Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Dalam perjalanan pulang tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka masing-masing. Laura hanya menatap jalanan saja. Sementara Damian melajukan mobilnya sambil sesekali melirik Laura.
"Kau inginkan sesuatu?" ucap Damian, tentu saja hal itu membuat Laura menoleh ke arahnya.
Laura menatap Damian lalu dia hanya menggeleng, kemudian Laura menatap kembali jalanan itu batinnya mengatakan setan apa yang sudah merasuki pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Sementara Damian kembali menatap jalanan yang kini macet.
"Ya Tuhan, kenapa harus hari ini" keluh Damian.
Laura hanya terdiam, ia tak berkomentar apa pun,. Ia masih trauma dengan sikap Damian kepadanya.
Damian menyalakan AC mobil sedikit lebih kencang, sehingga Laura merasa kedinginan. Membuat dirinya buka suara.
"Bisa kah seperti yang tadi saja?" ucapnya.
Mendengar hal itu Damian kembali menyetel AC ke mode awal. Laura pun memeluk erat tubuhnya. Damian melirik nya sekilas. Kemudian Damian mengambil jas yang ada di sandaran.
"Pakailah!" titah Damian sambil memberikan kepada Laura.
Laura menerima dan menutup tubuhnya dengan jas itu. Tak berselang lama mereka pun sampai di rumah. Laura melepaskan seatbelt nya.
"Tunggu!" ucap Damian ketika Laura hendak membuka pintu. Damian bergegas turun dan berlari ke samping untuk membuka pintu Laura.
Laura hanya menatap suaminya itu heran. Lagi-lagi ia dibuat penasaran. Apa yang sedang terjadi saat ini.
"Turunlah!" titah Damian ketika ia membuka pintu mobil itu. Laura hanya menurut.
"Mama!!!" pekik Abel gadis kecil yang sangat dirindukan Laura.
Laura dengan senang hati menggendong putri kecilnya itu. Damian melihatnya khawatir ia takut Laura akan kenapa-kenapa.
"Abel turun!" titahnya.
Abel melihat ayahnya sedikit takut. Namun Laura mengabaikannya sambil terus masuk dan menggendong putrinya itu.
"Kau merindukan mama sayang?Mama sangat merindukanmu tau!" ucap Laura sambil mencium pipi cabi anaknya itu.
"Tentu saja mam! omah bilang mama akan pulang, jadi Abel tidak sekolah hari ini" sahut nya.
"Ya Tuhan sayang, kenapa begitu?Mama ngambek! Anak mama tidak boleh bolos!" kesal Laura.
"Maafkan Abel ya ma! Lain kali Abel gak bolos deh! Janji!!!" ucap gadis itu sambil mengangkat jari kelingking nya.
Nyonya Laurent melihat adegan itu dari atas merasa senang, melihat kedua insan itu sedang bermanja-manja.
"Kau tidak kerja, Dam?" tanya mama begitu melihat Damian dadi belakang Laura.
"Aku tidak lagi sibuk, ma" sahut Damian.
Nyonya Laurent merasa senang, ada sedikit perasaan senang yang kini menyelimuti hatinya melihat perubahan putranya itu.
Damian membawa naik semua tas milik Laura ke kamarnya.Melihat hal itu Laura menjadi semakin aneh.
"Maaf! Tas saya mau di bawa kemana?" ucapnya.
"Kau akan tidur di kamar ku! Aku harap kau tak bantah nya" sahut Damian.
Keyakinan nyonya Laurent semakin kuat. Ia senang. "Yang dikatakan Damian benar! Kau itu istrinya dan kau harus menurut" ucapan nyonya Laurent, kali ini ia berpihak kepada putranya.
Mendengar jawaban nyonya Laurent membuat Laura tidak bisa berbuat apa-apa. "Kalau begitu bolehkan Abel tidur di sana?" sahutnya.
Abel langsung menatap ayahnya. "Mama saja, Abel bisa tidur di kamar Abel" sahutnya.
Laura menatapnya. "Sayang, mama masih merindukan mu. Mau ya temani mama! " pintanya.
Melihat kelucuan dari Laura membuat Damian merasa gemas. Ia tahu ketakutan yang ada pada Laura itu, dan aja kan untuk membawa Abel ikut bersama nya agar bisa menghindari nya.
"Sudah sudah! Cepat lah kau istirahat Laura! Dan cucu omah sini ikut omah" titah nyonya Laurent.
Dengan cepat Abel turun dari pangkuan Laura. Omah bergegas membawa nya keluar. Sementara Laura menatap mereka sambil membuang nafas pelan.
Damian segera naik. "Kau harus istirahat" ucapnya begitu ia hendak melangkah.
Laura mengikuti langkah Damian pelan. Berat rasanya untuk mendamaikan hatinya melihat kelakuan suaminya yang kemarin. Namun ia tetap harus menerima apa pun itu.
Kret
"Masuk lah! Aku akan mengambil sisa nya" titah Damian.
Laura masuk ke kamar itu, ia merinding bukan kepalang. Di sana masih terpampang pigura milik mantan nyonya mudanya.
"Ya Tuhan aku harus bagaimana?" keluh nya.
Tak lama Damian kembali masuk ke kamar itu, ia masih melihat Laura hanya berdiri di sana.
"Apa yang kau lakukan? Berbaringlah!" titahnya lagi.
Laura dengan pelan duduk di ranjang empuk itu. Ia sangat tidak nyaman namun apa yang harus ia lakukan nasi sudah menjadi bubur. Ia kini memang istri Damian.
"
Begitu jg sbalik'y