan," sahut Ayleen kesal.

"Aku juga tidak punya rencana untuk menunggumu. Kamu bisa membeli makanan dan membawa pulang!" tegas Alam.

"Ohhhhh, begitu ternyata. Aku pikir akan makan berdua!" sahut Ayleen yang tadi sudah semangat dan sekarang harus menelan pil pahit. Karena tidak sesuai dengan ekspektasinya

"Jadi beli makanan di mana?" tanya Alam.

"Itu di sana saja nasi goreng mas Joko sangat enak!" tunjuk Ayleen pada jalan di depan. Alam menurut dan mengikut saja kemana yang Ayleen mau.

"Aku beli sebentar!" ucap Ayleen. Alam tidak merespon sama sekali.

Ayleen keluar dari mobil dan Alam hanya melihat dari kaca saja bagaimana Ayleen membeli nasi goreng itu. Setelah membeli nasi goreng Ayleen kembali kedalam mobil.

Brukk.

"Huhhhh lumayan antri!" keluh Ayleen yang menghela nafas.

"Oh iya ini untuk kamu," Ayleen ternyata membeli 2 bungkus nasi goreng dan satu lagi diberikan kepada Alam.

"Untuk apa memberikan ini kepadaku, aku sudah mengatakan tidak ingin makan," sahut Alam dingin.

"Hey mana bisa seperti itu, aku itu bukan orang pelit yang hanya membeli satu bungkus saja dan ini kamu ambil saja," ucap Ayleen yang terus menyodorkan kepada Alam.

"Aku tidak suka memakan makanan pinggir jalan, kebersihannya, steril apa tidak tidak bisa menjamin apapun," ucap Alam yang membuat Ayleen mengkerutkan dahi dengan ujung bibir yang naik.

"Sombong sekali!" ucap Ayleen pelan.

"Kamu bicara apa tadi?" tanya Alam yang mendengar kata-kata wanita di sampingnya tetapi tidak begitu jelas.

"Aku baru saja mengatakan jika kamu adalah pria yang sangat sombong," jawab Ayleen langsung to the point yang memang tidak bisa berpura-pura.

"Kau!" Alam langsung menoleh ke arah Ayleen.

"Kenapa ... apa yang aku katakan tidak benar, heh tuan Alam yang sangat terhormat dan banyak duit. Makanan di pinggir jalan itu belum tentu semua kotor, memang kamu lihat masyarakat yang membeli makanan ini langsung mati begitu, jadi kamu itu nggak boleh menjudge makanan dengan sembarangan, jangan mentang-mentang kamu punya uang banyak, lalu kamu langsung beranggapan seperti itu," Ayleen malah menceramahi Alam yang sok bijak.

"Ck! Kau menceramahi ku," ucap Alam.

"Aku hanya mengingatkan saja. Roda itu berputar dan mungkin kamu sekarang lagi di atas dan bisa saja suatu saat nanti kamu akan dibawa atau akan tetap di atas," tegas Ayleen.

"Sekarang menyumpahi ku!" sinis Alam dengan mendengus kasar.

"Arg sudahlah, pokoknya aku sudah membelikan makanan ini untuk, ini!" Ayleen meletakkan begitu saja makanan itu di samping Alam.

"Terserah ingin memakan atau membuang atau memberikan kepada orang lain. Aku tidak peduli sama sekali yang penting aku sudah memberikan kepadamu dan aku sudah berbaik hati padamu," ucap Ayleen singkat.

Alam hanya geleng-geleng kepala yang tidak menanggapi perkataan Ayleen lagi. Karena bisa-bisa dia akan kembali diceramahi. Alam menarik gas mobil yang melajukan mobil dengan kecepatan santai

**********

Setelah melakukan perjalanan yang tidak terlalu jauh hanya setengah jam dari Perusahaan menuju rumah Ayleen. Mobil mewah Alam sampai di perumahan milik Ayleen.

"Akhirnya sampai! yang sana rumahku!" tunjuk Ayleen memperlihatkan lantai atas yang lampu rumah sangat gelap.

"Aku tidak bertanya sama sekali," sahut Alam.

"Ya aku memberitahu saja, siapa tahu kapan-kapan kamu ingin mampir ke rumahku Jadi kamu sudah tahu di mana rumahku," ucap Ayleen dengan tersenyum.

"Sudah sekarang kamu sebaiknya turun dan jangan banyak berbicara. Pekerjaan ku masih banyak!" tega Alam.

"Astaga kamu masih mengatakan pekerjaan. Hey Tuan, kamu baru saja tadi sekarat dan masih memikirkan pekerjaan. Siapa tahu saja tadi kamu mengalami hal itu karena kamu kelelahan," Ayleen memang benar-benar sok akrab yang kembali menceramahi Alam.

"Sebaiknya kamu turun, Aku sama sekali tidak butuh ceramah dari kamu!" tegas Alam dengan suara dingin.

"Oke Baiklah terima kasih sudah mengantarku dan jangan bosan-bosan untuk mengantarku yang kedua kali ketiga kali dan kalau bisa seterusnya setiap hari," ucap Ayleen kembali mode percaya diri dan tidak ada jaimnya sama sekali. Alam hanya menghela nafas melihat kelakuan wanita di sampingnya yang sudah membuka safety belt.

"Bye-bye, kamu hati-hati!" ucap Ayleen keluar dari mobil dengan melambaikan tangan yang sok-sok akrab.

"Dasar wanita aneh. Apa manusia langka seperti itu tidak bisa punah," gumam Alam sepertinya sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi Ayleen.

Mata Alam yang menoleh kearah samping dan melihat satu bungkus nasi goreng yang tadi dibelikan Ayleen padanya

"Aku sudah mengatakan tidak ingin memakan makanan ini, tetapi tetap saja memberikan kepadaku dan tidak membawa pulang," umpat Alam yang mengambil nasi goreng tersebut dan menurunkan kaca mobil. Alam ingin membuang nasi goreng itu. Namun, tiba-tiba saja tidak jadi.

"Ck!" Alam berdecak kesal yang menutup kembali kaca mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan santai.

*******

Alam sampai istana tempat tinggalnya dan di ruang tamu ada sang mama. Alam melihat sebentar. Lalu tidak peduli yang cuek begitu saja melanjutkan langkah kakinya.

"Alam tunggu!" Riana langsung menghampiri Alam.

"Ada apa?" tanya Alam datar.

"Apa yang terjadi? Kenapa nenek peyot itu pulang dan menangis-nangis pada kakek kamu?" tanya Riana.

"Yang menangis adalah dia jadi tanya lah pada dia jangan tanya padaku," jawab Alam singkat yang kembali ingin pergi.

"Hey tunggu dulu, mama belum selesai bicara dengan kamu," Riana memegang lengan sang putra.

"Apa lagi!" sahut Alam menekan suara yang benar-benar malas berbicara dengan sang mama.

"Bagaimana dengan proyek pengeluaran produk baru, Kamu sudah melakukan persiapan?" tanya Riana.

"Apa urusannya dengan Mama, semua itu adalah pekerjaanku dan mama tidak perlu ikut campur," tega Alam.

"Ya Mama harus jelas ikut campur. Mama tidak ingin jika kamu sampai kalah dari nenek sihir itu," tegas Riana.

"Dari pada Mama mengurus tentang proyek yang aku kerjakan, aku kalah atau tidak, sebaiknya Mama mengurus diri sendiri, Mama juga punya pekerjaan yang harus Mama kembangkan dan jangan hanya setiap hari mabuk-mabuk saja!" tegas Alam yang memberikan nasihat kepada sang mama.

"Kamu itu hanya seorang anak, jadi jangan sok pintar yang menceramahi orang tua!" sahut Riana kesal.

"Terserah mau mendengarkanku apa tidak," sahut Alam yang tidak banyak bicara dan langsung pergi dari hadapan Riana.

"Isss anak-anak zaman sekarang memang selalu merasa lebih pintar dibandingkan orang tua mereka," oceh Riana dengan kesal yang melihat kepergian sang putra setelah memberikan nasihat pada dia.

"Aku punya hak untuk menyenangkan diriku jadi terserah aku mau melakukan apapun, apa urusannya dengan mereka!" ucap Riana kembali duduk di sofa.

Bersambung