gagal nya pernikahan pertama belum membuat ku jera akan hidup berumah tangga. aku menerima lamaran seorang laki-laki yang baru saja ku kenal ku fikir dengan aku menikah lagi kehidupan ku bisa terjamin dan bahagia, ternyata aku salah kini pernikahan ke dua ku juga berderai air mata.
apakah pernikahan Ayu yang kedua masih bisa di perbaiki atau gagal lagi seperti pernikahan pertamanya.
yuk langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nada gita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Aku dan Daffa sudah berada di rumah, kami pun duduk santai di depan rumah, sambil menunggu sore.
Setelah puasa duduk di depan rumah, aku dan Daffa masuk ke dalam, ku lihat jarum jam sudah sore, aku bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan nanti malam untuk kami.
Sedangkan Daffa masuk ke kamar nya dan bersiap mandi, ibu belum juga pulang dari luar, tapi kata nya dia hanya keluar sebentar kok.
Fikir ku mungkin sebenar lagi ibu akan pulang ke rumah, saat aku sedang berkutik dengan peralatan masak ku, ibu baru saja sampai rumah.
Ku dengan suara nya memberi salam di depan, sengaja aku tak membukakan pintu, karna memang tidak ku kunci.
"Ayu". Sapa ibu lalu memberikan makan yang di bawa nya untuk di pindah kan ke dalam wadah yang lebih besar.
Aku menerima nya, " Ibu dari mana? ". Tanya ku pada nya sambil memindahkan makanan itu ke dalam wadah.
" Dari rumah nya Buk Nuri". Jelas ibu seraya duduk di kursi sambil meminum air putih.
"Owh jadi ini dari dia ya Buk? ". Tanya ku, sambil meletakkan itu di atas meja makan.
Ibu menganggukkan kepala nya, karna di sana mereka masak-masak yang banyak, karna tidak habis lagi ibu pun di tawari nya Buk Nuri untuk membawa makan itu.
Setelah ibu minum, ibu berdiri dan bejalan masuk ke dalam kamar nya.
Aku masih membereskan peralatan yang habis ku pakai memasak tadi, aku mencuci setelah itu meletakkan nya di tempat semula.
Selesai mencuci, dan makan pun sudah tertata rapi di atas meja makan dan tak lupa pula ku tutupi terlebih dulu.
Aku pun masuk ke dalam kamar ku untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian ku, saat aku sudah masuk ke kamar, aku duduk sejenak di tepi kasur merebah kan diri ku karna lelah.
istirahat sebentar.
Setelah puas istirahat, aku bangun dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi aku keluar dari berjalan ke arah lemari pakaian setelah selesai aku pun duduk di meja rias, memoles wajah ku dengan bedak tipis.
Ibu dan Daffa sedang berada di ruang tamu seperti biasa mereka menonton acara TV, sambil bercerita.
"Nek, tadi di sekolah teman ku yang bernama Fernando menangis". Kata Daffa memberitahu Ibu.
" memangnya kenapa di menangis? ". Tanya Ibu pada cucunya Daffa.
Daffa menjelaskan sebab Fernando menangis adalah keluarga nya, kata nya ibu dan ayah nya selalu bertengkar. Ia tak mengerti mengapa ibu dan ayah nya bertengkar.
Ibu pun tersenyum, memberikan pengertian kepada Daffa, jika orang dewasa sedang bertengkar jangan kita dengar kan, alangkah lebih baik nya anak kecil itu pergi saja bermain bersama teman nya.
Daffa yang belum paham dengan perkataan Ibu hanya menganggukkan kepala nya saja, ini lah yang kadang membuat Ibu khwatir dengan rumah tangga ku.
Ibu takut yang akan menjadi korban bukan hanya kedua orang tua, namun berdampak pada anak juga.
Ibu pun mengalihkan pembicaraan Daffa dengan kegiatan sekolah saja, Daffa mulai bercerita kegiatan sekolah dan tidak lagi mengingat permasalahan Fernando.
Aku mendekati ibu dan juga anak ku Daffa yang sedang asik mengobrol tentang masalah sekolah nya.
Aku mengajak Ibu dan Daffa untuk makan malam, selesai makan malam kami kembali duduk di ruang tamu.
Aku masuk lebih awal ke dalam kamar, dan tak lama Mas Raka pun pulang, saat ku lihat ia sudah masuk ke dalam kamar aku langsung menyambut nya dengan tersenyum manis, tak lupa mengambil tas kerja nya, dan memberikan handuk ke pada nya.
Setelah Mas Raka mengambil handuk dari tangan ku, ia pun berjalan masuk ke dalam kamar mandi membersihkan diri nya.
Ku siapkan pakai tidur nya, setelah ia mandi dan kini sudah keluar dari kamar mandi, aku bertanya apakah ia ingin makan malam atau tidak.
Mas Raka menganggukkan kepala nya, kami berdua pun ke luar menuju ke dapur, ku ambil kan piring lalu ku isi dengan nasi beserta lauk nya, setelah itu ku letakkan di depan nya.
Aku hanya duduk menemani nya makan, karna sebelum nya aku sudah makan bersama ibu dan Daffa tadi.
Selesai makan Mas Raka melangkah pergi masuk lagi ke dalam kamar, sebelum menyusul nya aku membersihkan piring kotor bekas Mas Raka makan, tak lupa pula aku memberikan meja makan.
Saat sudah rapi, dan sudah bersih aku pun melangkah kan kaki ku menyusul Mas Raka di kamar.
Terlihat Mas Raka sudah merebah kan diri nya di atas kasur, aku menutup pintu setelah itu berjalan naik ke tempat tidur, ikut merebahkan tubuh ku di samping Mas Raka.
Sebelum tidur aku dan Mas Raka masih mengobrol, entah itu masalah nya hari ini, masalah kerja nya, Mas Raka merespon setiap pertanyaan ku.
Aku mulai membuka lagi permasalahan nya dengan istri pertama nya Mas Raka, aku masih meminta nya untuk menceraikan istri pertamanya Widia, ku kira Mas Raka akan membentak ku seperti waktu itu, namun ternyata ia berbicara dengan lembut pada ku.
Jawaban Mas Raka masih sama seperti waktu itu, bahwa cerai itu bukan mudah dan butuh proses, aku mencoba memahami nya dan biar lah ku tarik ulur saja, aku akan terus mencoba berbicara masalah itu pada Mas Raka.
Karna malam sudah larut, aku dan Mas Raka pun tertidur, karna besok pagi harus kembali ke aktifitas seperti biasa nya.
Widia pov.
Malam yang sunyi lagi dan lagi Widia menangis sendu di dalam kamar nya, menghancurkan barang-barang nya, setiap hari setiap malam datang ia selalu saja berperang melawan fikiran dan hati nya yang sakit.
Mengikhlaskan semua nya bukan mudah, menerima takdir dan sabar juga tidak mudah bagi nya, ia hanya manusia biasa yang emosi nya masih sangat kuat.
"Akkkk! ". Teriak Widia lagi, dan lagi.
Menagis sesegukkan tak membuahkan hasil apa pun, ia bingung harus apa, harus berbuat apa.
Bercerita pada sahabat nya pun sudah ia lakukan, namun selalu saja ia tidak ingin menrima saran apa pun dari orang terdekat nya.
Seakan hati nya masih tertutup rapat, Widia masih mengharap kan Raka kembali pada nya, ia sangat berharap jika rumah tangga nya masih utuh seperti satu tahun waktu itu.
Memang ia akui jika diri nya dan Raka masih sering bertemu, Raka juga setip hari pulang menemui nya, hal itu lah yang membuat nya tidak bisa melupakan Raka atau pun mengikhlaskan nya.
Masih terduduk di lantai sambil menekuk kedua kaki nya, dan menangis dia atas nya dengan sunyi nya malam.
ayo widia cari kebahagiaan sendiri 😊
pengen raka kena karma aja deh 😅
tolong kasih jodoh lain buat widia thor 🙏🏻😘