NovelToon NovelToon
Strongest Regression In Apocalypse

Strongest Regression In Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / zombie / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Hari Kiamat / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kings Path

Pada tahun 2067, terjadi sebuah bencana virus misterius yang dapat menjadikan suatu makhluk yang terinfeksi menjadi mayat hidup yang tak memiliki pikiran.

Bumi tak lagi menjadi tempat aman dan damai, melebihi perang dunia yang hanya terjadi di beberapa negara saja. Wabah ini menjadikan seluruh dunia menjadi neraka hidup yang tak layak huni.

Ini adalah cerita perjalanan Arthur Pendragon, yang mendapat kesempatan hidup kembali untuk ke dua kalinya setelah gagal dengan menyedihkan di kehidupan pertamanya, lengkap dengan pengetahuannya di masa depan.


Genre : Apocalypse, Mutant, Evolusi, Super Power, Fantasy, Action, Monster, Regression, Over Power.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kings Path, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Kenyataan Pahit

Setelah mengalahkan zombie rusa, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke kota, meskipun kedua lengan Evan terluka karena di tabrak oleh zombie rusa dengan kecepatan tinggi hingga berwarna ungu. Untungnya tak sampai patah, dan masih bisa melanjutkan perjalanan.

Terus menerus berjalan melewati pohon-pohon besar, mereka pun menemukan satu persatu bangunan di pinggir jalan seperti pom bensin, menandakan kalau mereka sudah sampai di pinggiran kota.

Perlahan, mereka mulai menemukan banyak mobil rusak berserakan di jalan, namun suasana di sana terasa sangat sepi. Seperti kota yang sudah tertinggal.

"Sial, kenapa mobil-mobil itu bisa rusak hingga seperti ini?" Ucap Evan melihat body mobil seperti habis banteng sebesar bus mini.

Bahkan ada mobil yang gepeng seperti di lindas sesuatu yang g cukup besar. Membuat Evan menjadi semakin tak tenang.

"Hei Arthur, kau tak khawatir dengan orang tuamu? Sedari kemarin aku terus kepikiran tentang nasib mereka."

Tiba-tiba Evan berbicara seperti itu membuat Arthur tertegun sejenak.

"Aku yatim piatu, apa kau lupa? Atau orang tua yang kau maksud itu orang-orang di panti asuhan?"

"Ah, maaf aku lupa ..."

"Hahh, tak ada waktu untuk memikirkan orang lain, pikirkan saja hidupmu terlebih dahulu, terus bertambah lah kuat, agar saat kau memiliki kesempatan untuk bertemu, kau bisa melindungi mereka dari banyak ancaman.

Tak mudah untuk melindungi seseorang saat keadaan dunia kacau seperti ini. Lebih baik kehilangan mereka saat kau tak ada dibanding kehilangan saat mereka saat berada di sampingmu," ucap Arthur yang hanya mengungkapkan apa yang dia pikirkan.

Namun ekspresi Evan menjadi muram, mendengar perkataan Arthur.

"Hei, apa kau menyuruhku untuk mengabaikan orang tuaku dan membiarkan mereka mati sia-sia? Tak ada hal yang baik dari kehilangan orang tua Arthur!"

"Aku tak bilang begitu, aku hanya ingin bilang bahwa kau saat ini lemah dan tak cukup kuat untuk melindungi orang lain. Pikirkan dirimu terlebih dahulu."

"Kau tak memiliki orang tua jadi apa yang kau tahu!? Tak mungkin seorang anak mengabaikan orang tuanya hanya karena dirinya lemah!" Teriak Evan tiba-tiba marah sambil mencekik kerah Arthur.

Melihat Evan mencengkram kerah bajunya, Arthur pun berkata dengan dingin, menampakkan sifat aslinya.

"Lalu apa maumu? Pergi ke rumah yang ada di tengah kota dengan gegabah dan mati di serbu ribuan zombie? Jika kau berniat mati maka matilah, aku tak pernah memintamu untuk mengikuti ku terus-menerus."

"Apapun alasannya, kesempatan untuk hidup di tengah kota, jauh lebih rendah melebihi apa yang kau kira. Dengan kekuatanmu saat ini dan persiapan yang ala kadarnya, hal itu tak lebih dari sekedar bunuh diri."

"Jujur saja, kau bisa hidup hingga sekarang karena terus bersamaku, jika aku meninggalkanmu di lantai satu villa malam itu, apa kau percaya diri bisa selamat? Dan itu hanya di sebuah villa dengan puluhan orang, bukan di sebuah kota dengan puluhan ribu nyawa."

"Jika kau menurut dan ikut denganku, saat kita sudah memiliki kekuatan yang cukup, baru kita akan mencari mereka."

Mendengar hal yang dikatakan Arthur membuat Evan kesal hingga menggerakkan giginya, namun ia tak bisa menjawab sama sekali karena apa yang dikatakan Arthur benar. Ia pun melepas cengkeramannya dan meminta maaf.

Setelah itu, Arthur pun melanjutkan perjalannya menuju ke suatu tempat, diikuti oleh Evan yang hanya diam setelah pembicaraan tadi. Hingga akhirnya mereka mulai masuk ke sebuah desa, yang tentunya tak baik-baik saja. Darah dimana-mana namun anehnya tak ada mayat sama sekali disana.

Tiba-tiba, muncul beberapa orang bersenjata tajam dari pinggiran rumah, mengepung mereka berdua.

"Cepat serahkan makanan dan minuman kalian. Jika tak ingin mati," Ucap salah seorang pria.

"Lihat, lawan kita bukan hanya para zombie, tapi juga banyak manusia-manusia sampah seperti mereka," ucap Arthur pada Evan.

"Hei, apa kau sudah bosan hidup mengabai-"

"Justru kalianlah yang sudah bosan hidup," potong Arthur.

"Apa! Jangan salahkan aku jika kau kehilangan nyawamu."

Mereka perlahan maju mendekati Arthur dan Evan. Arthur pun bersiap dengan pisaunya.

"Arthur, kau benar-benar akan melawan mereka?"

"Tentu."

"Tapi mereka manusia."

"Apa kau bodoh, mereka berniat membunuh kita, tak ada salahnya kita membunuh untuk mempertahankan diri bukan. Oh, iya, karena jumlah mereka cukup banyak, jadi lindungi dirimu sendiri. Kau punya senjata bukan? Jangan ragu-ragu, kau jauh lebih kuat dari mereka."

Swoshh!

Meninggalkan Evan, Arthur melesat seorang diri ke kerumunan para penjarah tersebut, dan menendang salah satu orang.

Buak!

Setelah salah seorang terjatuh, Arthur langsung menusukkan pisaunya ke salah seorang lagi.

Jlebb!

Darah merah terciprat bersamaan dengan tercabutnya pisau Arthur dari tubuhnya. Tak berhenti sampai di situ, setelah mencabut pisau miliknya, Arthur berbalik dan menebas tubuh salah satu orang lainnya yang membawa sebuah golok.

Crashh!

Saat orang tersebut jatuh, Arthur melempar pisaunya ke orang yang tadi ia tendang pertama tepat di lehernya. Dan mengambil parang didepannya.

'akhirnya dapat senjata yang pantas,' batin Arthur sambil melihat 5 orang yang berlari ke arahnya.

...

Beberapa menit kemudian. Arthur berdiri di sekitar banyak mayat yang sudah tak utuh dengan tubuh terbelah menjadi beberapa bagian dengan sebuah parang di kedua tangannya.

Darah bajunya yang awalnya abu-abu karena darah zombie yang telah kering berubah menjadi hitam dengan sedikit tambahan warna merah di beberapa bagian.

Sedangkan Evan kembali muntah setelah membunuh beberapa orang dengan tangannya sendiri. Memang membunuh manusia dan zombie rasanya jauh berbeda, karena ada penyesalan yang besar setelah membunuh manusia untuk pertama kalinya.

Saat ini, di depan Arthur ada seorang lagi dari kelompok tersebut yang ia biarkan hidup.

"T-tolong jangan bunuh aku. Akan kuberi apapun yang kau mau."

"Memangnya apa yang bisa kau beri hingga bisa setimpal dengan nyawamu?"

"..."

Pria tersebut hanya diam tak bisa menjawab, mungkin dia sendiri juga tak tahu.

Melihat hal tersebut, Arthur pun mengangkat parangnya, bersiap menebas.

"I-informasi, aku punya informasi."

"Katakan ..."

"Kalian pasti orang yang baru datang kemari bukan? Sebaiknya kalian lari sejauh mungkin dari sini, di sini ada monster yang hanya muncul saat malam hari. Dia selalu meneror kami di malam hari,"

'monster yang hanya muncul di malam hari? Apa itu ...'

"Apa bentuk monster itu menyerupai macan hitam dengan corak merah di dahi hingga dada dan memiliki tinggi 2 meter?"

"Ya! Kau benar, dia sangat besar kami bahkan tak bisa melakukan apapun padanya."

Mendengar ucapan pria itu, Arthur mengerutkan keningnya.

"Kalau begitu kenapa kau masih hidup?"

"I-itu ..."

"Katakan." Ancam Arthur dengan menodongkan goloknya.

"Kami menumbalkan orang-orang desa."

"..."

"Matilah ..."

Slashh!

'sudah kuduga. Monster yang akan pergi setelah perut mereka kenyang, dan akan kembali lagi saat perutnya lapar. Mimpi paling buruk bagi manusia di awal-awal apocalypse ini. Untung saja dia hanya muncul di malam hari.'

"Arthur, bukankah lebih baik kita pergi dari sini, macan setinggi 2 meter? Tinggi badan ku bahkan tak sampai 180cm."

Melirik ke arah langit, Arthur berkata dengan tenang,

"Tidak, kita akan tetap di sini. Aku akan melawan mahkluk itu."

"A-apa? Tadi kita sudah bertemu dengan rusa yang sangat kuat, dia bahkan hanya hewan herbivora, dan yang sedang kita bicarakan saat ini adalah macam setinggi 2 meter. Apa kau gila?"

"Dia bukan macan, itu adalah mutasi spesial yang jarang terjadi, jatidiri yang sebenarnya dari monster itu adalah seekor kucing liar."

Bersambung>>

1
• R a s y a
nguerii cik💀
andang permadi
Luar biasa
Penjaga Gerbang
bagus sekalii
Kings Path
Author mau minta pendapat kalian yang udah baca sampai sini, menurut kalian alur ceritanya terlalu cepat apa gimana nih?

Juga kalau ada kritik atau saran bisa langsung komen aja, Author bakal improve sebisa mungkin, terimakasih 😊
Penjaga Gerbang: untuk kedepannya dengan peristiwa yang tidak bisa tertebak
Penjaga Gerbang: untuk alurnya kalo menurutku udah bagus,paling tinggal dilanjutkan aja/Grin/
total 2 replies
adie_izzati
done voteny thor...💪💪
Nazak
semangat thor
Kings Path
Bantu Like, Vote nya Guys, biar Author makin semangat nulisnya /Smile//Smile/
adie_izzati
Di tunggu kelanjutanny thor
AIDRIEEL
/Casual//Casual//Casual/
kecut
/Skull//Skull//Skull/
Juan
sip
Juan
dayyum
Maulana Fatahilla
,🔥🔥
Danz sbg
Luar biasa
Nazak
mantap
Kings Path
Jangan Lupa rate 🌟 5 jika suka, jika ada kekurangan bisa langsung komen di bab terkait.
kecut
😊
kecut
lanjutt
Nazak
👍🏼👍🏼
Nazak
🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!