Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Semua kebutuhan besok sudah selesai dibeli mereka. Nyonya Laurent mengajaknya singgah ke sebuah butik ternama di kota tersebut.
"Pak Dorman kita berhenti sebentar di butik langganan saya ya" ucap nyonya Laurent.
Tak berselang lama mereka sampai di tujuan. Nyonya Laurent mengajak Laura turun bersamanya.
"Ayo sayang, ikut mama!" ucap nyonya Laurent.
Laura hanya menurut saja. Ia bahkan tak tahu kemana ibu mertuanya akan membawanya.
"Selamat sore nyonya Laurent, apa kabar anda?" ucap Ryan pemilik butik itu.
Laura melihat pria itu sedikit terkejut. Tubuhnya yang kekar namun gaya nya gemulai dan wajahnya dihiasi make up tipis dan bibir merah yang melekat padanya.
"Kau memiliki koleksi terbaru kan?" ucap nyonya Laurent saat itu.
"Tentu saja nyonya. Untuk kau atau untuk gadis cantik yang ada di sampingmu?" sahut Ryan.
"Tentu saja untuk nya!" sahut nyonya Laurent sambil menepuk kedua pundak Laura.
"Cantik sekali dia nyonya. Siapa kah gadis ini nyonya?"
"Dia istri Damian dan sudah pasti menantuku" sahut nyonya Laurent bangga.
"Beruntung sekali Damian mendapatkan wanita cantik ini. Ayo sayang aku akan memberikanmu gaun terbaik ku!" ucap Ryan sambil berjalan masuk ke ruang ganti.
Laura hanya mengikuti pria gemulai itu.
"Sayang, kalau boleh tahu untuk acara apa gaun itu nanti?" tanya Ryan.
"Ulang tahun putriku" sahutnya.
"Kau sudah punya anak?" tanya Ryan kaget.
"Sudah! Namun bukan anak kandungku" sahut Laura.
"Oh aku pikir kau seorang janda!" ucapnya sedikit tertawa.
Mendengar celotehan Ryan, Laura menjadi tersenyum.
"Lalu anak siapa?" tanya Ryan.
"Anak Damian!" ucap nyonya Laurent seketika. Ia tiba-tiba masuk kerena ia bosan menunggu di sana.
"Kau banyak tanya! Ayo cepatlah cucuku sudah menunggu" tukasnya.
Ryan mengambil kaum berwarna krem berbahan sutra. "Sepertinya ini cocok!" ucap Ryan.
Laura segera memakainya. Benar apa yang di katakan Ryan gaun itu cocok di tubuh mungil Laura.
"Astaga! Cantik sekali?" ucap nyonya Laurent kagum sementara Ryan tersenyum puas.
"Ini terlalu bagus ma!" ucap Laura gugup.
Ryan menggeleng. "Tidak sayang, ini sangat cantik di tubuhmu.
Gaun tak berlengan itu dan bagian dada membentuk huruf v dan sedikit menampilkan belahan miliknya yang putih dan panjang gaun sedikit dibawah lutut di tambah permata di bagian dada membuat Laura menjadi anggun dan mempesona.
" Aku pastikan kau akan menjadi pusat perhatian"sahut Ryan sambil memperhatikannya.
"Kau benar! Laura kau sangat cantik!" timpal nyonya Laurent.
"Oh ya Ryan, kau harus datang malam nanti!" undang nyonya Laurent ketika hendak pamit.
"Baiklah nyonya!" sahut Ryan.
Nyonya Laurent turut memborong beberapa gaun untuk cucunya. Ia juga tak lupa membeli tuksedo berwarna senada untuk Damian.
***
"Mama kemana bik?" tanya gadis itu pada bik Rum.
"Mama ikut omah belanja!" sahutnya.
Abel menjadi sedih karena ia tidak di ajak oleh nenek dan ibunya. Tak berapa lama Damian datang mendekati mereka. Abel sedikit takut ia merapatkan duduknya disamping bik Rum.
"Abel, kau mau bermain dengan ku?" ucap Damian kala duduk di hadapannya.
Abel langsung menggeleng. Ia benar-benar takut dengan Damian.
"Kau takut?!" tanya Damian lagi. Sementara Abel masih memeluk erat lengan bik Rum.
Melihat hal itu timbul perasaan aneh di hati Damian. Dadanya sesak dan terasa nyeri. Nafasnya tercekat. Ia tak lagi bisa berucap.
"Nak Abel ayo pergilah bersama papa mu!" ucap bik Rum mencairkan suasana dengan membujuk gadis itu.
"Abel sama bibik saja!" sahut Abel.
Tak berselang lama Laura dan nyonya Laurent tiba di rumah itu. Melihat Abel duduk di sana Laura mendekat.
"Sayang kau sudah bangun?" tanyanya.
Mendengar suara ibu nya Abel langsung berlari mendekati sang ibu.
"Mama! " pekiknya.
Laura kaget tiba-tiba Abel melompat dari sofa dan langsung memeluk erat tubuhnya. Mendapati hal itu Laura sedikit cemas.
"Ada apa sayang?" tanya Laura.
"Kenapa mama meninggalkan Abel sendiri. Abel takut!" ucapnya terbata-bata dan kini Abel menangis.
Laura mengusap kedua mata putrinya yang sudah mengajak sungai.
"Kau menangis?Maafkan mama sayang. Tadi Abel tidurnya lelap sekali. Mama tidak tega membangunkan mu sayang" bujuk Laura.
Mendengar penjelasan itu Abel sedikit mengerti. Sementara nyonya Laurent menatap Damian intens. Ia melihat raut wajah sedih pada putranya itu.
"Bik, bawa ini ke kamar Abel dan Damian!" titah nyonya Laurent.
Sementara Laura dan Abel ikut naik ke atas bersama bik Rum.
"Kau kenapa, Dam?" tanya nyonya Laurent sambil mendudukkan bokongnya di sofa.
Damian menghela nafasnya. Ia tersadar apa yang dilakukan kepada putrinya sungguh sangat menyedihkan.
"Maafkan Dami ma! Selama ini aku salah! Aku membuat kesalahan besar. Dan sekarang aku menerima akibatnya" sesal nya.
"Apa yang kau bicarakan?"
"Abel! Abel sangat membenciku. Ia bahkan takut padaku!"
Nyonya Laurent menarik nafasnya pelan. Ia menatap putranya itu iba.
"Kau hanya perlu bersabar. Kau tahu Dam, putrimu hanya memiliki Laura. Itu sebabnya mama menikahkan mu dengannya" .
Damian pun menjadi mengerti maksud dan tujuan dari mamanya. Ia akan merubah segala sikapnya pada mereka berdua.
"Kau harus berubah Dam!"
Damian kembali menatap ibunya. Ia bahkan berjanji pada dirinya akan berubah seutuhnya menjadi suami yang baik dan ayah untuk putrinya yang selama ini di abaikan.
Begitu jg sbalik'y