Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CALON KAKAK IPAR
Bu Risa sangat bersemangat menyiapkan printilan untuk pernikahan putranya, Haikal yang tinggal satu bulan lagi. Dia sangat senang akhirnya putra sulungnya akan segera menikah. Apalagi dia sudah mengenal baik calon menantunya. Rere, gadis berusia 24 tahun yang bekerja disebuah bank swasta, cantik dan sopan, sungguh tipe menantu idamannya. Dan yang paling penting, bobot bibit dan bebetnya jelas, dari keluarga baik baik.
Tapi satu hal yang masih dia pikirkan. Yakni putra keduanya, sudah 1 tahun lebih pria itu tidak pulang. Yang dilakukan putranya itu, hanya video call seminggu sekali. Bu Risa ingin sekali putra bungsunya itu hadir saat pernikahan kakaknya. Mereka hanya 2 bersaudara, Bu Risa ingin sekali dihari bahagia Haikal, adiknya bisa datang.
Dan malam itu, saat putra bungsunya video call, Bu Risa kembali membujuk.
"Pulanglah sayang, itu hari bahagia kakakmu. Dia pasti sangat ingin saudara satu satunya bisa datang. Begitupun dengan ibu. Ibu ingin kedua putra ibu ada dihari itu." Entah sudah keberapa kalinya, Bu Risa membujuk. Tapi wanita itu sana sekali tak ingin menyerah.
"Meo gak ada cuti Bu. Sistem kerja disini beda dengan di Indonesia, susah mengambil cuti." Sebenarnya dia hanya berasalan karena memang malas pulang. Dia malas sekali melihat wajah ayah dan istri mudanya. Dan yang paling dia benci, adalah melihat ibunya menangis karena luka yang ditimbulkan dua bedebah itu.
"Tolong jangan membuat kebahagiaan ibu tidak lengkap di hari itu Meo. Selain itu, ibu juga sangat merindukanmu. Apa kau tidak merindukan ibu?"
Bohong jika tidak, Romeo sangat merindukan ibunya. Tapi kembali lagi ke rumah, seperti menguak kembali luka yang hampir mengering. Disana, ditempat itu, pertengkaran demi pertengkaran orang tuanya terjadi. Dia yang yang saat itu masih duduk dibangku SMP, tak bisa berbuat apa apa untuk melindungi ibunya. Dan hampir tiap malam, dia selalu melihat ibunya menangis. Tapi entah apa yang ada dikepala ibunya, wanita itu kekeh mempertahankan rumah tangga meski terus dan terus disakiti.
Remeo bersecak pelan. Ada rasa tak tega untuk menolak permintaan ibunya. Selain itu, Haikal juga sudah berkali kali menghubungi agar pulang dihari pernikahannya.
"Akan Meo pikirkan Bu."
.
.
.
Hailkal dan Rere sedang ada disebuah butik untuk fitting baju pengantin. Waktu berjalan sangat cepat, tak terasa jika dua minggu lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan.
Rere keluar dari ruangan fitting dengan gaun pengantin putih yang rencananya akan dia gunakan untuk resepsi. Gaun itu terlihat pas ditubuh Rere, tapi wajahnya yang pucat sedikit merusak pemandangan.
"Kamu kenapa sayang, sakit, pucat banget?" Haikal sedikit cemas.
"Sedikit meriang aja. Kayaknya masuk angin, tadi pagi sempat mual lalu muntah muntah," sahut Rere. Dia merasa kurang enak badan beberapa hari kebelakangan ini.
Haikal meraih kedua tangan Rere lalu menggenggamnya.
"Jaga kesehatan Re. Pernikahan kita tinggal menghitung hari. Kalau perlu, kamu resign aja dari kerjaan biar gak capek. Aku gak mau kamu sampai sakit pas hari H."
Rere tersenyum, melepaskan tangannya dari genggaman Haikal lalu menangkup kedua pipi pria itu.
"Siap bos, aku akan jaga kesehatan. Tapi gak harus resign jugakan?" Rere mengulum senyum. "Aku sangat menikmati pekerjaanku. Teman temanku juga sangat baik disana. Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya. Aku akan resign nanti, saat kita sudah punya anak. Aku gak mau mati kebosanan dirumah sendirian karena menunggumu pulang kerja."
Haikal tergelak mendengarnya. Diambilnya telapak tangan Rere yang ada dipipinya lalu dia kecup punggung tangan tersebut. Senyum Rere merekah diperlakukan seperti itu. Haikal memang selalu memperlakukannya dengan sangat manis. Hal itu juga yang membuat Rere mantap menikah dengan pria itu.
"Tak sabar ingin melihatmu hamil." Haikal menyentuh perut Rere. "Pasti lucu sekali melihat perut yang biasanya kau jaga mati matian agar tetap langsing itu, tiba tiba membuncit."
Senyum Rere mendadak surut. Dia kepikiran peristiwa dua bulan lalu. Semoga saja memang tak terjadi apa apa malam itu. Jangan sampai kejadian itu menjadi penghancur rumah tangganya dengan Haikal nanti. Rere sangat berharap, jika dia masih perawan saat ini.
"Aku benar benar bahagia sayang. Rasanya ingin cepat cepat hari H. Aku tak sabar untuk menjadikanmu milikku seutuhnya."
Rere yang sedang melamun tak mendengarkan ucapan Haikal.
"Sayang, Re, Rere." Haikal menepuk lengan wanita yang melamun itu. "Ada apa, kamu seperti memikirkan sesuatu?"
"Ti, tidak."
Haikal membuang nafas kasar lalu mengusap lembut kepala Rere. Dia tahu jika menuju hari H, semakin banyak yang dipikirkan, tapi dia tak ingin Rere stress bahkan sampai sakit gara gara itu.
"Jangan terlalu stress."
Rere mengangguk.
"Besok adikku yang bekerja di Jepang pulang. Kalian belum pernah ketemukan? Besok pulang kerja, aku jemput. Kita kerumah, biar kamu bisa kenalan dengan adikku. Dia tak mendapatkan cuti pas hari pernikahan kita. Jadi dia datang besok hingga 4 hari kedepan disini."
Lagi lagi Rere hanya menjawab dengan anggukan kepala.
.
.
Sesuai yang Haikal katakan kemarin, sore ini dia sudah stand by di depan bank tempat Rere bekerja. Begitu melihat Rere keluar, dia segera membukakan pintu untuk pujaan hatinya itu.
"Cie....romantis amat calon pak su." Ledek teman Rere yang juga hendak pulang.
"Dilarang ngiri." Seru Rere sebelum masuk kedalam mobil.
"Aku nganan aja deh." Sahutan salah satu teman Rere itu langsung disambut tawa oleh yang lain.
"Hahahaha."
"Bye semua." Pamit Haikal setelah menutup pintu mobil untuk Rere.
"Bye calon pengantin. Jangan diapa apain dulu ya, belum halal." Teriak salah satu teman Rere.
"Gak bisa janji, hahaha." Seloroh Haikal sambil mengitari mobil lalu masuk ketempat kemudi.
Mobil yang dikendarai Haikal meluncur menuju rumah pria itu. Rere sudah lumayan sering diajak kesana dan sudah dekat dengan ibunya. Setelah menikah nanti, mereka akan tinggal dirumah itu, makanya Haikal berusaha membuat Rere dekat dengan ibunya.
"Yuk turun." Seperti biasa, Haikal akan membukakan pintu dan membantu Rere turun. Setelah itu melingkarkan lengan wanita itu dilengannya dan membawanya melangkah masuk.
"Assalamualaikum." Ujar Haikal dan Rere berbarengan. Tak mendapatkan jawaban, Haikal kembali memanggil.
"Bu, calon mantu ibu udah datang nih," seru Haikal.
Mendengar itu, Romeo yang ada dikamar memutuskan untuk keluar. Penasaran juga dia dengan rupa calon kakak iparnya.
Romeo menuruni tangga sambil melihat kearah wanita yang berdiri memunggunginya.
"Itu adik aku. Me, sini Me." Haikal melambaikan tangannya kearah Romeo.
Rere sudah pernah melihat wajah adik Haikal difoto. Tapi penasaran juga seperti apa rupanya saat bertemu langsung. Dia membalikkan badan kearah tangga.
Dan Romeo, mata pria itu membulat sempurna dengan mulut menganga lebar. Syok melihat wajah calon kakak iparnya. Ya, dia masih ingat dengan jelas wajah gadis yang dia nodai hari itu. Tapi apa yang terjadi, kenapa gadis itu menajadi calon kakak iparnya?
Apa Haikal sudah gila, bisa bisanya dia hendak menikahi anak pelakor itu? Dan Ibu, apa yang ibu pikirkan hingga merestui pernikahan mereka?
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁