NovelToon NovelToon
Ketabahan Adikku

Ketabahan Adikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amie.H

Menjadi anak terakhir kata orang adalah hal sangat menguntung kan, sebab akan dimanja dan mendapatkan full kasih sayang dari orangtua dan kakak-kakaknya.
tapi tidak bagi adikku, meski lahir dari sebagai anak terakhir dari empat bersaudara dia justru banyak menyimpan keinginan bahkan tak jarang mendapatkannya dengan berkerja keras tanpa sepengetahuan orangtua kami.


bagaimana ceritanya, mari ikuti dan pantau terus ceritanya☺️😇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6.

Keesokan harinya, tepat saat aku memasuki halaman rumah. Nayla sudah dengan semangat menyambutku dengan senyum mengembang.

Aku memang sengaja mengajukan pulang lebih cepat karna akan mengajak nayla mencari kartu undangan dan kue ulang tahun, berhubungan gaji sudah keluar dan aku sudah mengambilnya sebagian. Bvccxxjxjkxmxmxxmcc

"semangat amat, mau kemana udah rapi??" tanyaku pada nayla yang tampak tersenyum malu.

"hehe nungguin mbak ana, kan kita mau jalan-jalan" jawabnya menggoyangkan badan kekanan dan kekiri.

"yaaahh tapi mbak udah pesen online dek kue nya, palingan nanti kita beli undangan aja" jawabku membuatnya mengerucutkan bibir.

"yaaahh mbak ana, emang mbak tau kue yang nay pengen kaya gimana. Katanya mau ajak nay nyari sendiri kue nya" katanya dengan wajah murung. Padahal aku hanya menggodanya saja.

"hehe ngga kok mbak bercanda, nanti kita beli yaa. Oiyaa mama mana ya?" tanyaku.

"mama lagi warung, gak tau beli apaan" jawabnya.

"oohh, mbak mandi dulu yaaa. Mama masak gak sih, mbak lapar nih" kataku.

"masak kok, nay ambilin ya mbak. Nay bikinin teh juga" katanya langsung berlari cepat tanpa menunggu jawabanku.

aku pun memasuki rumah yang terlihat sepi itu, aku yakin bapak masih bekerja dan dua adik lelakiku sedang bermain bersama teman-temannya.

"nasi nya nanti aja nay, mbak mau mandi dulu loh. Masak apa sih mama??" tanyaku sambil mengambil handuk yang terjemur tak jauh dari dapur.

"ini loh mbak ayam dikuningin sama tempe bacem" jawabnya sambil mengaduk teh yang sudah dia buat.

"ooohh, ayam di kuningin diapain nay. Gulai?" tanyaku.

"nay gak tau namanya mbak, warnanya kuning ya nay bilang dikuningin hehehe" jawabnya sambil tertawa.

Aku pun juga ikut tertawa mendengar jawaban dari nayla, ku segera kan masuk kedalam kamar mandi untuk sekedar menyiram tubuh agar terlihat lebih fresh.

"mbak mu udah pulang ya nay?" terdengar suara mama bertanya pada nayla yang masih berada didapur.

"iyaaa udah, itu lagi mandi" jawab nayla.

"terus itu kamu mau makan lagi, bukannya kamu udah makan tadi?" tanya mama.

"ini bukan buat nay tau ma, buat mbak ana" jawab nayla dengan nada yang lucu.

"alaahh alaahh bisa banget ngerayu mbak nya, mentang-mentang mau di rayain ulangtahunnya" kata mama membuat nayla tertawa.

"gapapa lah ma, kan sekali-kali. Kasian mbak ana, pasti capek" jawab nayla.

"udah tau mbak nya capek, bisa kali pijetin" kataku yang sudah berada dibelakang keduanya.

"laah mbak, udahan mandinya. Aku kira masih lama, ayok nih makan nya udah aku ambilin" katanya yang langsung menyodorkan sepiring nasi dan segelas teh hangat.

"hmmm, makasih loh yaa. Mama dari mana?" tanyaku pada mama.

"itu abis dari tukang sayur, mama tadi mau nanya-nanya nitip belanjaan biar kita gak usah kepasar" jawab mama.

"kenapa gak kepasar sendiri aja sih ma, ada motor kan ke pasar malem itu loh. Sama bapak tuh berdua, kan gak perlu nitip segala." kataku.

"iyaaa sih"

"yaa iyalah ma, dari pada nitip kan mendingan beli langsung kepasar sendiri. Harganya lebih murah juga, kalo di tukang sayur kan harga jual tukang sayurnya" kata nayla yang sepertinya sudah mulai pintar.

"iyaaa bener apa kata nayla itu ma. Nay, tolong ambilin dompet mbak ya di tas" kataku pada nayla.

Nayla pun langsung mengambilkan apa yang aku katakan.

"ini mbak" katanya menyerahkan dompet tebal keluaran brand yang cukup lumayan terkenal.

"ini enam ratus untuk bayar pesanan paket yang akan datang ya ma, aku kasih mama karna takutnya datang pas aku gak dirumah. Ini satu juta untuk belanja masakan kaya nasi kuning sama teman-temannya, nah ini satu juta buat mama seperti biasa. Nanti aku akan keluar sama nay buat beli undangan dan beli kue, mungkin nanti aku juga bakalan beliin sepatu baru untuk ari sama husni. Supaya gak iri karna aku bikinin nayla acara ulangtahun" kataku yang berusaha adil pada ketiga adikku.

"apa setelahnya kamu masih ada pegangan nak? Uangmu sudah kepakai banyak untuk hal ini" jawab mama.

"insyallah ada ma, sebetulnya ana juga punya tabungan. Tapi selama ini ana gak pernah otak atik tabungan ana, sebisa mungkin ana pakai uang hanya satu juta sebulan dari uang gaji ana. Yaa dua juta sama setiap bulan kasih mama dua juta, masih banyak sisa jadi ana tabung dan alhamdulillah tiap hari ana masih dapat harian kan. Jadi, ana bisa nabung lumayan banyak tiap bulannya. Dan gapapa lah untuk bulan ini ana nabung sedikit, yang penting untuk keluarga" kataku pada mama yang ku lihat sudah berkaca-kaca.

"kamu benar-benar anak yang baik nak, mama bangga sama kamu. Insyallah kamu pasti sukses" kata mama yang langsung amin kan, begitu juga nayla.

"iyas mbak, mbak hebat. Nanti kalau nay udah lulus sekolah, nay mau kaya mbak" kata nayla membuatku terkekeh kecil.

"aamiin, nay harus lebih dari mbak dong. Kalau mbak ana cuma bisa ngebahagiain keluarga dengan jerih payah maka nay harus bikin bapak sama mama bangga dengan cita-cita nay. Coba mbak ana nanya, apa cita-cita nay?" tanya ku pada nayla yang langsung berpikir.

"emm nay mau jadi perawat mbak" jawabnya.

"hanya jadi perawat? Gak mau jadi dokter?" tanyaku sambil terus menghabiskan makanan di dalam piring yang masih tersisa, mama pun mendengarkan percakapanku dan juga nayla dengan diam.

"ngga mbak, nay cukup dengan jadi perawat" jawab nayla lagi dengan yakin.

"kenapa nay pilih jadi perawat dari pada dokter?" tanya ku lagi.

"jadi perawat itu enak mbak, apalagi kalau di bagian bayi. Nay suka, apalagi kayanya jadi perawat itu santai" kata nayla membuat ku terkekeh.

"nay nay, mana ada kerjaaan itu santai nay? Apalagi jadi perawat yang harus siap setiap waktu bantuin pasien, kalau nay mau sama bayi terus mendingan nay jadi bidan. Ada loh sekolah kebidanan" kataku berusaha memancing keinginan nayla.

"emang iya mbak ada sekolah kebidanan?" tanya nayla.

"adaa nanti nay bisa ambil sekolah kebidanan kalau udah lulus smk, nah smk nya boleh deh ambil keperawatan. Gimana?" tanya ku.

"tapi ana, sekolah keperawatan juga kan biayanya mahal. Kenapa kamu malah mau adik kamu disekolah itu, dari mana mama sama bapak membiayai adik kamu nanti" kata mama yang sedari tadi mendengarkan percakapan kami.

"insyallah kan ada ana bu, doa kan saja ana sehat biar bisa bantu bapak dan mama menyekolahkan husni dan juga nayla hingga tinggi. Ari juga sebentar lagi selesai kan, gak sampai satu tahun lagi, nanti kalau ari udah kerja kan bisa bantu bapak sama mama juga" kataku.

"tapi ana,,,,,"

"sudah ma jangan dibahas, lagian masih beberapa tahun lagi. Ana cuma mau husni sama nayla menggapai cita-cita mereka ma, jangan seperti ana yang sama sekali gak punya cita-cita" jawabku yang tertunduk sedih.

Yaa aku mengatakan yang sebenarnya, aku tidak punya cita-cita. Bukan tidak punya, tapi harus kandas karna keadaan dan faktor ekonomi. Jelas, sebagai anak tertua aku lebih memilih membantu kedua orangtuaku dalam hal keuangan dan mengabaikan cita-citaku.

Mama pun terdiam mendengar perkataanku, aku tau beliau sedih. tapi itu lah yang terjadi, walau begitu aku tak ingin ke tiga adikku mengalami hal yang sama seperti ku. Aku ingin mereka menggapai cita-cita mereka, tapi ternyata ari pun memilih bekerja setelah lulus nanti. Dan kini harapanku pada husni dan juga nayla.

"ayok nay kita jalan, nanti keburu malem loh. Nanti mbak mau mampir toko sepatu buat beli sepatu mas ari sama mas husni. Kamu gini aja, gak ganti baju?" tanya ku pada nayla yang membuat mama menatap kami berdua.

"nay mau ganti lah mbak, belum pake jilbab juga. Tunggu ya mbak, mbak juga belum pake jilbab dan belum ganti baju" katanya.

"gak usah di pikirin ma, ana gapapa kok. Ayok, mama mau ikut atau mau di rumah? Sekali-kali lah healing" kataku mencoba mencairkan suasana.

"hmmm yaudah mama ikut, kita siap-siap yaa" jawab mama. Aku pun tersenyum dan menganggukan kepala, akhirnya kami pun pergi bertiga menggunakan motor milikku.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!