Pernikahan tanpa cinta yang didasari sebuah pengorbanan dan misi balas dendam nyatanya membuat Fahreza Narendra putra terjebak di posisi yang sulit.
Pertemuannya kembali dengan cinta pertamanya, membuat Pria itu kembali harus memilih antara cinta sejatinya atau tetap bertahan dengan pernikahan tanpa cinta yang harus dijalaninya.
Akankah ia lebih memilih cinta sejatinya atau tetap bertahan mengarungi bahtera rumah tangga bersama wanita yang tidak ia cintai.
cerita ini merupakan sekuel dari Cerita "Story of my life"
Yuk simak cerita lengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Mobil yang Lee kendarai dengan Reza yang duduk di kursi penumpang depan, melaju santai diantara mobil-mobil lain. Kedua sahabat itu tampak tengah mengobrol serius tentang proyek besar yang diam-diam mereka kerjakan bersama.
"Ikutlah denganku!" Pinta Reza pada Lee dengan tatapan yang tetap fokus ke depan.
Lee terkekeh mendengar ajakan Reza. Ajakan yang menurutnya sedikit terdengar lucu.
"Kenapa tertawa?" Kali ini Reza bertanya sembari memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Lee yang masih terkekeh.
"Aku menolak ajakanmu!" jawab Lee tanpa basa-basi.
Reza mengerutkan dahinya kala mendengar jawaban penolakan dari sahabatnya itu.
"Aku tidak ingin dikira yang macam-macam lagi karena selalu menempel di dekatmu." Tambah Lee yang kembali terkekeh.
Lee jadi teringat dengan desas desus yang terdengar sejak mereka masih berkuliah bersama. Saking dekatnya hubungan Lee dengan Reza yang selalu tampak bersama, Lee dikira memiliki hubungan terlarang dengan Reza. Hingga berimbas pada hal yang kurang menyenangkan. Lee hampir di jauhi semua gadis-gadis cantik di kampusnya. Tentu saja itu membuat Lee meradang.
karena hubungan nya dengan Reza memang hanya sebatas sahabat baik, apalagi Reza berstatus sebagai suami orang.
"Tapi aku akan sangat membutuhkanmu di sana!" Ucap Reza dengan wajah seriusnya kembali menatap wajah sahabat baiknya itu.
Lee terdiam sejenak, berusaha menimbang kembali keputusannya untuk tidak lagi berdekatan dengan Reza. Karena walau bagaimana pun, Lee memiliki tanggungjawab sendiri. Mengingat ia sendiri adalah penerus dari perusahaan yang didirikan keluarganya di Negera tempatnya di lahir kan.
"Apa yang bisa aku dapatkan, jika aku mengikuti mu sampai kesana?" Tanya Lee yang kali ini tampak serius menatap wajah Reza.
*********
Reza sampai di unit Apartemen yang sudah hampir 10 tahun di tempati nya bersama Nayara.
"Kaka sudah pulang." Sambut Nayara dengan senyum cerianya sembari kedua tangannya meraih jas dan dasi dari tangan Reza, seperti yang biasa ia lakukan. Nayara memang selalu gesit melayani suaminya ketika berada di rumah. Bahkan Nayara selalu memasang telinganya tajam-tajam, kalau-kalau pintu depan apartemen di buka, karena Reza pulang lebih awal dari biasanya.
"Apa semua sudah kamu kemas?" Tanya Reza sembari terus berjalan menuju lantai 2 dengan Nayara yang masih mengekor di belakangnya.
"Semua sudah selesai di kemas. Beberapa orang suruhan Daddy sudah datang dan membawa semuanya." Jelas Nayara sembari terus mengekor sang suami menuju kamarnya di lantai 2.
Reza menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. Reza membalikkan tubuhnya untuk menghadap Nayara. Namun Nayara yang terkejut dengan Reza yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, tidak sengaja menabrak tubuh jangkung Reza hingga hampir terpental ke belakang jika Reza tidak segera menangkap tubuh mungilnya.
Kedua pasang mata saling bertatapan, dengan debaran jantung yang berbeda.
Tak ingin larut dalam sebuah perasaan yang tak boleh tumbuh, Reza pun segera melepaskan dekapan tangannya dari tubuh Nayara.
Nayara sendiri hanya bisa menelan saliva nya dan berusaha mengontrol degup jantungnya yang berdetak kencang. Keduanya tampak saling canggung dan kikuk setelah apa yang barusan terjadi.
"Pergilah ke kamarmu sendiri. tidak perlu menyiapkan pakaian untuk ku." Ucap Reza kemudian kembali membalikan tubuhnya membelakangi Nayara kemudian membuka pintu kamarnya untuk segera masuk dan meninggalkan Nayara seorang diri di luar kamar.
Sementara Nayara sendiri, masih diam mematung karena debaran jantungnya masih begitu terasa. Namun sebuah lengkung senyum indah terukir di bibir tipisnya.
"Suatu hari nanti,,, aku harap, kamu bisa melihat kearah ku." Gumamnya dalam hati.
*******
Reza tengah berdiri tegak menatap pantulan seluruh tubuhnya pada cermin besar yang berada di kamar pribadinya.
Sekilas bayangan tentang seseorang di masa lalunya kembali membuatnya terpaku.
Derai air mata dan wajah penuh luka seorang gadis yang telah ia lukai perasaanya, kembali membuat Reza tampak menyesali semua keputusan yang diambilnya 10 tahun yang lalu.
Reza mencoba menghapus kembali bayangan itu dengan memejamkan kedua matanya. Namun bayangan lain justru tiba-tiba muncul di kepalanya. Bayangan saat dirinya bertatap wajah dengan Nayara di depan pintu tadi. Reza jelas bisa melihat tatapan yang juga penuh luka yang berasal dari kedua mata istri statusnya itu.
Tak ingin terus terlarut dalam bayang-bayang yang membuatnya lemah. Reza pun kembali membuka kedua matanya dan kembali menatap pantulan tubuhnya pada cermin besar itu.
"Aku tidak boleh goyah oleh apapun." Ucap Reza dengan penuh keyakinan.
**********
Fathia tengah sibuk melayani pengunjung yang datang ke kafenya saat Hana memanggilnya untuk datang ke mejanya.
"Kenapa masih belum berganti pakaian?" Tanya Hana ketika melihat Fathia mendekat kerahnya dengan memakai seragam kafe.
"Aku masih sibuk. Pergilah sendiri kesana! Mungkin aku akan menyusul satu jam lagi." Jawab Fathia dengan raut wajah yang terlihat lelah namun ia tengah di buru waktu.
"CK.... Gue bakal tunggu sampe Lo selesai." Jawab Hana yang kemudian memalingkan wajahnya.
Fathia sendiri hanya bisa menghela nafasnya. Hana yang keras kepala sungguh membuatnya sakit kepala.
Tidak bisakah Hana melihat, jika ia tengah sibuk melayani pengunjung kafe yang memang tengah ramai.
"Kalau begitu, terserah padamu saja." Fathia memilih menyerah dan tak ingin meladeni sikap kekanakan Hana. Fathia pun kembali pergi untuk melayani pengunjung kafe lainnya.
Satu jam kemudian. Fathia dan Hana keluar dari dalam kafe tempat Fathia bekerja paruh waktu.
Hana benar-benar menepati ucapannya untuk menunggu Fathia selesai dengan pekerjaannya.
"Kenapa aku harus ikut juga ke pesta ulangtahun teman sekantor mu? Padahal, Kamu bisa pergi kesana sendiri." Gerutu Fathia sembari membuka pintu mobil Hana.
"Gue cuma mau ngajak Lo happy fun. Itu aja sih." Jawab Hana dengan santainya.
kedua sahabat baik itu pun masuk kedalam mobil mewah milik Hana dengan Hana sendiri yang menjadi sopirnya.
"Aku lebih suka sibuk di kafe daripada happy fun ga jelas." Jawab Fathia yang masih merasa kesal karena Hana terus saja memaksanya untuk ikut ke pesta ulangtahun teman Hana. Padahal Fathia sendiri tidak mengenal teman Hana yang berulang tahun itu.
"Udah deh, gue jamin... Lo pasti bakal seneng banget disana." Lagi-lagi Hana berusaha meyakinkan Fathia tentang pesta besar salah satu temannya itu.
Keduanya akhirnya sampai di tempat berlangsungnya pesta tersebut. Awalnya Fathia berpikir jika pesta tersebut berada di sebuah hotel atau kafe, seperti yang sering Fathia kunjungi jika mendapat undangan pesta dari temannya. Namun kali ini berbeda. Pesta yang ia dan Hana kunjungi berada di sebuah diskotik dengan hingar bingar yang membuat suasana tampak meriah.
"Hana.... Mendingan kita pulang aja deh." ucap Fathia setengah berteriak. Karena suara musik yang begitu bising, membuat Fathia harus berkata lebih kencang dari biasanya. Namun Hana tak menggubris ucapan Fathia. Hana malah terus berjalan melewati orang-orang yang tengah berjoget ria mengikuti irama musik yang berdentum keras.
Semakin dalam mereka masuk kedalam area diskotik, semakin Fathia merasa tidak nyaman dengan tempat itu. Bau minuman keras dan asap rokok sempat membuat Fathia merasa mual, berbeda dengan Hana yang justru terlihat santai.
Keduanya kemudian duduk di salah satu sofa panjang yang terlihat kosong.
"Mendingan kita cepetan pulang.... Aku takut." Fathia kembali membujuk Hana untuk segera pulang.
"Sebentar lagi. Gue belom ketemu yang punya acara nih." Tolak Hana sembari menolehkan kepalanya ke kanan ke kiri mencari keberadaan sosok yang mengundangnya ke pesta itu.
Saat Hana menemukan sosok Sherly, si empunya pesta. Hana pun segera beranjak untuk menghampiri Sherly dan meninggalkan Fathia sendirian yang masih duduk di sofa panjang dengan ketidak nyamanan nya.
Tadinya Fathia ingin mengikuti Hana menghampiri Sherly, namun Fathia urungkan karena merasa insecure dengan dirinya sendiri. Sosok wanita yang Hana hampiri begitu cantik dengan balutan pakaian dan perhiasan yang terlihat mahal. Belum lagi beberapa orang yang bergerombol bersama gadis itu. Mereka semua tentunya bukan orang sembarangan.
"Hai cantik.... kita boleh ikut gabung disini kan." Sebuah suara mengangetkan Fathia. Terlihat tiga orang pria jangkung tengah berdiri sembari menatap Fathia dengan penuh kilatan nafsu.
Hai Kaka-kaka semua. Jangan lupa untuk like dan komentar di setiap bab nya yah...
Terimakasih 🙏❤️
iklan dan 🌹 untukmu