NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kesembuhan

...Menangislah!...

...Kenapa tertawa?...

...Lihat! tubuhmu penuh luka!...

...Menjerit lah!...

...Jangan menyeringai sadis...

...Lihat! Tanganmu tengah teriris!...

...Terisak lah!...

...Bukannya tersenyum...

...Lihat! Bibirmu tak lagi ranum!...

...Jangan lanjutkan!...

...Darahmu sudah berceceran!...

...Hentikan! Tolong dengarkan!...

...Tertawa keras...

...Menyeringai sarkas...

...Tersenyum tandas...

...Kau, tak waras?...

...Atau, kau gila?...

...Begini kah caramu bahagia?...

...Terus-terusan menyiksa raga!...

...Hanya karena dunia dan gundahnya?...

...Ingat! Itu semua percuma...

...Tanpa ada izin dari sang esa...

...Siasatmu tiada guna...

...Sekarang, tolong sudahi...

...Jangan lanjutkan langkahmu lagi...

...Ini sudah terlalu tinggi...

...Hei, kenapa kau cekikikan?...

...Harusnya kau kesakitan...

...Tali itu menjerat dan menyesakkan bukan?...

...Ayolah, jangan berayun begitu...

...Sebentar lagi tubuhmu kaku...

...Wajahmu saja sudah membiru...

...From @nurul wulan suci...

.........

Pov jovandra

Aku sendiri lagi...

Menjalani hidup di dalam ruang hampa dan kelabu, berjalan diatas tumpuan batu yang entah kemana membawa langkahku pergi.

Kali ini bukan tuhan yang membuatku kembali merasa sepi. Namun aku sendiri yang meminta nya untuk pergi, sebelum lebih tersakiti...

Ternyata, melihat raga yang masih bisa direngkuh, namun tak lagi kita miliki itu rasanya tak jauh berbeda dari sebuah rasa sesak ditinggalkan karna sebuah kematian.

Semua memang salahku.

Aku yang membawa mereka masuk kedalam hidupku yang penuh luka. Membawa mereka untuk melengkapi kepingan puzzle yang telah hilang terbawa ombak di lautan.

Sejak awal aku sudah tau akhir dari cerita buku yang sedang ditulis oleh serayu, tapi aku tetap berusaha membantunya memberikan sebuah kata untuk ia tulis di dalam buku itu.

Maaf karna kehadiranku, membuat jalan ceritamu begitu pilu...

Kini aku telah melepaskan wanita itu seutuhnya. Setelah segala rasa sakit yang aku torehkan di hatinya, dengan mudah ku bilang jika aku melepaskan dirinya demi sebuah kesembuhan.

Wanita yang selalu mengusahakan hidupku, yang telah rela mengorbankan satu bagian hidupnya hanya untukku. Kini wanita itu sudah ku lepaskan seutuhnya.

Ia tak menyerah

Tapi akulah yang menyerah dengan keadaan. Bahkan aku tak pernah bisa berdamai dengan keadaan itu. 

Rasanya, aku seperti orang yang paling bodoh di muka bumi ini, karna telah menyiakan seorang wanita yang mungkin tak ada duanya disini.

Aku menolak sebuah anugrah dari tuhan, demi sebuah kemustahilan yang selalu aku minta kepadaNya. 

Untukmu serayu denada, jika memang aku lah penyebab utama atas kehancuran hatimu yang hampir lebur itu, maka tolong ampuni aku disini...

Dan berbahagialah selalu, mau dibawah langit manapun kau berpijak. 

Semoga tuhan selalu memihakmu dalam segala hal dan keadaan apapun itu...

Semoga, segala kelapangan hati serta jiwa yang telah kau berikan untukku selama ini, bisa memudahkan segala urusanmu di bumi...

.........

Sudah setengah tahun aku berpisah dengan mantan istriku, serayu denada. Setengah tahun itu pula aku kembali hidup dalam keheningan yang ku buat sendiri.

Sesuai kesepakatan kami berdua saat sebelum sidang. Kedua putraku dan serayu kini tinggal bersama sang ibu yang rumahnya tak jauh dari rumahku. Serayu tak pernah melarang ku untuk bertemu dengan kedua jagoan kami. Ia selalu membuka pintu lebar-lebar untukku bertemu dengan mereka.

Kini aku tak tinggal sendiri di rumah, aku meminta mbak sani agar kembali bekerja bersamaku seperti dulu.

Tak jarang juga anak bungsuku gibran menginap di rumahku saat sang ibu harus dinas keluar kota. Gibran di rumah sendirian, karna mamas lebih sering tinggal di kostnya.

Seperti saat ini, anak itu sedang menginap di rumahku karna serayu sedang berada di luar kota. Sebenarnya, mau di rumahku atau rumah serayu, rasanya sama saja karna kami sering lembur.

Terutama aku

Setelah berpisah dengan serayu, aku terhitung jarang sekali pulang ke rumahku sendiri. Aku hanya akan pulang saat membutuhkan baju ataupun saat gibran dan mamas berkunjung kesana.

Aku selalu menyibukkan diri untuk bekerja. Karna saat aku terdiam, segala ingatan ila akan kembali padaku.

Terlihat sangat egois dan tak tahu diri, tapi itulah kenyataannya

Malam ini aku tetap lembur meskipun gibran bilang akan menginap. Aku tak tau akan hal itu, jika saja gibran bicara kepadaku saat siang tadi, mungkin malam ini aku sudah ada di rumah bersamanya.

Mamas, anak itu juga sering menginap di rumahku bersama sang adik. Mereka berdua sama-sama kesepian saat serayu sedang berdinas ke luar kota.

Fokusku sedikit teralihkan saat ada sebuah notifikasi yang masuk ke ponsel pribadiku.

Serayu-ibu

Serayu-ibu: jo, gibran nginep di rumah kamu?

You: iya ra, gimana?

Serayu-ibu: ngga apa jo, aku cuma nanya karna nomornya ngga bisa di telpon

You: mungkin anaknya sudah tidur? Nanti saya tanyakan sama mbak sani

Serayu-ibu: oke, terima kasih

You: urwell, serayu

Aku kembali meletakan ponsel itu saat serayu tak lagi membalas pesanku. Menelfon mbak sani dengan telfon kantor untuk menanyakan gibran.

Ternyata benar, anak itu sudah tidur...

Aku melanjutkan pekerjaanku setelah mengabari serayu kalau si bungsu gibran sudah tidur. Ahh iya, ada mamas juga yang menginap di sana karna saat mamas pulang ke rumah serayu, rumah itu kosong.

Tentang serayu, hubungan kami tak menjadi lebih buruk atau lebih baik dari sebelumnya. Kami tetap menghubungi satu sama lain ketika menyangkut perihal mamas dan gibran. Karna itu adalah salah satu kesepakatan antara kami setelah berpisah.

Tentang materi, aku juga tak lepas tanggung jawab kepada kedua anakku. Meskipun mamas tak pernah mau menerima uang dariku dengan alasan sudah bekerja. Aku mengerti itu, kata serayu, mamas juga bilang begitu kepada sang ibu saat beliau mencoba memberikan uang kepadanya.

Butuh waktu cukup lama bagiku untuk meninjau berkas-berkas malam ini. Aku merenggangkan tubuhku yang terasa remuk tak karuan. Melihat jam dinding di atas meja kerjaku, 23.00

Ku cukupkan lembur hari ini. Entahlah, mungkin besok pagi aku akan mendapatkan sebuah omelan panjang dari sekretaris ku jafran. 

Aku bingung, sebenarnya yang jadi bos siapa disini?

Setelah mengemas barang-barang ku, aku berjalan menuju basement, mengendarai mobilku sendiri untuk pulang.

Ku bawa mobil ini dengan kecepatan medium. Membelah jalanan kota jakarta yang tak pernah beristirahat meskipun sudah larut malam seperti ini.

Sekitar 20 menit, aku sudah sampai di pekarangan rumahku. Memarkirkan mobil yang baru saja ku kendarai dengan apik di parkiran itu.

Aku membawa langkah kakiku masuk ke rumah yang cukup besar ini. Gelap&sepi

Itulah kesan pertama saat aku memasuki rumahku sendiri. Aku langsung naik ke lantai atas, berjalan menuju kamar gibran. Saat membuka pintu kamar itu, aku melihat kedua anakku yang sudah tertidur pulas di sana. Ternyata mamas tidur satu ranjang dengan adiknya.

Aku jadi teringat masa-masa tempo dulu...

Aku menutup pintu kamar gibran kembali, berniat masuk ke kamarku sendiri untuk mengistirahatkan raga yang sudah ku ajak bergelut dengan pekerjaan seharian ini.

Oh bukan seharian, tapi 6 bulan belakangan ini

Setelah meletakan barang-barang yang ku bawa pada tempatnya lagi, aku masuk ke kamar mandi, berniat membersihkan tubuhku yang terasa sangat lengket dan membuatku tak nyaman.

.........

Pagi hari di kediaman jovandra

Pagi ini, aku dan kedua anakku sudah duduk di ruang makan. Menunggu mbak sani menyiapkan sarapan untuk kami bertiga.

Tak seperti dulu lagi, sebelum makan bersama, pasti kami akan membantu satu sama lain untuk menyiapkan makanan. Tapi sekarang, kami sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Aku sibuk dengan ipad ku sendiri, mamas yang sibuk menulis naskah di laptopnya, serta si bungsu gibran dengan tugas yang menumpuk juga di laptopnya.

Gibran dan mamas mengucapkan terimakasih kepada mbak sani kala beliau memberikan sarapan kedua anak itu. Sedangkan aku? Aku juga berterimakasih kepada mbak sani karna telah membuatkan aku secangkir kopi.

"Ayah ngga sarapan?" Itu suara si bungsu.

Membuat mamas juga menoleh ke arahku dengan mata memicing, "sejak kapan ayah minum kopi pagi-pagi?" Timpal mamas kepadaku.

Aku berdehem, aku benar-benar lupa dengan kebiasaan kami saat dulu. Meskipun mungkin mereka akan mengerti, tapi tetap saja mereka seperti tak menerima akan diriku yang membelot dari waktu sarapan pagi ini.

"A-ah iya, ayah pagi ini ada temu klien di cibubur sekalian sarapan. Jadi ayah belum mau sarapan di rumah" jawabku seadanya untuk memberi alasan kepada kakak beradik itu.

Semoga saja mbak sani tak bercerita tentang aku dan kopiku di pagi hari.

Gibran dan mamas hanya mengangguk, mereka memilih acuh dan melanjutkan sarapan mereka masing-masing, begitu juga denganku.

"Gibran mau berangkat sama mamas atau sama ayah?" Tanyaku saat kami sudah menyelesaikan sarapan pagi ini.

"Ayah mau ke cibubur kan? Biar gibran sama mamas aja lah, lagian kan kita satu arah sedangkan kalo sama ayah kan berlawanan"

"Ya Udah kalo gitu, mamas bawa mobilnya jangan ngebut ya, inget sama diri sendiri dan adik nya"

"Siap paduka!!!" Jawab mamas dengan posisi hormat seperti saat sedang memberi hormat.

Aku hanya menggeleng sambil tersenyum. Setelah itu kami memutuskan untuk berangkat ke tujuan masing-masing.

Beginilah hidup di kota metropolitan, berangkat kerja siang sedikit saja, kamu bisa terjebak macet dengan seribu macam bunyi klakson disini.

Jujur saja, sebenarnya aku malas jika harus bangun pagi agar tak terjebak macet. Tapi jika sudah seperti ini, mau bagaimana?

Aku juga menduga, kalau mamas sama halnya terjebak macet sepertiku. Meskipun kami berbeda arah, tapi mamas tetap melewati jalur besar untuk sampai ke tempat tujuannya. Terlebih lagi ia pergi bersama sang adik, sudah dapat dipastikan bahwa mereka jelas terjebak macet.

Aku tak mengindahkan dering ponselku yang sudah berulang kali. Jangan tanyakan siapa pe nelpon itu, karna sudah pasti jafran si bos kantor yang berkedok sekertaris pribadiku. Aku sudah mengirimkan pesan kepada laki-laki jangkung itu, jika aku terjebak macet. Tapi ia masih saja mencoba untuk menghubungiku, menyuruhku untuk cepat sampai ke kantor karna tiba-tiba ada meeting mendadak.

Aku akan membuat pelantikan bos kedua besok untuknya.

Sekitar 15 menit aku terjebak macet di gatot subroto. Kini aku sudah bisa membelah jalanan kota jakarta dengan lancar jaya tanpa halangan apapun.

Setelah sampai di kantor, aku mencoba untuk tak memperdulikan sosok jafran yang sudah menungguku cukup lama di ruanganku. Wajak anak itu sudah ditekuk muram. Aku yang melihatnya saja enggan!

Aku mencoba memberikan senyuman terbaiku kepadanya, tapi ia malah membalas ku dengan cibiran.

"Gue udah bilang berapa kali jo? Hidup di jakarta tuh harus bisa bangun pagi dan berangkat pagi juga biar ga kena macet!!!" Ucapnya sambil memberikan sebuah dokumen yang ku yakini sebagai bahan meeting pagi ini.

"Ya terus? Kalau saya bagun jam 5, saya harus berangkat saat itu juga? Ngga mau lah jaf! Lagian ya, semalem ada mamas dan gibran nginep di rumah. Lagi pun ngga ada mereka, saya juga ngga bakal berangkat pagi" balasku tak mau kalah dengan jafran

Jafran seakan tak memperdulikan ucapanku, ia malah menyuruhku untuk cepat meninjau bahan meeting kali ini karna beberapa staf yang lain sudah menunggu di ruang meeting.

"Bagaimana cara kamu untuk menaikan nilai perusahaan ini?" Tanyaku kepada salah satu staf yang baru saja presentasi di depan

"Kita akan memprioritaskan yang lebih signifikan sehingga kita bisa mempertahankan bahkan meraih nilai yang lebih tinggi untuk perusahaan ini. Contohnya, kita harus mengutamakan keunggulan dari divisi pemasaran dan juga divisi penjualan agar mereka bisa meningkatkan kinerjanya"

Aku mengangguk kala jawaban yang diberikan oleh staf itu sesuai seperti apa yang ku inginkan.

Sekitar 30 menit meeting berlangsung, aku dan jafran langsung bergegas menuju ke dalam mobil untuk menemui seorang klien di cibubur.

Aku dan jafran tak banyak mengobrol di dalam mobil. Jafran yang sibuk menyetir, sedangkan aku kembali meninjau beberapa dokumen yang masuk ke email kerjaku.

"Tumben amat mamas sama gibran nginep van?" Baru saja ku bahas, kini jafran sudah mengajakku bicara saja.

"Ngga tumben ya jaf, mamas sama gibran emang sering nginep di rumah saya" jawabku seadanya karna aku masih sibuk meninjau dokumen ini.

"Kayaknya ga sesering itu deh, dulu mereka nginep paling sebulan 2 kali. Tapi sekarang mamas sama gibran nginep seminggu sekali?"

Aku menghela nafasku, mengalihkan atensiku dari layar ipad sebentar.

"Serayu sering dikasih tugas ke luar kota, sedangkan mamas kan sekarang ngekost jadi gibran kesepian kalo harus di rumah ibunya sendiri. Terus mamas ikut nginep itu ya karna adiknya juga nginep di rumah saya"

"Intinya mereka berdua sama-sama kesepian ya van?"

Aku tak menjawab, mataku menerawang jauh entah kemana. Benar apa yang dikatakan oleh jafran barusan, mamas dan gibran kesepian.

Lalu bagaimana denganku?

Sekitar 1 jam kami sampai di tempat tujuan. Tak terlalu jauh dari cabang kantor ekspedisi ku juga tak terlalu dekat, 50/50 lah.

Aku tak suka basa-basi. Jafran langsung membawaku bertemu dengan seorang klien yang memang sudah punya jadwal untuk bertemu denganku hari ini.

Aku terkejut saat melihat siapa yang menjadi klienku saat ini. Sosok yang sangat aku kenali, sosok yang telah membawaku kepada membahagiakan sesaat.

"Jerry/jovandra?" Ucap kami bersama

Jerry juga sama terkejutnya denganku, bahkan rasa terkejut milik jerry lebih terlihat dibandingkan rasa terkejut milikku. Jafran memandang kami bingung, tapi ia langsung membawaku untuk duduk berhadapan dengan jerry di sana.

"J-jadi kamu yang bakal jadi klien saya?" Tanyaku terbata. Entahlah, aku jadi kembali mengingat malam dimana aku mengetahui semua fakta tentang jerry dan serayu.

"Jadi, lo pemilik ekspedisi ini? Maaf gue pikir yang bakal handle semua ini jafran karna dari kemaren staf gue kontekan nya sama jafran"

Aku mencoba untuk tetap profesional. Karna bagaimanapun juga, jerry adalah salah satu klien ku sekarang.

"Ya, saya buka cabang kantor di cibubur udah lama. Yang mengurus virtual e-business memang jafran"

Jerry mengangguk paham dengan ucapanku. Jerry selalu tau tentang diriku, termasuk tak suka basa-basi ketika membahas suatu hal. Jerry langsung mengutarakan niatnya untuk bekerja sama dengan kami agar bisa mengirimkan produknya keluar negri dengan waktu yang singkat, karna memang perusahaan ekspedisi ku banyak mempunyai kendaraan udara.

Aku dan jerry saling berjabat tangan satu sama lain setelah perjanjian bisnis itu telah sah. Saat jerry mengajakku untuk minum kopi bersama, bertepatan saat itu juga ponselku berdering dengan nama gibran avicenna yang tertera di layar itu.

Aku berpamitan kepada jerry untuk mengangkat telfon. Tapi karna aku tak bisa tinggal lebih lama disini, aku tak kembali lagi menemui jerry. Aku hanya mengatakan permintaan maaf karna tak bisa minum kopi bersama dengannya via whattsapp.

Aku pun memilih untuk langsung bergegas meninggalkan tempat ini bersama jafran. Kembali ke kantor pusat milikku yang ada di jakarta selatan.

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!