NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6

Kevin selalu saja menguji kesabaranku. Aku sudah memperingatkan dia beberapa kali untuk tidak menancapkan gas dengan kecepatan yang tinggi. Dia memotong semua kendaraan yang ada di depan kami. Kendaraan yang berbeda jalur sempat meneriaki kami.

Aku tidak takut kalau Kevin membawa mobil dengan balap, aku sudah terbiasa dengan kekencangan ini. Dari aku kecil sampai sekarang, papa selalu balap-balap membawa mobil. Papa sangat pro dalam menghitung jarak dan kecepatan kendaraan, baik di jalur yang berbeda dan di jalur yang sama. Berbeda dengan Kevin, aku tidak tahu dia bisa menghitung jarak dan kecepatan ketika berkendara. Dia menyetir tidak sebagus papa.

Aku yang biasanya malas memakai sabuk pengaman, kini aku terpaksa memakainya. Bukan, bukan aku yang memasangkan sabuk pengamanku, tapi Kevin. Dia tadi bilang kepadaku bahwa kami harus memakai sabuk pengaman. Aku terpaksa mengiyakan, lalu dia membantuku memakai sabuk pengamanku.

Kevin terlihat senang dengan hal yang dilakukannya. Dia tidak menyadari bahwa temannya ini hampir mabuk. Setelah sampai di tempat tujuan, aku akan memberi dia hadiah.

Kevin memperlambat laju mobil. Dia melirik kearahku sambil menahan tawa. "Maaf, maaf, aku sudah lama tidak melakukan ini. Setiap hari penumpangku Mama, sama Mama tidak boleh balap-balap, nanti mobilku ditahan."

"Penumpang? Bukannya penumpang lebih mulia? Lihat aku, bisa tidur, main handphone, makan-makan, minum, dan lainnya. Sementara kamu? Hanya menyetir, kan? Kamu tidak boleh mengatakan Mama kamu sebagai penumpang Kevin. Ganti kata 'penumpang' menjadi 'antar-jemput'. Setiap hari aku mengantar-jemput Mama, kan lebih enak didengar. Kamu bisa terima, kan?"

"Aku selalu menerima perbaikan kamu kok Tar. Sejak awal kita kenal, aku yang kasar ini bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Aneh ya, kamu bisa buat aku berubah, padahal Mama sama Papa udah capek mendidik aku untuk menjadi anak yang lebih baik. Kata Mama, semenjak aku berteman dengan kamu, aku semakin baik. Papa juga berkata begitu. Makanya, sayang kalau kamu punya pacar."

Aku melihat raut wajah sedih Kevin. Aku tidak tahu dia sedih dari sisi mananya. Atau mungkin dia hanya terharu karena dia sudah berubah menjadi anak yang lebih baik. Sejak awal kenal dia memang nakal, dia suka membully teman-temannya, melawan guru, pr tidak pernah selesai, dan bahkan dia tidak pernah mendengarkan orangtuanya. Tapi, aku sangat senang, dia bisa berubah menjadi lebih baik, entah itu karena aku atau bukan.

Perkataan terakhir Kevin aku tidak terlalu mengerti. Memangnya kenapa kalau aku punya pacar? Lagipula dia tidak suka denganku. Walaupun aku nantinya punya pacar, aku tetap berteman dengan dia. Tidak mungkin aku melupakan teman terbaikku ini.

"Sampai, ayo turun."

Kevin memarkirkan mobilnya sesuai dengan arahan om parkir. Kini kami tiba di Pusat Perbelanjaan Anak Remaja. Bukan peralatan sekolah saja yang ada di sana, ada berbagai macam buku fiksi dan non-fiksi, snack, sepatu, hiasan rambut, pakaian, dan masih banyak lagi. Aku dan orang tuaku sering ke tempat ini untuk membeli peralatan sekolah, kata Mama di sini masih termasuk murah daripada di luar sana.

Kevin mengeluarkan handphone miliknya dari dalam kantong celananya. Kami berhenti sejenak di pintu masuk, aku menunggu Kevin mengotak-atik handphonenya. "Okay!" Dia berbicara sendiri, sudah maklum bagiku. Kevin mengangkat handphonenya sejajar dengan kepalanya. Kami mulai berjalan perlahan. Kevin berbicara sendiri, lalu dia mengarahkan handphonenya kepadaku. Oh, ternyata dia sedang membuat video. Aku tersenyum ke kamera, "halo teman-teman, hari ini aku dan Kevin akan menghabiskan uang di tempat ini!" Kevin mengarahkan kamera kembali padanya, "yap, betul sekali, Tasya akan menemaniku berbelanja dan dia yang akan membawa barang-barangku."

Kami tertawa sambil melihat kamera. Setiap kami berpergian Kevin selalu membuat vlog. Sampai di rumah, dia akan mengedit video itu, lalu mengirimnya kepadaku. Aku pernah mengepost vlog kami sekali, teman-temanku yang melihat langsung bertanya, 'kalian pacaran?' aku malas dengan pertanyaan tidak masuk akal itu, makanya aku tidak pernah lagi mengepost tentang kami dua. Kevin juga tidak keberatan, dia menyimpan kenangan kami untuk dirinya sendiri. Dia tidak terlalu suka menunjukkan kegiatannya kepada orang lain. Kemarin dia juga pernah mengatakan kepada ku, 'sayang kalau dipost, nanti kamu yang jadi pusat perhatian.'

Tempat tujuan pertama kami berada pada pakaian. Aku dan Kevin mengelilingi lantai bagian "khusus pakaian". Kami mencari jaket yang sudah kami rencanakan dari lama. Waktu itu kami berjanji akan membeli jaket couple-an.

"Tar, suka yang itu, tidak?" Kevin menunjuk jaket parka warna abu-abu yang digantung di depan kami.

"Ambilkan dong." Kevin mengambil jaket yang dipilihnya. Dia memberikan jaket itu kepadaku sambil mengejek aku karena aku pendek. Aku memperhatikan jaket parka itu, bisa dikatakan aku menyukainya. "Boleh, kita ambil yang ini. Ukuran kecil ada, kan? Untukku."

Dengan cepat Kevin mengambil lagi jaket parka yang ada di depan kami. Dia mengetes jaket itu kepadaku, cocok. Kami mengambil kedua jaket ini.

Kami mengelilingi jaket yang digantungi itu untuk kedua kalinya. Tidak mungkin kami hanya membeli 1 jaket untuk 1 orang, itu sangat tidak cukup.

Suara tawa mengalihkan pandanganku dari jaket trucker yang aku pegang. Aku mencari asal suara tawa itu. Aku melirik ke setiap sudut ruangan. Suara itu tidak jauh dari kami. "Ada yang menjanggal?" Kevin memastikan aku baik-baik saja.

"Ya, itu-" ucapku terputus. Aku belum selesai menjawab pertanyaan Kevin. Orang yang aku kenal, bahkan aku kagumi, berada di tempat yang sama dengan kami. Aku sempat tersenyum dan bahagia bisa ketemu dengan dia pada saat ini. Aku memberikan jaket trucker yang kupegang kepada Kevin. Aku hendak berlari mendekati dia, tapi langkahku terhenti. Bang Ray, orang yang aku kagumi ternyata mempunyai pacar. Aku tadi tidak melihat ceweknya, mungkin karena ditutupi pakaian lain. Aku menyimpulkan kalau bang Ray punya pacar karena dia memegang tangan cewek itu. Bukan itu saja, dia juga membawa belanjaan mereka. Tidak mungkin itu adiknya, dia anak terakhir, dia tidak punya adik.

Gelap, penglihatanku terhalang benda yang menutupi mataku. "Jangan dilihat, anak-anak tidak cocok melihat hal itu." Telapak tangan Kevin menutup kedua mataku. Dia tahu aku sedang memperhatikan Bang Ray, mungkin dia tidak mau membuatku sedih atau kecewa, sehingga dia melakukan hal tersebut.

Ketika mereka sudah pergi agak jauh, Kevin melepaskan tangannya dari mataku. Aku menghadap ke arah dia. Aku mendapat elusan lembut di kepalaku. "Anak kecil ini tidak akan menangis, kan?"

"Ih, kamu apaan, sih? Aku tidak cengeng lho!"

Kevin mencubit pipiku sambil tertawa. "Tadi kamu pegang jaket trucker, aku pikir kamu suka yang itu, jadi aku tadi cari punyaku. Kita beli, ya?"

"Tentu! Kamu paling tahu seleraku Kev."

Entahlah, di dekat Kevin rasanya sangat nyaman. Aku sangat terbuka kepadanya. Semua hal yang ingin aku sampaikan, aku bisa bercerita kepada dia. Sikap asliku yang mudah marah, bisa aku tunjukkan di depannya. Bahkan dia sudah terbiasa jika aku bersikap aneh di depannya.

Tidak terbayangkan kalau nantinya Kevin mempunyai pacar. Dia pasti tidak membutuhkan aku lagi. Dia akan menghabiskan waktunya untuk ceweknya. Mereka akan berbelanja bersama, nonton bioskop bersama, pergi jalan-jalan bersama, dan aku akan dibuang. Sikap Kevin yang memperlakukan aku dengan baik pasti akan berubah. Dia akan menjaga jarak denganku. Aku tahu cewek. Cewek akan melarang cowoknya dekat dengan cewek lain. Sungguh tidak terbayangkan. Saat-saat itu pasti akan datang cepat atau lambat.

"Tar, jaket chore suka?"

"Boleh lah, ini jaket yang terakhir."

Kevin terlihat senang aku menyetujui jaket terakhir itu. Dia dengan bersemangat mencari ukuran jaket yang pas untukku. Dia sangat lucu, dengan tingkahnya yang seperti itu bisa membuat hatiku lebih tenang.

Mungkin kami tidak mengenal rasa lelah. Kami sudah mengelilingi Pusat Perbelanjaan itu beberapa kali, barang-barang yang kami bawa jumlahnya juga tidak sedikit. Kuakui kami sangat boros, bahkan ada benda yang tidak terlalu penting kami beli.

Di sebelah kananku, ada toko yang menjual figure anime. Aku sangat suka anime, terlebih lagi aku sangat menyukai The Misfit of Demon King Academy. Tokoh cowoknya tampan-tampan semua, terlebih Anos, dia membuatku jatuh cinta kepadanya. Aku mengajak Kevin ke toko figure anime itu, di sana ada figure Misha Necron. Aku juga suka dengan karakter yang satu ini. Aku sudah mencari figure Anos, tapi tidak ada.

"Kenapa Tar?" Kevin menyadari bahwa aku mendadak lemas.

"Figure Anos tidak ada, kita pulang aja yuk," ucapku lemas.

"Kamu tidak suka yang lain?"

"Suka, tapi aku maunya punya Anos."

"Anos Voldigoad, kan?"

Aku membalas dengan anggukan. Mood ku sudah berubah, aku sedih karena tidak menemukan husbu kesayanganku.

"Sudahlah, ayo pulang." Kevin merangkulku agar aku mau berjalan. Saat ini sifat Kevin seperti pria dewasa, like a man, not a boy. Sebenarnya Kevin berani menyentuhku, pengecualian hanya untuk di sekolah. Dia tidak mau kami menjadi perusak nama baik sekolah, makanya setiap di sekolah dia selalu menjaga sikapnya. Di luar sekolah tidak ada yang mempedulikan, kalau pun bertemu dengan guru, itu sudah menjadi hal biasa, asalkan keluar tidak memakai seragam sekolah (maksudnya ketika ingin jalan-jalan dengan teman atau pacaran, sebaiknya mengganti seragam dulu).

1
Zetti Afiatnun
👍👍👍👍👍
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!