Penyesalan memang selalu datang terlambat, itulah yang dialami gadis cantik bernama Clara.
Efek mabuk dan ketampanan seorang pria bernama Dean, ia sampai kehilangan kesuciannya di malam itu dan mengandung.
Ia tak punya pilihan lain selain harus menikah kontrak dengan Dean.
Saat Clara berharap akan cinta Dean, masa lalu Dean terus mengganggunya.
Apakah ia bisa menggantikan posisi wanita pengisi hati Dean pada akhirnya?
Atau semuanya akan berakhir sesuai tanggal batas akhir kontrak pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xoxo_lloovvee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
"Kau tidak usah khawatir ndo, Bapakmu akan bicara pada pacarmu itu," ucap ibu Clara menenangkan putrinya. Mereka sedang menyiapkan sedikit cemilan untuk pertemuan nanti malam.
Sesuai rencana, hari ini Dean akan menemui orang tuanya. Ia dan Dean sudah sepakat dengan pernikahan kontrak tersebut tapi orang tua mereka tak tahu sama sekali. Pembicaraan malam ini mungkin akan berakhir dengan keputusan lain.
Pukul 7 malam Dean datang. Clara merasa sangat lega karena yang datang hanyalah Dean dan ayahnya. Masalah akan semakin rumit bila yang datang adalah ibu Dean. Ibunya yang juga keras kepala mungkin akan tersulut emosi menghadapi calon besannya itu.
"Selamat malam, Pak, Bu," sapa ayah Dean ramah. Ia dan Dean masuk ke dalam kosan itu setelah ayah Clara mempersilakan.
Ia terlihat jauh lebih muda dari perkiraan Clara. Hanya dalam sekali lihat, Clara bisa tahu bahwa ayah Dean berbanding terbalik dengan sifat ibu Dean. Ia terlihat berwibawa dan berkharisma.
Di ruang kosan kecil itu berkumpul orang tua Clara dan ayah Dean, beserta Dean dan Clara. Gina sudah lebih dulu pergi karena tak ingin menganggu.
"Saya dan putra saya datang ke mari dengan niat baik untuk meluruskan masalah putra putri kita," ayah Dean mulai berbicara setelah sesi ramah tamah usai.
"Ya, kami juga sangat ingin bertemu dengan keluarga Bapak," sambut ayah Clara.
Ketegangan mulai terasa setelah semuanya terlihat serius. Clara sudah merasakan keringat dingin bercucuran di keningnya.
"Begini," ucap ayah Dean sambil memperbaiki kacamatanya. "baik Dean maupun Clara, seperti yang kita ketahui sedang menempuh kuliah akhir, tentu Bapak dan Ibu tak ingin semuanya sia-sia kan?"
"Tentu," ucap ayah Clara menyipitkan matanya. "Jadi apa maksud Bapak?"
Clara melirik Dean yang terlihat tenang membuat Clara tak habis pikir. Bukankah ia sudah berjanji untuk menikahi dirinya, jadi apa maksud ayahnya.
"Jangan salah paham dulu Pak. Saya dan Dean datang ke mari memang ingin membicarakan masalah pernikahan mereka berdua. Namun saya juga ingin memberikan opsi lain yang mungkin bisa dipertimbangkan."
"Apa itu?" tanya ayah Clara tak sabar. Kalimat-kalimat panjang ayah Dean membuatnya semakin gugup.
Ayah Dean memperbaiki kacamatanya lagi. Wajahnya datar tanpa ekspresi berlebih. Mungkin dari ayahnya inilah Dean mendapatkan wajah tanpa ekspresi itu.
"Bagaimana kalau kita... menggugurkan..."
"Tidak!" potong ayah Clara sebelum ayah Dean menyelesaikan ucapannya. "Clara tidak akan menggugurkan bayi itu!" tegas ayah Clara.
Ayah Dean hanya tersenyum kecil karena sudah mengira bagaimana respon keluarga Clara. "Ya sudah kalau memang saran itu tidak diterima. Maka satu-satunya jalan adalah menikahkan anak kita."
Clara yakin bahwa orang tuanya sama terkejutnya dengan sikap santai ayah Dean. Persis seperti perasaan Clara menghadapi Dean. Mereka seperti orang yang pandai bermain poker.
"Ya, itu..." ucap ayah Clara tergagap.
"Clara dan Dean harus menikah, jika tidak hanya putri kami yang menanggung malu," kini ibu Clara yang bersuara. Ia sedari tadi diam karena dari awal ayah Clara melarangnya berbicara apapun. "Saya tidak mau tahu, mereka harus menikah."
"Saya mengerti, karena anak-anak kita juga menginginkan pernikahan ini maka kita akan mengikuti kehendak mereka," kata ayah Dean masih sama tenangnya.
"Ya, itu harus. Dan pernikahan ini harus segera di laksanakan, keburu perut Clara membuncit," tegas ibu Clara.
"Saya sangat paham. Lalu bagaimana dengan tanggal pernikahan? Keluarga kami siap menanggung biaya acara namun... tentunya kami tak bisa memberikan pesta yang meriah. Maklum, pernikahan ini terlalu mendadak," ujar ayah Dean kembali melakukan negosiasi.
"Lebih cepat lebih baik. Bagaimana kalau bulan depan?" ayah Clara menyarankan dengan ragu-ragu.
"Kami siap. Tanggal berapa?" ayah Dean menanyakan lagi.
"Karena tanggal ini tanggal 12 maka bagaimana kalau tanggal 12 bulan depan," ayah Clara menyarankan lagi.
"Saya tidak ada masalah akan hal itu."
Begitulah malam itu berakhir. Negosiasi berjalan lancar dan tanpa kendala berarti. Mereka sudah mencapai kesepakatan tentang nasib pernikahan Dean dan Clara.
"Kalau begitu kami permisi. Sudah sangat larut. Jika ada yang perlu disampaikan Clara bisa langsung menghubungi Dean," ayah Dean bangkit berdiri dan disusul yang lainnya.
Ayah Clara dan Clara mengantarkan keduanya menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh dari kosan.
"Oh ya Clara, kita bisa bicara sebentar?" Ayah Dean meminta persetujuan.
"Ya, Clara, bicaralah dengan ayah Dean," ucap ayah Clara pada putrinya. "Saya permisi Pak."
Usai menyampaikan salam perpisahan pada ayah Dean, ayah Clara pun kembali ke dalam kosan. Clara sempat melirik sekilas ke arah Dean yang memberikan isyarat larangan.
"Dean, masuk," perintah ayah Dean pada Dean.
Dean sempat menolak namun ayah Dean hanya memberikan satu tatapan dan Dean terpaksa menurut. Dean juga melirik Clara yang tak paham dengan sikap Dean.
Setelah Dean masuk ke dalam mobil suasana menjadi aneh dan entah bagaimana terasa menegangkan. Ayah Dean menyulut rokoknya, seakan menunggu waktu yang tepat berbicara pada Clara.
"Sudah berapa lama kalian pacaran?" Asap mengepul dari mulut ayah Dean.
"Baru beberapa bulan Pak."
"Berapa persisnya?" tanya ayah Dean lagi.
"Sekitar lima bulan Pak," ucap Clara berbohong.
Jawaban Clara membuat ayah Dean terkekeh. "Lima bulan ya?" Ayah Dean kembali mengisap rokoknya.
Clara sadar bahwa ayah Dean mengetahui kebohongan mereka. Atau memang Dean mengatakan hal yang sebenarnya pada ayahnya.
"Begini Clara. Saya tidak mempermasalahkan Dean menikahi siapa saja tapi sebagai orang tua, saya berkewajiban melindunginya dan berusaha yang terbaik untuknya. Hubungan kalian, biar saya tebak, hanyalah sebuah cinta satu malam."
Tebakan itu membuat Clara berjengit.
"Lima bulan yang lalu," ayah Dean melanjutkan, "Dean masih berhubungan baik dengan kekasihnya. Dan tiga bulan yang lalu, waktu yang sama dengan kandunganmu, Dean putus dengan kekasihnya. Saya yakin saat itulah ia bertemu denganmu," ucap ayah Dean.
"Clara, jika kalian tak saling mencintai, sebaiknya jangan mengotori pernikahan ini. Dan satu lagi, jika pada akhirnya terbukti bahwa anak dalam kandungan itu bukan anak Dean, saya akan memastikan keluargamu mendapat hal yang setimpal atas ini semua. Kau mengerti?"
Ancaman halus ayah Dean membuat Clara bergidik ngeri. "Saya mengerti," jawab Clara mantap. Ia tak punya alasan untuk takut karena anak ini memang milik Dean.
Clara dapat melihat dalam cahaya minim ekspresi tak senang ayah Dean pada dirinya. Ia salah mengira bahwa ayah Dean lebih baik daripada istrinya.
"Entahlah..." Clara menghela napas berat saat mobil itu pergi. Ia sudah pasrah pada nasibnya sekarang. Tak ada jalan keluar lain yang bisa ia pikirkan, sekarang ia hanya akan mengikuti arus permainan hidupnya. Dua tahun yang disetujuinya bersama Dean sekarang terasa amat panjang.
semangat author.../Rose//Rose//Rose//Rose//Heart/
habis ngambil Bella mau ngambil Clara
pengen gue 👊👊
sumpah nyesek banget 🥺🥺
smape segitunya dia ngehindar dari dean
pengen gue krues 😡😡😡
istriku ? sejak kapan Dean manggil Clara kaya gitu
kasihan Clara yg udah nungguin Dean