NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 5

Malam hari sekitar pukul tujuh, naya menuliskan sesuatu di buku diary nya. Ia menulis beberapa peristiwa aneh yang ia sadari. Terkadang, ia juga berpikir dan bergumam sendiri karena teori yang bermunculan di kepalanya. Hingga akhirnya seseorang membuka pintunya, lalu mengusik konsentrasinya. Orang itu bahkan dengan santainya tidur di kasur seorang bocah perempuan sambil menatap tempat Naya duduk. Naya tak memedulikan sosok itu. Ia sibuk dengan pikirannya. Namun, sialnya fokus Naya kembali hilang karena orang itu mengambil buku diarinya yang memiliki cover berwarna pink muda.

“Abya, apaan si main ngambil aja!”ucap Naya berusaha merebut kembali bukunya. Tapi buku itu tak berhasil ia dapatkan, akhirnya Abya membaca semua yang ia tulis.

“Wah… iya juga. kita banyak ngalamin hal aneh,” ucapnya sambil menghindari tangan Naya yang berusaha mengambil bukunya kembali. Setelah selesai membaca kalimat singkat buatan Naya, ia pun langsung melempar buku itu ke arah kasur dan mengejek bocah yang sedang duduk di meja belajarnya. Seketika, Naya pun langsung menjabak rambut Abya yang tidak sepanjang rambutnya, hal ini cukup membuat bocah lelaki itu kesakitan.

“Ahhh..... udah dong sakit,” keluh Abya sambil memekik kesakitan. Setelah mendengar kalimat itu, Naya pun semakin menguatkan jambakannya. siapa suruh usil dengan seorang Naya.

Beberapa detik kemudian, akhirnya Naya melepaskan rambut Abya sehingga membuat bocah yang kesakitan tadi terjatuh. Namun, bukan berarti sakitnya Abya menghilang, malahan sakitnya semakin bertambah karena pantatnya terbentur oleh lantai. Sementara Naya, ia bangkit dari kursinya, berjalan ke arah buku yg tadi dilempar Abya, lalu mengembalikannya kembali ke rak khusus miliknya. bocah itu juga tak memedulikan Abya yang menatapnya sambil menahan sakit, melainkan ia malah melanjutkan aktivitasnya ke tempat tidur untuk berbaring sejenak.

“Apa kita tak bisa kembali ke tempat pendosa lagi?”tanya Naya sambil menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi oleh bintang.

“Bisa. kenapa tidak,” balas abya yang membuat bocah perempuan itu melihat dirinya kembali.

“kalau begitu, apakah kita harus ke taman itu lagi?”

“Tidak perlu, buat apa juga kesana. Toh, pasti tidak akan diizinkan keluar.” Abya pun bangkit dan mengambil buku bintang antariksa yang terletak di rak khusus Naya. Ia membuka buku itu tanpa izin dari sang pemilik.

“Kau mau apa dengan buku ku?”bingung Naya sedikit meninggikan suaranya karena temannya itu selalu memakai barang dikamarnya tanpa meminta izin darinya.

Abya pun menutup buku itu secara kasar. ia berbalik, memperlihatkan sampul buku yang bergambarkan bintang dan dua makluk ke pada sang pemilik buku sambil tersenyum smirk. “Kita akan menggunakan ini untuk kesana.”

Bocah perempuan sang pemilik buku pun mengangkat satu alisnya. Ia sangat bingung dengan ucapan yang dilontarkan oleh temannya ini. “Kau serius?”

“Tentu saja. buat apa aku berbohong terkait sang pendosa,” balas Abya sambil berjalan ke kasur. Ia kini duduk di pinggiran tempat tidur Naya. Naya ikut duduk dipinggir kasur nya, sambil melihat apa yang sedang dikerjakan orang yang berada di sebelahnya saat ini. Kali ini, untuk pertama kalinya seorang Abya sangat serius terhadap buku. Bahkan, ia seperti mencari bagian yang penting dalam sebuah novel fiksi ini. Hingga akhirnya ia pun berhenti pada halaman tiga puluh satu.

Di halaman itu terdapat banyak tulisan yang tidak dimengerti sang pemilik buku. Sang pemilik tak pernah tau apa maksud dari tulisan-tulisan itu. Hingga akhirnya seorang Abyaka Swastamita berhasil menyelesaikannya dengan cara membaca arti dari beberapa kalimat yang asing bagi banyak orang. Setelahnya, buku itu pun mengeluarkan cahaya, lalu cahaya itu menjadi portal yang menghubungkan kamarnya dengan tempat sang pendosa berada. Naya yang melihat ini pun menoleh ke arah Abya, matanya berbinar seolah olah berkata ‘bagaimana caramu melakukannya’.

“Tentu saja meneliti. Dasar orang yang suka melewati hal penting,”ucap abya yang merasakan tatapan penasaran dari dua bola mata di sampingnya. Ia pun bangkit dari duduk nya untuk masuk ke dalam portal yang ia buat itu.

“Kau tidak ingin ikut Nayanika Upeksa?”tanya Abya sambil tersenyum. Hal ini pun membuat Naya tersadar dari lamunannya karena Abya yang mengetahui maksud mata berbinarnya. Ia pun segera bangkit dari kasurnya untuk masuk ke portal itu bersama teman lelakinya yang menyebalkan.

“Ayo kita masuk kedalam,”ucapnya sambil bergandengan tangan dengan Abya.

...###...

‘jangan cari aku’ adalah kalimat yang dua bocah itu temukan ketika mereka sudah berada didalam rumah sang pendosa. kalimat itu mereka temukan di kertas yang berwarna coklat tua yang terletak di atas kasur sang pendosa.

“Apakah pendosa mengusir kita ?” bingung Naya yang masih menatap surat yang ia pegang itu.

“Tentu saja tidak,” jawab Abya sambil membuka beberapa lemari dirumah itu. Ia melempar kan barang-barang yang ada didalamnya dan membuat rumah ini berantakan.

“Lalu, kenapa ia menulis ini dan untuk apa juga kau membuat kerusuhan disini ?” Naya mengernyit heran, dipandangnya Abya dan kamar yang dipenuhi barang-barang yang berserakan ini secara seksama. Apakah temannya itu sedang mencoba untuk menjadi pencuri kecil? pikirnya.

“Hanya mencari barang kecil saja,” ucap Abya yang masi merogoh satu laci yang tersisa. Beberapa detik kemudian, ia pun menggenggam sebuah benda yang memiliki bentuk lingkaran. Ia terdiam sesaat sembari menatap benda itu, instingnya mengatakan ia harus memeriksa benda ini.

“Buka saja kalau kau ingin mengecek benda ini.” Naya mengambil paksa benda itu dari tangan Abya, lalu membuka tutupnya yang sudah dikelilingi debu. Ia mengernyit, melihat ke Abya dengan sedikit kerutan di wajahnya.

“Kenapa? apa jam itu rusak?”

“Iya, ini rusak. Apa sungguh ini barang yang kau cari sampai-sampai harus mengotori rumah orang lain?”

“Kalau iya memang kenapa. Lagipula pendosa bukanlah manusia karena memiliki sayap di badannya.”

“Terserahlah, jaga barang ini baik-baik. Kurasa kau disuruh untuk menyimpan ini.” Naya pun melempar kan benda itu yang kemudian berhasil ditangkap oleh Abya. Abya pun membuka lagi tutup benda itu dan meneliti kerusakannya. Benda ini adalah sebuah jam yang jarum pendek dan panjangnya sudah tidak ada lagi ditengahnya, ditutupnya pula terdapat huruf N yang membuatnya berfikir, apakah ini huruf depan dari nama asli sang pendosa.

“Nay,” panggil Abya yang membuat Naya terkejut karena ia sedang sibuk merapikan barang-barang milik sang pendosa yang berserakan. Hal ini pun membuatnya gelagapan untuk menjawab panggilan dari temannya yang masih juga serius menatap jam itu. Abya berfikir, dirinya sedang menyusun kata-kata yang akan diucapkannya. “Bagaimana kalau semisalnya waktu mu berhenti?”

“Berhenti itu artinya mati kan?”

“Bisa dibilang begitu.”

“Yaudah, aku hanya bisa pasrah. Lagipula suatu kewajaran jika manusia mati.” Naya membuka beberapa laci, menaruh kembali barang-barang yang sebelumnya ada dilantai ke tempat asalnya. “Hanya saja orang-orang terdekatku akan merasakan kesedihan, seperti ibu, ayah, dan mungkin juga dirimu. Tapi, pastinya kesedihan itu tak akan berlangsung lama Karena setelah beberapa hari dari kematian tersebut kalian akan kembali menjalani hidup, mengiklaskan aku yang sudah tak ada, dan melupakan sebagian tentangku.”

“Kalau berhenti sementara?”

Naya menutup laci- laci itu. Setelahnya, ia memandang salah satu rak buku yang agak berantakan. “jawabanku masih tetap sama. Bedanya, aku pasti akan bangun sesuai takdirku. Takdir itu takkan bisa diubah, Abya.” Naya berjalan ke rak itu, lalu memandangnya. ” Jika kau mati disaat itu artinya takdirmu sudah selesai dan kau sudah mencapai ending.”

Naya menarik salah satu buku yang ada disana. Tapi bukannya terambil, buku itu malah seperti kunci untuk membuka ruangan lain. Rak itu pun seketika menjadi pintu yang menghubungkan kamar ini ketempat yang ia tidak diketahui karena didalam sana sangat gelap.

“Wow,” kagumnya yang membuat Abya melihat ke arahnya dan rak penghubung itu. Hal ini membuat bocah lelaki itu bangkit dari cangkungnya dan bergegas untuk berada di samping Naya.

“Kau hebat sudah berhasil menemukan pintu rahasia ini,” ucap Abya kepada sosok disampingnya. Ia menoleh ke Naya. “Apa kau ingin masuk kedalam sana?”

“Tentu, tapi kita tak membawa penerang.”

“jangan takut kita membawa buku mu.” Abya mengangkat tangannya, membuat Naya dapat melihat buku yang berhasil membawa mereka kemari. Ia tak tau bagaimana cara Abya bisa tau ada sebuah pintu dari buku itu. Tapi yang pasti, buku itu bukanlah buku biasa.

Naya tersenyum. Ia melipat tangan didepan dada.“Kalau begitu silahkan keluarkan keahlian buku itu, tuan Abyaka. Lalu, kau harus mengajariku juga cara memakainya.”

Abya mengangguk sambil tersenyum. Ia pun membuka buku itu lagi, membaca kalimat yang berbeda dari sebelumnya. seketika sebuah cahaya pun muncul disekitar Abya. cahaya itu merubah buku yang dirinya pegang di tangan kirinya menjadi bola cahaya yang berwarna keemasan. bola itu mengapung di tangan kiri Abya membuat gadis yang disamping nya pun ikut bersinar juga. tapi, tidak keseluruhan yang bersinar dari Naya, hanya matanya saja yang bersinar karena kagum.

“ ayo kita masuk,” ucap Abya yang direspon anggukan oleh Naya.

###

Tempat yang seperti ruang kerja tapi memiliki banyak jam yang sudah kehilangan dua jarumnya adalah tempat yang mereka berdua temukan setelah menyelusuri jalan yang gelap. Di satu tembok juga terdapat lemari buku yang tersusun rapi sampai-sampai dindingnya tak keliatan. Tempat ini mengerikan tapi juga tempat yang diinginkan untuk Naya. Naya pun berjalan ke arah rak-rak itu, ia meninggalkan Abya yang masih sibuk untuk melihat detail dari tempat ini.

‘Emrili Antonia, Frenza Ezila, Moori Janiah, Albern de Jailen’ nama- nama ini adalah judul dari beberapa buku disini. Judul dari kebayakan buku disini rata- rata semuanya memakai nama orang, seakan-akan buku-buku ini adalah catatan hidup mereka. Tapi, ada satu nama yang ia kenali disini. Ia pun menarik buku itu untuk melihatnya lebih detail. Timira Yale, nama yang mirip dengan dia. Hanya saja, sosoknya di buku ini berbeda saat ia bertemu dengannya di tempat gelap itu. Naya memerhatikan buku itu lebih lama. Ia tak mengeluarkan suaranya. Hingga, sebuah tanga kecil merampas buku itu darinya.

“Apa disini juga ada sesuatu yang tersembunyi sampai-sampai kau tidak mengedipkan mata?” sindir Abya sambil melihat buku yang baru saja ia rampas.

“Tidak tuh, lagipula....” Naya mengambil buku itu kembali. “Mengambil barang orang lain itu di larang loh, bocah”

Abya pun merampas buku itu lagi. “ Tapi, kau bukan orang lain. Kau itu temanku Upeksa Nayanika”.

Naya yang kesal pun mencoba mengambil buku itu lagi. Namun sangat disayangkan, ia tak berhasil merebutnya. Tangan kecil Abya lebih lincah dari dirinya, ia bisa menghindari semua serangan yang akan ia dapatkan dari naya.

“Balikin Abya. Buku itu harus ku baca!” protes Naya masih mencoba mengambil buku dengan judul timira yale.

“Untuk apa, bukankah ini buku riwayat orang lain,” balas Abya yang juga masih menghindari pergerakan Naya. Hingga akhirnya, bola cahaya yang ia pegang berubah menjadi wujud lain tanpa ia sadari. Diawali dari buku hingga sampai menjadi peri yang berwujud bintang. Peri itu terbangun dari mimpi panjangnya dengan sedikit sakit kepala karena melihat dua bocah yang bertengkar di hadapannya.

“BERHENTI KALIAN BOCAH!!” bentaknya yang membuat Naya dan Abya seketika terdiam. Serentak mereka pun menoleh ke arah tangan kiri Abya, tempat dimana sebelumnya bola itu belum berwujud sebagai peri. “Apa? kenapa melihatku seperti itu?”

“Kau siapa? dimana bola cahaya kami?” tanya Abya.

“Kami? sejak kapan aku jadi milik kalian berdua,” protes peri itu. “Lalu, kenapa pula kalian merebutkan buku orang-orang terkutuk.”

“Hah?!” Ucap Abya dan Naya serentak. Orang terkutuk? apa maksud dari makhluk aneh ini, batin keduanya.

“Cih, dasar tidak tau apa-apa,” ucap peri itu. Ia pun pergi dari tangan kiri Abya dan melayang ke salah satu jam yang tidak memiliki jarum. Ia menggambar sebuah garis, menciptakan waktu di jam itu, memutar jarum nya hingga ruangan itu memunculkan bintang lain yang melayang- layang.

“Kok bintangnya pucet.” Naya menyentuh salah satu bintang didekatnya. “Lah nembus,” ucapnya setelah ia tak berhasil menyentuh bintang itu.

“Karena, ini ilusi yang terbuat dari memori. Lalu, tolong jangan sentuh mereka, nanti mereka hilang,” balas peri yang mendapatkan anggukan dari Naya. Naya mundur dua langkah supaya bintang-bintang tidak mengenainya.

“Tapi, mengapa kau memunculkan ilusi ini didepan kami?” tanya Abya sambil melihat ilusi-ilusi itu sibuk dengan buku yang mereka bawa dan sekitar yang berubah seakan-akan menyesuaikan diri dengan ilusi yang ada disini. Salah satu contohnya adalah rak yang sebelumnya terisi dengan buku, kini kosong. Dalam ilusi, buku-buku tersebut dibawah oleh bintang.

“Karena ini lah asal muasal kenapa buku-buku ini bisa terkutuk dan orang-orang ini juga,” balas peri. “ Sekarang lihatlah”.

Mereka pun melihat semua kejadian dalam memori ini. Dimulai dari bintang-bintang yang tertawa, bintang yang saling menjahili, dan bintang yang saling membantu dalam pekerjaannya. Mereka sangat sibuk untuk menata buku-buku silsilah keluarga kerajaan serta catatan orang yang masih hidup diwaktu itu. Hingga, satu buku pun membuat keributan diantara mereka. Buku itu adalah buku yang dipegang abya “timira yale” buku riwayat tentangnya yang tiba-tiba ada disalah satu rak yang belum saatnya untuk diisi.

bagi para ilusi buku itu aneh, sangat aneh. Buku ini memiliki cover seorang gadis yang memiliki latar hitam putih diantara buku yang berlatar putih, buku ini seperti memiliki misteri dan beraura jahat. Namun, karena bintang yang memeriksa buku ini adalah seorang pemula, ia tak terlalu peduli dengan buku tersebut. Ia menaruh buku itu di rak silsilah kerajaan karena menurutnya buku itu unik. Selanjutnya, memori itu selesai dan semuanya kembali seperti semula.

“Aku tidak mengerti dengan memori ini. Kenapa kau menyebutnya sebagai asal-muasal kutukan?”tanya Naya setelah jarum jam pemutar memori itu menghilang.

“Kau salah. ada yang aneh disana.” Abya mengalihkan pandangannya ke buku yang ada ditangannya setelah berpikir. “Buku ini ada disana tanpa ada yang menaruhnya.”

“Tepat, kau benar sekali bocah.”

“Berarti buku ini yang membuat buku-buku yang lain terkutuk, ya,” ucap naya ikut berpikir setelah ia mendengar kata-kata Abya serta dirinya yang serius menatap buku itu.

“Kurasa begitu. Tapi, ini hanya dianggap sebagai teori belaka karna tidak masuk akal,” balas peri itu sambil terbang ke arah lemari yang merupakan tempat silsilah keluarga. Setelahnya, buku yang Abya pegang pun terbang dan meletakkan dirinya sendiri ke rak yang sama seperti sebelumnya, lebih tepatnya... buku ini dipindahkan oleh peri bintang dengan sihir yang ia punya.

“Omong-omong, kenapa kalian bisa ada disini?” tanya peri bintang dengan alisnya yang sudah naik. Sepertinya, ia curiga pada dua bocah ini.

“Kami disini ingin bertemu sang pendosa untuk mencari kebenaran,” ucap Naya mendahului Abya berbicara.

“Sang pendosa? siapa itu? aku baru pertama kali mendengarnya.”

“Kau yakin? apa kau tak pernah melihat wanita buta yang memiliki sayap?” tanya Naya dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi.

“Apakah yang kau maksud itu, wanita yang berada dirumah putih?”

“iya.”

“Cih, dasar bodoh. Bisa-bisanya menyebut diri sendiri seperti itu,” gumam sang peri bintang yang masih bisa didengar oleh dua bocah yang ada didepannya.

“Emangnya, dosa apa yang telah ia buat?” kini giliran Abya yang bertanya.

“Bocah seperti kalian tidak perlu mengetahui hal ini dan tidak ada kebenaran yang perlu kalian cari. lebih baik, sekarang kalian pulang,” ucap peri bintang sambil membuat dirinya bersinar lebih terang. tak lama kemudian sebuah portal pun muncul di belakangnya. “Sekarang pulanglah, tenang saja aku juga akan ikut kalian kok.”

###

Dipagi hari yang cerah dan burung-burung terus berkicau, terdapat dua bocah yang sedang tertidur dikasur yang sama. Satu anak memeluk temannya bagai guling, sedangkan yang satu lagi memeluk sebuah buku dengan erat. Abya membuka matanya secara perlahan. Beberapa detik kemudian ia tersenyum, lalu ia pun menyentuh pipi orang yang saat ini sedang memeluknya. Wajah Naya yang tenang saat ini, menyebabkan abya mengingat satu hal tujuannya kenapa ia bisa ada disini.

“Cepatlah bangun, pemilik mata yang indah.”

1
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!