Ketabahan Adikku

Ketabahan Adikku

Bab 1.

"Mbaaaak" suara lembut itu menyapa ku yang baru saja masuk ke halaman rumah setelah pulang bekerja.

"kenapa dek?" tanya ku sambil melepas sepatu tali yang aku gunakan.

"emmm, sebentar lagi aku ulang tahun yang ke sepuluh kan mbak?" katanya membuat kegiatan ku terhenti.

"emang iyaa dek? oh iyaa ini udah tanggal 26 yaa, ulang tahun kamu tanggal 31 bulan ini kan ya dek?" tanyaku yang langsung di angguki oleh nya.

"iyaaa mbak" jawab nya dengan senyum mengembang.

"terus ada apa nih? Pasti mau minta kado yaaa" kataku sedikit mengajaknya bercanda.

"eh emm ngga mbak, cuma,,,,"

"cuma apa dek?" tanya ku sambil menyeritkan kening.

"boleh gak mbak kalau nay ajak temen nayla buat rayain ulang tahun di rumah?" tanya nya membuat ku menatap adikku yang berumur hampir sepuluh tahun itu.

Aku sedikit terdiam, sejujur nya untukku saat itu hal yang di minta adikku bukan lah hal yang sulit. Tapi, sejak dulu kami memang tidak biasa merayakan ulang tahun.

"apa adek udah bilang sama mama dan bapak?" tanya ku pada nayla dengan mengelus lembut kepala nya.

"sudah, tapi kata bapak insyaallah kalau ada rejeki untuk menjamu mereka mbak" jawabnya dengan menundukkan kepala.

"kalau gitu kita buat acara ulangtahun kecil-kecilan untuk adek ya nanti, insyallah mbak ada rejeki untuk adek nanti. Tapi, adek harus janji sama mbak" kataku menatap mata nya yang mendongak kan kepala.

"janji apa mbak?" tanya nya.

"nay harus janji untuk rajin belajar, apapun yang terjadi. Nay harus semangat, mbak mau nay janji itu aja. Mudah kan?" kataku yang langsung membuat nay tersenyum dan menganggukan kepala dengan semangat.

"makasih ya mbak, besok nay mau catet nama temen sekolah nay sama yang di lingkungan rumah ini ya mbak. Nanti kita undang pakai undangan kan mbak?" tanya nayla dengan ceria.

"iyaaa nanti kita undang pakai undangan ya, lusa pulang mbak kerja kita beli ya sama dekorasi nya kepasar sekalian pesen kue tart sesuai tema kesukaan adek" jawab ku membuat nya tersenyum ceria.

"makasih ya mbak, nanti kita sama mama kan mbak pergi nya?" tanya nya lagi.

"iyaa adek, kita pergi nya sama mama kok. Tapi tunggu mbak pulang kerja yaa?" kataku lagi.

Nayla pun langsung menganggukan kepala dan melenggang masuk kedalam rumah dengan berlari meninggalkan aku yang menggelengkan kepala melihat tingkah nya.

Aku pun mengikuti nya masuk ke dalam rumah yang mana rumah kami hanya sebuah kontrakan petak tiga yang di isi oleh enam orang di dalamnya.

Aku adalah anak pertama di keluarga ku, dua adikku laki-laki dan satu orang perempuan. Kami empat bersaudara.

Diusia ku yang hampir delapan belas tahun, aku sudah bekerja di sebuah cv yang masih bernaung dalam pemerintahan sebagai operator selama lima bulan ini.

Bagi ku, pekerjaan ini lumayan berat. Karna selain memerlukan ketelitian, pekerjaan ini juga memerlukan fisik dan mental yang kuat.

"Anaaa" suara mama menyapa saat aku menaruh tas yang selalu ku bawa saat kerja pada tempat nya.

"iyaa ma" jawabku yang langsung mencium punggung tangannya dengan takjim.

"apa bener kamu mau buat kan adek kamu pesta ulang tahun kecil-kecilan?" tanya nya dengan wajah heran.

"iya ma, gapapa kan ma? Sesekali, kasian adek" jawabku.

"tapi,,,,,"

"tapi kenapa ma?" tanya ku heran.

"maaf ana, mama baru saja mau bicara dengan kamu soal ari yang harus membayar biaya ujian kenaikan kelas. Mama mau minta tolong sama ana untuk membayarkan dulu uang itu, apa gak sebaiknya kita tidak usah membuat acara untuk nayla ana?" kata mama membuatku menghela nafas.

"memang berapa yang dibutuhkan untuk membayar uang ujian itu ma?" tanyaku menatap mama yang sepertinya ragu mengatakannya.

"dua ratus tujuh puluh lima ribu ana" jawab mama.

Aku pun memeriksa sisa uang yang ada di dompet, tersisa lima lembar uang berwarna merah disana. ku tarik tiga lembar uang itu dan aku serah kan pada mama, sementara sisa nya akan aku pergunakan untuk beberapa hari kedepan hingga hari gajian tiba.

"ini ma, tolong dibayarkan ya" kataku sambil menyerahkan uang tiga ratus ribu itu.

"kamu masih ada uang ana? Bukannya gajian masih lusa?" tanya mama membuat ku tersenyum.

"masih ma, insyaallah cukup hingga lusa. Ini, silahkan mama pegang dan bayarkan uang ujian ari dan tidak perlu mama ganti" jawabku dengan senyum hangat.

"terimakasih ya ana, uang nya mama terima ya" jawab mama membalas senyum ku dan menerima uang yang aku beri kan pada nya.

"sama-sama ma, yaudah aku mau mandi dulu ya ma. habis itu mau tidur, nanti malem ada billy mau jemput ana. Kami akan keluar" kata ku pada mama yang langsung tersenyum dan menganggukan kepala.

Aku pun langsung membersihkan diri kedalam kamar mandi, setelah selesai dan berganti pakaian aku merebahkan diri di kasur tipis yang sudah keluarga kami kenakan bertahun-tahun.

"alhamdulillah, akhirnya bisa rebahan juga. Tidur sebentar, biar pas nonton nanti gak ngantuk" kataku bergumam dengan diri sendiri.

Baru tidur tak sampai satu jam, aku mendengar suara keponakanku menangis kencang. Aku pun bangun dan keluar dari rumah untuk melihat apa yang terjadi.

"kenapa bila ris?" tanya ku pada riski, sepupu ku.

"rebutan mainan sama nanaz mbak, biasa" jawabnya. Aku pun menganggukan kepala dan mengambil alih keponakanku itu dari ibu nya.

"udah ya bil, gak boleh nangis itu. Itu mainan ounty kan?" kataku memberi pengertian pada bila untuk tidak menangisi mainan milik ounty kecil nya. Iyaa nanaz, dengan nama asli nazwa itu adalah adik sepupu ku yang masih bayi berusia tujuh bulan sementara bila sudah berusia dua tahun tiga bulan.

Setelah ku bujuk, akhirnya bila pun diam. Tentu saja dengan imbalan ice krim yang aku beli kan di warung tak jauh dari rumah.

"besok-besok di bujuk ya ris, jangan malah di marahi. Kasian, masih kecil" kata ku pada riski.

Setelah bila anteng dengan ice krim di tangannya, aku pun berpamitan untuk melakukan sholat ashar. Karna ternyata sudah pukul empat sore.

"bila di sini ya sama mbah, ma'ana mau allah" kataku memperagakan takbir sebagai isyarat aku akan sholat, bila pun menganggukan kepala mengizinkan.

Aku pun memindahkan bila pada mama yang di sebut uti oleh bila. Kemudian, aku sholat ashar dan mengaji hingga aku mendengar suara yang sangat aku kenal mengucapkan salam.

"assalamualaikum"

"waalaikumsalam" suara mama menjawab salam itu berbarengan dengan beberapa orang yang berada di teras itu.

"ana nya ada bu?" tanya suara yang sangat aku kenal itu.

Aku pun bergegas menyelesaikan mengaji dan membuka mukena yang menempel di tubuh kemudian melipatnya asal.

"masyaallah, kalian kesini?" kataku ketika melihat kedua sahabat sejak sekolah mendatangi rumah ku.

"iyaaa nih, kangen taauu. Kamu jarang ikut kita kumpul" kata rina sahabatku sejak smp.

"iyaa maaf yaa, kamu tau kan gimana kerjaan aku" jawabku sambil duduk di sebelah kedua sahabatku itu.

"iyaaa kita tau kok, oiyaa kapan kamu off? Kita jalan yuk?" kata mira.

"emm off yaa, kayanya sabtu deh. Boleh deh kebetulan jumatnya kan abis gajian hihihi" jawabku tertawa kecil.

"okee deh, nanti kita jemput yaa. Naik motor aja bertiga, gapapa kan?" kata rina.

"iihh kalian, mendingan nanti motornya di sini aja. Nanti kita pergi nya naik taksi online, bahaya tau naik motor bertiga" jawabku.

"iya sih, yaudahlah. Tapi, kita mau kemana emangnya?" tanya mira.

"emm kita ke du*an aja gimana?" kata rina memberi ide.

"kemahalan gak sih masuknya, hampir tiga ratus ribu. Yang lain aja lah rin" kata mira.

"iya bener kata kata mira rin, ke tempat yang murah aja. Kaya nonton, atau ke pasar bkt itu terus nongkrong di cafe. Gitu aja lah ya" kata ku yang juga di angguki oleh mira.

"boleh lah, boleh lah. Berarti kalo gitu kita nontonnya di mall cipi**** aja yang lebih deket ke bkt ya?" kata rina yang langsung kita angguki.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!