"Gue menang taruhan! Gue berhasil dapatkan Wulan!"
Wulan tak mengira dia hanyalah korban taruhan cinta dari Alvero.
Hidupnya yang serba kekurangan, membuat dia bertekad menjadi atletik renang. Tapi semua tak semudah itu saat dia tidak terpilih menjadi kandidat di sebuah event besar Internasional.
Hingga akhirnya seluruh hidupnya terbalik saat sebuah kenyataan besar terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
"Itu Wulan!" Sky menunjuk Wulan yang baru saja meletakkan tasnya.
Shena tersenyum dan menghampirinya. Hasil tes DNA dari Wulan dan ibunya juga sudah keluar dan tidak ada kecocokan DNA di antara mereka berdua. Itu berarti, mereka benar-benar tertukar di rumah sakit.
"Kak Sky, ternyata dia mirip sama aku," bisik Shena. Dia kini berdiri di depan Wulan dan memeluknya.
Hal itu membuat Wulan sangat terkejut. "Maaf, Tante. Ada apa?"
Tersadar, Shena melepaskan pelukannya karena dia tidak ingin Adara juga melihatnya. Dia melihat sekitar untuk memastikan jika Adara tidak ada di tempat itu karena dia ingin berbicara baik-baik pada Wulan dan Adara nanti.
"Semangat ya, Wulan," kata Shena.
Wulan terdiam melihat senyum tulus yang merekah di bibir Shena. Ada apa sebenarnya? Mengapa kedua orang tua Adara sangat perhatian dengannya?
"Iya, Tante. Terima kasih," kata Wulan. Dia melepas jaketnya dan bersiap untuk melakukan pemanasan.
Shena masih saja tersenyum. Ternyata anak perempuannya sangat hebat. Meskipun wajahnya mirip dengannya tapi kehebatannya menurun dari Sky. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya dulu yang takut kedalaman air.
"Mama, kapan sampai?" tanya Adara.
Shena mengalihkan pandangannya dari Wulan. Dia kini menatap Adara yang sedang berdiri bersama Antares. "Baru saja. Mama cari kalian."
"Aku baru beli mie ayam di depan, Ma."
"Kamu makan sebelum bertanding?" tanya Sky pada Antares.
"Nggak, aku cuma nemenin Ara makan saja. Pulang dari rumah sakit makannya meningkat tuh biar makin gemuk." Antares mencubit pipi Adara lalu dia membuka jaketnya dan bersiap untuk melakukan pemanasan sebelum bertanding.
"Kita duduk di sana yuk!" ajak Shena pada Adara. Mereka bertiga duduk di kursi VIP dan bisa melihat dengan jelas pertandingan itu.
Kebetulan sekali pertandingan yang pertama adalah peserta putri. Shena dan Sky sangat antusias melihat pertandingan itu. Apalagi saat Wulan berhasil meraih juara pertama, mereka berdua semakin berteriak memberi semangat.
Adara terus menatap kedua orang tuanya. Dia tak mengerti apa yang telah terjadi sebenarnya. Apa Mama dan Papa sekarang sayang sama Wulan karena aku tidak bisa berenang dengan baik? Aku memang tidak bisa apa-apa.
"Pa, Wulan menang. Dia memang hebat," kata Shena. Dia setengah memeluk pinggang Sky sambil tertawa melihat kemenangan Wulan.
Selama ini Mama tidak pernah melihat aku berenang. Iya, aku memang tidak sehebat Wulan. Tapi, apa Mama dan Papa harus sebahagia itu melihat Wulan menang?
"Sebentar lagi giliran Ares," kata Shena. Dia kembali duduk di dekat Adara.
"Iya, Ares pasti menang karena kali ini Vero tidak ikut bertanding."
Adara hanya terdiam. Baru kali ini dia merasa asing saat bersama kedua orang tuanya. Dia merasa diacuhkan keberadaannya. Dia hanya terdiam melihat Antares yang sedang bertanding. Baru saat Antares menang Adara bertepuk tangan sambil bersorak. Dia melihat Antares yang melambaikan tangan ke arahnya.
"Ara, kamu tunggu Ares di sini ya, Mama sama Papa ada keperluan di kantor klub."
Adara menganggukkan kepalanya. Dia melihat kedua orang tuanya yang berjalan menjauh.
Mama dan Papa sebenarnya mau kemana?
Diam-diam Adara mengikuti langkah kedua orang tuanya. Dia kira, orang tuanya akan menemui Wulan tapi ternyata tidak. Kedua orang tuanya terus berjalan keluar area kolam.
Mama sama Papa ke rumah Wulan yang baru?
Adara terus mendekat lalu berdiri di dekat pintu rumah itu agar tidak terlihat oleh kedua orang tuanya.
Sky mengeluarkan hasil lab dan dia berikan pada Wati. "Hasil tes DNA sudah keluar. Silakan Bu Wati baca sendiri."
Wati membuka amplop coklat itu lalu membaca hasil tes DNA. "Tidak ada kecocokan. Itu berarti Wulan memang bukan anak kandung saya."
Adara menutup bibirnya mendengar pembicaraan itu. Dia semakin bertanya-tanya, apa maksud dari semua itu?
"Iya, putri kita tertukar di rumah sakit sewaktu masih bayi dan Adara memang putri kandung Ibu."
"Aku tertukar dengan Wulan di rumah sakit saat masih bayi?" Seketika Adara meneteskan air matanya. Dia berlari meninggalkan tempat itu.
"Ara!" Shena sempat melihat Adara yang berlari dengan cepat. "Pa, Ara mengikuti kita." Shena berdiri dan segera mengejar Adara begitu juga dengan Sky.
Tapi mereka berdua kehilangan jejak Adara karena Adara berlari sangat cepat. "Ara kemana? Apa mungkin ke tempat Ares?"
Sky kembali ke kolam renang dan menemui Antares yang baru saja menerima medali. "Ares, Ara tidak ke sini?"
"Aku tidak melihat Ara setelah selesai bertanding."
Sky membuang napas kasar. Sebenarnya dia sudah ingin membicarakan baik-baik dengan Adara, tapi ternyata Adara diam-diam mengikuti mereka.
"Kamu cari Ara. Dia kabur setelah mendengar pembicaraan Papa sama Bu Wati."
Antares mengepalkan tangannya. "Papa kenapa gak nunggu aku sampai selesai. Aku bisa jagain Ara. Kalau Ara tahu secara tiba-tiba seperti ini, dia pasti sedih."
"Sebenarnya Papa juga mau bicarakan masalah ini pada Ara dan juga Wulan nanti setelah Bu Wati tahu, tapi ternyata Ara diam-diam mengikuti kita."
Antares segera membawa tas dan juga jaketnya ke ruang ganti. Dia membasuh tubuhnya dengan cepat lalu memakai pakaiannya. Setelah menyisir rambutnya asal, Antares menghubungkan Adara tapi panggilannya tak juga diangkat Adara. Sampai beberapa kali panggilan pun tetap sama.
"Ada apa? Kelihatannya lo bingung banget?" tanya Alvero.
Antares kembali menyimpan ponselnya. "Tolong bantu cari Ara. Ada masalah yang buat dia kabur. Gue gak mau dia kenapa-napa."
"Iya, gue akan bantu cari."
"Kalau lo udah nemuin dia hubungi gue." Kemudian Antares berlari keluar dari ruang ganti dan mencari Adara di seluruh ruangan yang berada di klub renang itu tapi dia tidak menemukan Adara.
Langit semakin gelap dan hujan akan segera turun. Perasaan Antares semakin tidak tenang karena luka di kepala Adara juga masih belum sembuh total.
"Ara, kamu dimana?" Antares kembali menghubungi Adara tapi panggilannya tak juga diangkat Adara. Dia semakin khawatir saat hujan mulai turun dengan lebat.
Dia berjalan ke tempat parkir dan melihat kedua orang tuanya yang masih kebingungan mencari Adara.
"Ares, biasanya Ara kemana?" tanya Sky.
Antares hanya menggelengkan kepalanya pelan karena selama ini Adara jarang menghabiskan waktu diluar rumah.
"Kita cari di jalan saja. Ares kalau kamu menemukan Ara, hubungi kita."
Antares hanya menganggukkan kepalanya. Dia duduk di dekat tempat parkir sambil berpikir kemana kira-kira Adara pergi.
Dia meluruskan pandangannya dan melihat sebuah pohon besar yang ada di seberang jalan di dekat taman kecil itu. "Apa Adara di sana? Tapi tadi Papa sudah mencari ke sana. Aku coba cari lagi ke sana saja."
Antares berlari menerobos hujan yang sangat deras, lalu dia melihat di balik pohon yang besar itu. "Ara!"
Ares pasti bisa meraih hatinya Ara