NovelToon NovelToon
Wanita Malam Milik Tuan Damian

Wanita Malam Milik Tuan Damian

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Pelakor / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:30.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dayu_SA

"Menikahlah denganku," Dina nyaris menyemburkan jus yang baru saja ia minum demi mendengar kata-kata Damian.

Ardina Maharani, seorang waitress club malam, karena desakan ekonomi terpaksa menyetujui perjanjian pernikahan dengan Damian Adinata, seorang CEO muda yang membutuhkan keturunan. Sesuatu yang tak bisa istri pertama pria itu berikan.

Mampukah Dina bertahan untuk selalu menjadi yang kedua? Atau justru ia akan menggeser posisi istri pertama dan menjadi satu-satunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu_SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB [05]

Jam menunjukkan pukul dua dini hari ketika akhirnya Dina melangkahkan kaki memasuki kamar kostnya yang kosong. Gadis itu menghela nafas sambil melepas sepatu dan jaket yang ia kenakan. Dipijatnya dengan lembut tumit kaki yang terasa pegal dan nyut-nyutan.

Kadang, di saat ia sendiri seperti ini. Merenung tanpa melakukan hal yang berarti. Pikiran-pikiran tak menyenangkan mulai memenuhi otaknya.

Lelah sekali ya Tuhan..., lirih gadis itu dalam hati. Bagaimana tidak, pagi sebelum jam 6, Dina harus sudah siap dengan pekerjaan utamanya. Menjadi petugas bersih-bersih. Pekerjaan kasar yang jelas cukup menguras tenaganya.

Kemudian di malam hari, gadis itu harus kembali melakukan pekerjaan keduanya. Menjadi waitress di club malam. Seringnya ia hanya mendapat waktu tidur 2-3 jam saja. Dan itu ia rasakan setiap hari. Tanpa libur. Karena ketika ia libur sebagai cleaning service pada hari minggu, malamnya dia akan bekerja secara double, karena club malam justru paling ramai di akhir pekan.

Dina kadang berpikir, sampai kapan ia bisa hidup seperti ini. Sampai kapan tubuhnya akan kuat bertahan? Bagaimana jika ia tiba-tiba jatuh sakit? Dina langsung menggelengkan kepalanya. Tidak, sakitpun dia harus memaksakan tubuhnya. Karena, siapa lagi yang bisa ia andalkan kalau bukan dirinya sendiri?

Andai saja ayah masih ada...

Tidak-tidak. Dina kembali menggelengkan kepala. Tidak ada gunanya menyesalkan sesuatu yang sudah terjadi. Segala sesuatu memang sudah ditakdirkan. Selalu ada alasan, sebab dan akibat. Mungkin Tuhan memang sengaja memberikan nasib seperti ini, agar dirinya bisa menjadi pribadi yang kuat dan mandiri.

Lamunan Dina buyar ketika gadis itu merasakan perih di lambungnya. "lapar..." gumam gadis itu kemudian. Dengan langkah gontai ia melangkah ke arah dapur, dan mengambil satu bungkus mie instan. Memanaskan air di dalam teko listrik, mie instan yang seharusnya direbus, harus memuaskan diri hanya diseduh dengan air panas. Ya..., beginilah kehidupan anak kos. Setidaknya Dina masih bersyukur, dia masih memiliki sesuatu untuk dimakan.

Setelah menikmati semangkuk mie instan dan membersihkan diri seadanya, Dina akhirnya bersiap untuk tidur. Diraihnya ponsel yang tadi sempat ia charge untuk melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan waktu pukul 3 pagi. Hanya ada waktu dua jam untuk tidur. Semoga saat dia terbangun nanti, tubuhnya akan terasa segar kembali.

___

Memang benar, terkadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dina merasakan kepalanya sangat berat dan berdenyut menyakitkan ketika alarmnya berbunyi dua jam kemudian. Tubuh gadis itu bahkan terhuyung, nyaris limbung jika saja ia tidak dengan segera berpegangan pada kepala tempat tidur.

"Jangan sakit... Jangan sakit... Kamu nggak boleh sakit!" lirih gadis itu sambil memijit keningnya yang masih terasa berdenyut. Seolah melafalkan mantra, gadis itu terus menerus mengulang kalimat yang sama.

Tangan gadis itu kemudian meraba-raba ke arah meja nakas di sebelah tempat tidur. Tempat biasa ia menyimpan segala macam vitamin dan segala macam obat-obatan ringan. Dengan cepat ia meraih kemasan obat Paracetamol dan sebotol air mineral. Meminumnya dengan cepat sebelum kemudian memejamkan matanya sesaat.

"Sekarang semua akan baik-baik saja. Yang kuat ya badan..." lirih gadis itu lagi pada dirinya sendiri.

Tanpa mengindahkan rasa sakit kepala yang belum sepenuhnya mereda, juga sekujur tubuhnya yang terasa meriang dan lemas, Dina langsung melangkah ke arah kamar mandi. Menyiapkan diri untuk bekerja sebagaimana biasanya.

____

"Pucat banget, kamu lagi sakit?" mbak Fitri yang ternyata sudah lebih dulu tiba, langsung bertanya ketika mendapati wajah pucat Dina yang baru saja memasuki ruangan.

"Kecapean aja mbak," jawab Dina sambil tersenyum simpul.

"Kalau memang nggak enak badan, jangan dipaksakan. Kalau nanti tambah drop kan kamu sendiri yang susah." Omel Fitri, "kamu di sini sendirian, nggak ada pendamping. Kalau kamu kenapa-kenapa, nggk ada yang ngurusin," tambah wanita itu lagi.

Di tempatnya bekerja, Dina memang diperlakukan seperti anak bungsu yang harus dimanja. Harus diingatkan untuk sekedar menjaga kesehatannya. Bukan hanya karena usianya yang masih terbilang cukup muda, namun kegigihan dan ketekunan -lebih tepatnya keras kepala- gadis itu dalam bekerja membuat rekan kerjanya merasa kagum dan terkadang kuatir. Seperti sekarang ini misalnya.

"Beneran nggak apa-apa kok Mbak, udah minum obat juga tadi. Paling bentar lagi baikan," jawab Dina yang hanya ditanggapi dengan gelengan kepala oleh Fitri.

"Tapi tadi sebelum minum obat, udah makan apa belum?" kali ini perhatian kedua wanita itu kembali ke arah pintu. Terlihat Iwan yang tengah menjinjing tas ranselnya. Pria itu kemudian memasukkan tas ransel tersebut ke laci lokernya.

Tak mendapati respon, Iwan kembali menatap Dina dengan kening berkerut. Gadis itu hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Eleh, kebiasaan. Lain kali makan dululah walau sedikit. Minum obat itu nggak boleh saat perut kosong!" ujar pria itu pasrah. Sudah sangat hafal dengan kebiasaan rekan kerjanya yang satu ini.

"Tuh dengerin!" ujar Fitri memanas-manasi keadaan.

"Iya-iya..., ini mau makan sekarang," jawab Dina cengengesan. Gadis itu mengeluarkan sebungkus roti dan satu kotak susu cokelat. Menu sarapan andalannya setiap hari.

_____

Dina baru saja menyelesaikan pekerjaannya membersihkan area toilet lantai satu. Gadis itu kemudian menyandarkan tubuhnya di pintu bilik toilet karena merasa matanya mulai berkunang-kunang. Dengan cepat gadis itu menutup pintu dan mendudukan tubuhnya dengan kasar di atas kloset duduk ketika merasakan pandangannya yang mulai menggelap.

Dina memejamkan matanya sesaat, berusaha menguasai dirinya agar tidak kehilangan kesadaran. Gadis itu bahkan dapat merasakan tubuhnya yang basah karena keringat dingin. Ia bahkan tak yakin jika lututnya yang lemas mampu untuk menopang berat badannya nanti. Bahkan untuk sekedar berdiri rasanya butuh banyak perjuangan.

Gadis itu kemudian tersentak saat mendengar bilik di sebelahnya tertutup. Siapa yang pagi-pagi buta begini sudah menggunakan toilet? Batin Dina gusar. Bukan masalah paginya. Tapi masalahnya, Dina saat ini berada di Toilet laki-laki. Agak kurang pantas sepertinya jika ia terlihat oleh orang yang baru saja memasuki bilik di sebelahnya.

Biasanya Dina akan melakukan tugasnya dengan cepat dan langsung ke luar ketika tugasnya sudah selesai. Namun hari ini, karena kondisi tubuhnya yang kurang fit membuat kecepatan gadis itu dalam bekerja tidak sebaik biasanya.

Berusaha menguatkan tenaga, Dina berdiri dan mengambil perlengkapan bersih-bersihnya. Berusaha mengeluarkan suara seminim mungkin agar sosok di bilik sebelah tidak menyadari keberadaannya.

Namun apa mau dikata, ketika Dina baru saja hendak keluarga dari pintu toilet, bilik sebelah yang sejak tadi berpenghuni, tiba-tiba saja terbuka lebar. Menampilkan sosok pria tinggi berkarisma, namun sayangnya membuat bulu kuduk Dina meremang seketika.

Kenapa dia di toilet ini??? Bukannya di lantai empat ada toilet kusus CEO?! Erangnya dalam hati. Ya... CEO. Sosok horror yang baru saja dilihat Dina, yang membuat gadis itu merinding seketika. Tak lain dan tak bukan adalah Damian. Sang boss besar di tempatnya bekerja. Dan..., pria beristri yang semalam sempat digoda olehnya.

Detik itu juga Dina merasakan seluruh tulang dan sendinya melemas, matanya berkunang-kunang, kesadarannya perlahan menghilang. Satuhal yang gadis itu lihat sebelum akhirnya menyerah pada kegelapan adalah, sang bos besar yang berlari dengan wajah panik ke arahnya.

1
muna aprilia
lnjut
Endangdaman
ah so sweet deh damian
sumiyati budiyanto
iya bagus,alurnya jg enak dibaca
nuraeinieni
aq mampir thor
wawawawa
apa"an si shesil😒
Dayu SA
luar biasa
LISA
Semangat y Kak..kita tunggu update nya
Dayu SA: Wahhhh makasi ya kak, komentar dan likenya sangat berarti buat mendongkrak semangat nih. Kawal terus perjalanan mereka sampai tamat ya! makasi ^^
total 1 replies
LISA
Bagus ceritanya Kak..
LISA
Slmt y utk Dina & Damian..meskipun pernikahannya terkesan buru²..bahagia selalu y utk kalian berdua
LISA
Syukurlah ibunya Dina udh pulih..yg kuat y Dina..Damian org yg baik koq..
LISA
Luar biasa
LISA
Damian emg suka sama Dina makanya dia menawarkan perjanjian itu..y moga aj Dina menerimanya..
LISA
Damian mulai tertarik sama Dina
LISA
Aq mampir Kak
Dayu SA: sippp... makasi kak ^^
total 1 replies
Bunda
nyimak Thor 🙏🏻
Dayu SA: Silahkan, terimakasih kak 🙏🏻
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up Thor
Bunda: g ada kelanjutannya ya
Anto D Cotto: sep, tetap semangat thor 👍
total 3 replies
Anto D Cotto
menarik
Narty Mafaza
suka banget baru ketemu novel ini langsung klik,,, gak banyak typo n alurnya jelas GK berbeli² pokoknya suka suka
Dayu SA: Makasi kak, dukung terus ya, kawal Dina sama Damian sampai tamat 😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!