Asyifa Khaerunnisa Hafidz, gadis berusia 21 tahun yang berasal dari keluarga tidak berada. Harus menjadi tulang punggung keluarga menghidupi Ibu dan adiknya. Hingga suatu ketika, Asyifa harus menerima pernikahan dengan seorang lelaki kaya raya yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
Arkana Ksatria Wiratama, adalah pewaris dari perusahaan keluarganya. Tampan, kaya raya dan mapan yang berusia 25 tahun. Arkana adalah incaran para gadis muda di sekelilingnya. Namun hati lelaki itu hanya milik dari Tatjana Abigail, kekasih tercintanya. Keduanya sudah menjalin hubungan sejak 5 tahun lalu.
Namun, tiba-tiba saja Asyifa dan Arkana harus menerima paksaan untuk menikah. Disaat kedua orang itu sama sekali tidak saling mencintai
Lantas akan seperti apa kehidupan pernikahan mereka? Mampukah Asyifa melukuhkan hati Arkana? Menunjukkan ketulusannya pada sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Budi
Di sebuah ruang perawatan, beberapa hari kemudian
Syahrul sudah berhasil menyelesaikan operasi pada jantungnga sejak beberapa hari lalu. Berkat uluran tangan dari Putri,juga koneksinya. Syahrul bisa menjalani operasi pada hari itu juga. Syahrul bahkan di tempatkan di ruang rawat VIP. Putri memastikan kalau bocah remaja itu mendapatkan perawatan dan pelayanan yang terbaik
Sekarang,remaja itu sudah sehat kembali. Dia bahkan terlihat sangat ceria. Saat Aida menyuapkan sayur ke dalam mulutnya
"Bunda,ini enak." Ujarnya
"Kamu udah enakan sayang? Enggak ada yang sakit?" Tanya Aida
"Em..dikit. Di bekas operasi kemarin,selebihnya enggak ada. Adek sehat kok" ujarnya
Syifa yang duduk diatas sofa hanya bisa memandangi adik lelakinya itu dengan tatapannya yang tampak senduh. Gadis itu bahkan tidak banyak bicara
Syahrul yang menyadari kalau Kakaknya ada disini tapi sejak tadi hanya diam pun jadi ikut curiga. Dia menoleh ke arah Syifa
"Kak Syifa"
Merasa namanya dipanggil,Syifa langsung tersadar dari lamunannya
"Iya,dek. Kamu pengen sesuatu?"
"Kak,sini deh" ajak syahrul
Syifa menurut,dia mendekati brankar adiknya
"Kenapa,dek? Adek pengen apa? Bilang sama Kakak" kata Syifa
"Kak Syifa kok dari tadi diem aja? Kak Syifa lagi sedih?" Tanya Syahrul
Aida melirik Syifa. Wanita paru baya itu merasa sangat bersalah pada anak gadisnya
"Kakak enggak sedih kok. Adek udah sehat jadi Kakak enggak sedih lagi" sahut Syifa
"Beneran?"
"Bener,adek" kata Syifa
"Sudah,sekarang lebih baik Syahrul tidur saja. Istirahat" sela Aida
Syahrul mengangguk pasrah. Dia membiarkan sang bunda menarik selimutnya hingga ke dada
Beberapa saat kemudian,Syahrul akhirnya tertidur. Syifa dan Aida masih berada tepat di samping brankarnya
Aida merangkul bahu Syifa,memeluknya dengan penuh kasih sayang
"Maafkan Bunda,Nak. Bunda sangat egois,hingga kamu harus jadi korban" ujar Aida
"Enggak apa-apa,Bun. Syifa ikhlas,semua demi kebaikan adek. Yang penting adek sehat" sahut Syifa
Gadis itu coba memaksakan sebuah senyuman di depan Aida meski hatinya merongrong pilu
Kedua netra teduh milik Syifa,menatap lurus ke depan. Teringat akan percapakan dengan Putri hari kemarin
Wanita paru baya itu sangat jelas menginginkan sebuah timbal balik dari Syifa sebagai imbalan karena telah menolong Syahrul
Syifa dan Aida tentu akan memberikannya,apapun itu. Namun yang tidak mereka duga sama sekali. Putri meminta agar Syifa bersedia menikah dengan putranya. Lelaki yang bahkan Syifa belum pernah bertemu dengannya,apalagi mengenal dan mencintainya.
"Menikahlah dengan putra saya. Itu akan lebih dari cukup untuk membalas apa yang sudah saya berikan" Tegas Putri
Ucapan dari wanita paru baya itu masih terus terngiang di telinga Syifa dan Aida
Mereka ingin menolak tapi juga tidak mampu. Hutang budi adalah hutang yang di bawa mati. Syifa meski hatinya masih berat,namun dia berusaha ikhlas menerima segalanya
Syifa sudah memutuskan untuk menerima permintaan Putri. Menikah dengan putranya,biarlah ini bisa menebus segala kebaikan yang telah wanita itu berikan untuk menyelamatkan Syahrul
"Saya bersedia,Nyonya. Saya melakukan ini bukan karena saya mengincar kekayaan dan status sosial. Tapi murni karena saya ingin menebus hutang budi pada anda"
Hanya itu kalimat yang keluar dari bibir ranum Syifa. Namun jelas kalimat itu adalah kalimat yang sangat membuat Putri bahagia dan tentu membuatnya makin kagum pada Syifa
Kedua bahu Syifa kini bergetar. Gadis itu menangis dalam pelukan Aida
"Bunda,apa setelah ini Syifa bisa bahagia? Menikahi lelaki yang Syifa tidak cintai? Syifa yakin kalau dia juga tidak mencintai Syifa" kata Syifa
"Niatkanlah menikah untuk ibadah,Nak. Insyaallah kamu akan bahagia. Allah itu tidak tidur. Mungkin ini jalan pembuka menuju kebahagiaan untukmu" sahut Aida
Syifa mengurai pelukannya,menatap lekat Aida
"Bantu Syifa ya,Bun? Kuatkan Syifa dengan doa-doa dari Bunda'' pinta Syifa
Aida meraih wajah Syifa dengan kedua tangannya, "Pasti,sayang. Bunda akan selalu mendoakan kamu. Mendoakan kebahagiaan untukmu"
'Semoga ini bisa membayar hutang budi keluarga kami pada anda,Tuan. Seperti janji saya bertahun-tahun lalu. Saya akan menepatinya sekarang. Saya menyerahkan anak gadis saya yang sudah anda selamatkan dan anda tolong di masa lalu. Saya serahkan Syifa pada keluarga anda. Menjadi istri dari anak laki-laki anda,Tuan. Ternyata takdir memang saling bersautan' batin Aida
Wanita paru baya itu tidak melarang atau menghentikan keinginan Putri agar Syifa menikahi putranya karena hal ini. Aida cari tahu tentang Putri
Dan dia sadar,kalau wanita paru baya itu adalah istri dari Mendiang Bagas Wiratama. Seorang lelaki yang Aida anggap sebagai orang yang telah menyelamatkan nyawa Syifa di masa lalu.
Merelakan agar putrinya itu menerima donor jantung yang harusnya di terima Bagas saat itu. Bahkan dia juga yang telah membiayai segala biaya operasi dan pengobatan Syifa setelehnya. Tanpa diketahui oleh siapapun itu.
Cerita yang diceritakan Putri saat itu. Membuat Aida ingin mencari tahu. Dan dia menemukan fakta itu. Aida dengan sadar,dia ikhlas jika Putri meminta Syifa menikahi putranya. Aida akan menganggapnya sebagai balasan atas kebaikan Almarhum Bagas pada mereka di masa lalu
