NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan Memang Begitu

"Hann! Jangan mengelak dari ibu," seruan ibu terus terdengar dari luar kamar mandi. Aku memilih untuk tidak peduli, biar saja ibu ngomel-ngomel di luar, lagian apa yang aku lakukan sudah benar.

"Bu, suara Ibu nggak kedengaran ke sini!" seruku dari dalam.

Aku kembali diam dan mulai mengguyur tubuhku dengan air, rasanya begitu segar.

Suara ibu juga sudah tidak terdengar lagi, mungkin ibu sudah pergi. Maafkan Hanna, bu. Aku tahu ibu tidak suka melihat anak-anaknya bertengkar, namun aku juga manusia biasa. Ada masanya kesabaranku berubah jadi amarah, sabar itu memang tidak ada batasnya selama kita ikhlas, tapi kalau terus diginiin, aku mana ikhlas.

Aku tidak pernah bisa melupakan kelakuan kak Riri yang dulu. Mungkin aku bisa memaafkan, tapi tidak dengan melupakan. Dulu, saat ibunya kak Riri masih ada, dia bahkan pernah meminta diceraikan sama abang aku.

Ibu kak Riri juga pernah menyuruh bang Arman untuk menceraikan kak Riri.

Kejadian tiga tahun yang lalu masih membekas di ingatan aku, malam itu...

"Kalau kamu memang lebih memilih keluarga kamu, sebaiknya ceraikan anak saya!" tegas ibunya kak Riri. Aku melihat bang Arman terduduk lemas di depan pintu, dia diam tanpa kata. Semuanya berawal dari hal kecil, bahkan bisa menjadi masalah besar hanya karena kita berhadapan dengan orang arogan dan egois seperti mereka.

Kak Yuni cuma menyuruh bang Arman untuk membawa ibu berobat ke rumah sakit, karena waktu itu ibu sedang sakit, tapi istrinya bang Arman malah marah dan tidak setuju.

"Yun, kamu bisa bawa ibu kamu sendiri kan ke rumah sakit. Dia itu suami aku, kenapa apa-apa harus suami aku, bang Arman sudah punya istri! Dulu waktu bang Arman masih kerja di kota, kamu bisa ngerawat ibu kamu sendiri, tapi kenapa sekarang jadi manja seperti itu?" kak Riri malah marah-marah.

Surganya anak laki-laki tetap berada di bawah telapak kaki ibunya, meski si anak sudah punya istri, berbeda dengan anak perempuan. Kak Riri tahu hal itu, tapi kenapa dia tidak mengizinkan bang Arman berbakti kepada ibu, di saat ibu masih hidup? Ini sebabnya aku tidak pernah menyukai kak Riri, tapi apa yang dia lakukan waktu itu semua sudah kita maafkan, meski untuk melupakan masih sulit.

Sepanjang malam mereka hanya berdebat perihal merawat ibu, dan ujung-ujungnya bang Arman kembali ke rumah, dia tidur di rumah ibu sampai dua hari. Istrinya benar-benar egois, kejadian itu saat mereka masih baru dua bulan menikah, aku masih belum bisa melupakan hal tersebut sampai sekarang.

Setelah ibunya kak Riri meninggal dan Aya hadir ke dunia, hubungan bang Arman dan kak Riri tambah baik, dan aku juga mulai bisa menerima keberadaannya. Ya, meskipun kadang-kadang masih suka kesal dengan kelakuan kak Riri. Namun, kejadian kemarin membuat aku membenci kak Riri lagi, arghh!!! Aku sangat ingin menampar wajahnya itu berkali-kali.

"Han! Hanna, kok mandinya lama banget sih?" tanya ibu, aku baru sadar kalau ternyata aku sudah hampir setengah jam dalam kamar mandi. Ya ampun, gara-gara mikirin masa lalu tentang kak Riri, aku jadi keasikan tanpa ingat waktu.

Buru-buru aku selesaikan ritual mandi ini, sampai-sampai aku tidak sempat menyikat gigi lagi, ah... Bodo amat, sikat giginya bisa nanti di kamar mandi yang ada di dalam kamar aku sendiri.

Lekas ku buka pintunya dan ternyata... Sumpah deh, hari ini aku bener-bener dibuat pusing sepertinya.

"Han, ngapain kamu berantem sama kak Riri di tokonya Vika?" tanya bang Arman.

"Nanti aja ya aku jawabnya," ucapku sambil berlarian pergi naik ke lantai dua.

Beruntungnya bang Arman tidak mencegah aku untuk pergi, males banget aku kalau harus meladeni sikap konyolnya itu.

Setengah jam aku habiskan waktu untuk sekedar memilih baju santai yang akan aku pakai di rumah, akhirnya pilihan terakhir tertuju pada baju berwarna pink dengan motif bunga tulip.

Setelah semuanya selesai, aku kembali naik ke atas tempat tidurku dan melanjutkan menulis catatanku, tentang aktivitas yang aku lakukan sehari-hari, dan tentunya tidak luput juga tentang mereka yang ada di sekelilingku. Tentang mereka yang sudah memberi cahaya, dan juga mereka yang mematikan cahaya itu di hidupku.

Tidak ada satu pun di antara mereka yang tidak tertulis dalam catatanku, Catatan Hanna.

"Andi, kamu sudah pulang, Nak?"

"Iya, Bu."

"Kok kamu sendiri? Istri kamu si Mei ke mana?"

"Dia masih betah di rumah ibunya, Bu."

Percakapan antara ibu dan bang Andi terdengar sampai ke dalam kamarku.

Sekarang aku jadi ngerasa aneh, kok yang ada hanya suara ibu sama bang Andi, terus bang Arman ke mana? Enggak mungkin dong dia langsung pulang tanpa memarahi sikap aku yang sudah mempermalukan istrinya dua hari yang lalu.

 -----

"Loh, Hanna? Buru-buru banget, mau ke mana?" tanya bang Andi begitu aku turun ke bawah.

"Ini bang, aku heran deh. Tadi bang Arman di sini loh, sekarang dia di mana? Sudah pulang ya?"

Aku bertanya sama bang Andi, dan ibu pun menjawabnya. "Belum, Hann. Abang kamu lagi makan tuh, di dapur!"

Mendengar jawaban ibu, lantas membuat aku tersenyum sinis. "Heh, enggak salah lagi. Pasti istrinya enggak masak di rumah," ucapku kesal.

"Hus, enggak boleh gitu. Nanti kalau abang kamu dengar gimana?"

"Biar! Biarin aja dia dengar. Bu, Hanna juga udah capek tiap hari kek gini, kapan sih mereka bisa mandiri?"

"Han, jaga sedikit omongan kamu!" ucap bang Andi tegas.

"Cih, mereka berdua sebenarnya sama. Sama-sama tidak bisa jadi suami yang tegas terhadap istri-istrinya," aku membatin.

Lekas ku langkahkan kaki ini menuju dapur untuk menemui bang Arman.

Baru aja mau ke dapur, bang Arman sudah duluan keluar. Alhasil kami pun bicara secara langsung di depan ibu dan bang Andi.

"Mau ke mana lagi kamu, Hann? Jangan pergi ke mana-mana! Abang mau bicara sama kamu!"

"Ngomong aja! Enggak usah lama-lama!"

"Ada urusan apa kamu sama kak Riri? Kamu sengaja kan maluin dia di depan umum seperti itu?" tukas bang Arman.

Gimana sih pikiran abang aku yang satu ini? Apa yang sudah aku sama kak Yuni lakukan, itu semua udah benar, enggak ada yang salah. Terus, kenapa bang Arman masih ngebelain istrinya seperti ini.

"Gini ya, Bang. Siapa yang enggak akan marah ngelihat kakak iparnya jalan sama mantan pacarnya? Nah, sebagai suami seharusnya Abang bisa bersikap tegas dong sama istri Abang sendiri. Masa bang Arman ngizinin gitu aja kak Riri jalan sama bang Zidan."

"Hann, kamu enggak usah ngebesarin masalah ya, mereka itu cuma temenan! Kalau kemarin kamu tidak datang dan membuat keributan di sana, enggak bakal ada tuh warga yang tahu, dan enggak akan ada juga orang yang berani mencibir istri abang!" sentak bang Arman.

Aku masih berusaha untuk tetap tenang, meskipun sebenarnya kesabaranku sudah berada di tahap akhir.

"Man, maaf sebelumnya. Bukan aku mau ikut campur urusan keluarga kamu, apa yang adik kita bilang ini, ada benarnya juga. Enggak seharusnya kamu sebagai suami ngizinin istri kamu sendiri jalan sama lelaki lain, apalagi sebelumnya Riri dan Zidan pernah punya hubungan spesial, apa kata orang nantinya," ucap bang Andi membela aku.

"Bang, asal Abang tahu! Para warga enggak akan ada yang berani ngomong buruk tentang istri aku kalau kemarin si Hanna enggak bikin keributan di tokonya Vika," ucap bang Arman penuh emosi.

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!