NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Untuk Gendis

Cinta Terakhir Untuk Gendis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Angst
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: 9irlpower

Sekuel ketiga, dari kisah cinta Gendis yang tragis, dan menyedihkan.

Setelah serentetan kejadian yang menimpa Gendis. Gendis pun sudah berusaha lagi untuk bangkit, dengan bantuan para power rangersnya dan teman-temannya yang lain.

Kali ini, Gendis dipertemukan dengan seorang wanita baik yang mau memberikan cintanya ke Gendis. Wanita itu berniat menjodohkan Gendis dengan putra bungsungnya.

Siapakah dia? yang akan menjadi tambatan hati Gendis. Dan apakah kali ini Gendis bisa mengakhiri serentetan kisah tragisnya? dan berakhir dengan dia—, yang nggak pernah Gendis sangka-sangka, akan ada di dalam kisah percintaannya yang terakhir.

Dan semua kisah pun akan terkuak di seri terakhirnya Gendis, dengan kemunculan orang-orang lama yang pernah ada di kesehariannya Gendis.

Yuk ... kembali ramaikan kisahnya Gendis.

Yang kepo sama kisah sebelumnya, baca dulu yuk [Cinta Pertama Gendis] dan [Mencob Jatuh Cinta Lagi] Karya 9irlpower.

Selamat Membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 9irlpower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 3 [Perhatian, Romantis, Tapi Juga Cemburuan]

"Gendis gimana bisa pingsan De? lo kalau kasih informasi tuh, jangan setengah-setengah. Mana tadi nggak bisa ditelfon lagi!"

Baru dateng, Widi udah nyerocos aja dan nggak kasih Ade kesempatan untuk ngomong. Saking paniknya dikabarin kondisi Gendis lewat sms, dan Ade hanya menyampaikan, kalau Gendis pingsan lalu dibawa ke D'Hospital.

"Gendis di mana?" tanya Bejo menimpali.

Ade cuma mengarahkan jarinya, ke arah kamar rawatnya Gendis. Dan keduanya pun langsung masuk, padahal Ade belum jelasin kalau di dalam ada Daniel.

Ade dan Simon pun menyusul masuk, dan melihat Bejo dan juga Widi yang mematung. Karena melihat perlakuan Daniel yang manis banget, lagi memandangi wajahnya Gendis dengan penuh cinta dan perhatian, sambil merapikan poni Gendis yang menghalangi pandangan Daniel.

Pemandangan itu membuat ketiga sahabat Gendis terenyuh, karena ketiganya melihat perhatian Daniel yang bisa dibilang mirip dengan pembawaan Rezy.

Dari tatapan mata Daniel, yang menatap Gendis penuh cinta, hingga perhatian Daniel dan kekhawatiran calon tunangannya Gendis itu, yang menurut mereka udah cocok banget buat menggantikan sosok Rezy.

Bejo udah mau narik Widi buat pergi, karena momennya nggak tepat. Dan Bejo juga paham, gimana perasaannya Daniel yang panik ngeliat Gendis pingsan.

Cuman, baru aja Bejo mau narik Widi untuk ke luar. Widi udah duluan mendeham, "ehem ..." kemudian direspon sama Daniel, yang membalikkan kepalanya.

"Sorry, gue ganggu. Gendis gimana bisa sampai pingsan?" tanya Widi, setelah meminta maaf karena memang kedatangannya nggak tepat, tapi dia juga penasaran kepingin tau seperti apa kondisinya Gendis.

Daniel diam sejenak, selain karena kaget. Daniel malu banget di depan Simon, dan di depan ketiga sahabatnya Gendis, terutama sama Ade.

Tapi karena udah kepergok, guna menutupi perasaan malunya. Daniel pun menjawabi pertanyaan Widi, sekaligus menjelaskan seperti apa kejadiannya.

"Tadi, pas gue abis dari kamar kecil De. Gue lihat Gendis ngobrol sama cowok ..." padahal Daniel belum selesai ngoceh, tapi udah disela aja sama Widi.

"Kayak apa orangnya?"

"Nggak tau, tu orang pakai jaket dan masker. Terus, kepalanya ditutupin sama kupluk." Daniel pun menjawabi, lalu Widi mengajukan pertanyaan lagi ke Daniel.

"Gendis pingsan pas ketemu sama orang itu?"

Daniel menggelengkan kepalanya, lalu menjelaskan kronologinya sampai dia harus mengikuti Gendis ke luar kafe. Karena Daniel penasaran sama wajahnya Sony, yang memang nggak bisa dilihat sama Daniel.

Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, ketiga sahabat Gendis pun menarik kesimpulan, yang sama-sama mereka ucapkan. "Gue curiga, Gendis ketemu sama Bram."

"Dan cowok pertama, kemungkinannya Teddy." timpal Bejo.

"Bukan, tapi Sony!" suara itu membuat kelima cowok yang ada di situ, serempak tertuju ke Gendis karena memang hanya ada satu pasien di dalam ruangan itu, dan satu-satunya wanita juga.

"Terus yang bikin lo pingsan, beneran Bram?" tanya Ade, menggantikan kekepoan Widi.

"Iya ... gue takut banget De, Wid, Jo. Dia tiba-tiba muncul, setelah Sony pergi." dijawabi Gendis dengan suara bergetar, dan air matanya juga udah lolos ke pipinya.

Ketiga power rangers nya Gendis, secara bersamaan langsung mendekati Gendis. Memberikan Gendis perasaan dilindungi, dan diperhatikan.

Daniel yang biasanya cemburuan, setiap kali Gendis deket sama seorang cowok. Kali ini dia nggak cemburu ke sahabat-sahabatnya Gendis, karena tau kalau Gendis memang memerlukan sebuah dukungan.

Daniel mengalihkan juga dengan mengambilkan tisue, dan sekaligus air minum yang ada di atas bedside kabinet.

Dan saat mau memberikan gelas minum dan juga tisue, tiba-tiba aja Daniel dikejutkan dengan kehadiran tiga orang remaja memakai seragam SMA swasta, ketiganya nggak lain

Nover, Cindy dan juga Steve.

Gendis malah makin meneteskan air matanya, begitu melihat kedatangan kakak sepupunya itu.

"Kenapa-kenapa lo nangis?" tanya Nover khawatir, karena baru pulang sekolah udah dapet telfon dari Bejo, kalau Gendis pingsan dan meminta Nover untuk menyusul ke rumah sakit, karena Bejo nggak mau bikin bu Ayu khawatir.

Sementara dengan Steve dan juga Cindy, mereka lihat Nover ke luar dari kelas dengan terburu-buru, makanya mereka ikut mobil Nover setelah tau kalau sepupunya nover itu pingsan.

"Mas ... Gendis ketemu kak Bram."

Sepeti biasa, Steve meminta penjelasan ke pacarnya dan terlambat terkejut setelah mendengar penjelasan Cindy.

"Are you sure, Ndis?"

"What did he do?" tambah Steve lagi, yang kemudian dijawabi Gendis tanpa menunggu ditranslate lagi, tapi tetap dijawab sama Gendis dengan bahasa Indonesia karena kendala kalimat yang Gendis belum pede untuk diucapkan, dan takut Steve nggak ngerti.

"Kak Bram cuma mau ngajak ngomong aja kak, tapi Gendis nolak dengerin dia ngomong. Gendis langsung teriak minta tolong, karena udah takut banget ketemu kak Bram secara langsung."

Seperti biasa juga, Cindy menterjemahkan ucapan Gendis ke Steve, berbarengan dengan perlakuan Nover yang langsung memeluk Gendis di depan Daniel yang kali ini langsung syok melihat perlakuan Nover.

"Maafin gue, yang nggak bisa jemput lo selama sibuk ujian. Maafin gue Ndis, mulai besok ..." ucapan Nover pun disela sama Daniel, yang udah panas banget lihat perlakuan Nover, yang memang Daniel belum tau kalau Nover sepupunya Gendis.

"Nggak usah repot-repot, Gendis sebenernya dianter jemput sama supir keluarga gue, selama cowok bernama Bram belum ditemuin."

Mendengar penuturan Daniel, Nover langsung merespon, memandangi Gendis masih sambil memeluk sepupunya itu.

"Lo, yang namanya Daniel?"

"Iya!" dengan tegas, Daniel menjawab sembari menutupi perasaan cemburunya ke Nover.

Kemarahan dan kecemburuan Daniel, yang coba ditutupinya itu. Malah membuat Daniel kena omel sama Nover, "terus, kalau emang supir keluarga lo udah anter jemput Gendis. Kenapa bisa dia ketemu sama Bram, dan mereka nggak bisa memanfaatkan situasi buat nangkep Bram?"

Tau kalau Nover marah, gegas Gendis lepaskan pelukan sepupunya itu lalu mengalihkan kemarahan Nover.

"Gendis hari ini lagi nggak mau dianter jemput mas, tadi Gendis udah bilang ke pak Toni, udah izin juga ke bu Denayu karena Gendis mau ke toko kue langganan Gendis. Udah lama nggak ke sana, tapi sialnya malah ketemu sama kak Bram."

"Selain lo ketemu sama kak Bram tadi, kenapa lo bisa ketemu sama Sony juga? lo berdua ngomongin apaan? apa ada sangkut pautnya, sama kedatangannya Bram?" cicit Bejo penasaran dari tadi, tapi udah keburu teralihkan sama kedatangan sahabat-sahabatnya Bram.

"Sony itu, yang kita temuin di Lido kan? dia kapan ke luar, kok tau-tau udah ke luar aja?"

"Jangan lupain bapaknya mas, kan bapaknya punya wewenang." timpal Widi, masih nggak suka sama Sony, dan langsung disela sama Bejo. "Lo jangan suudzon, siapa tau dia emang beneran udah sembuh."

"Iya, dia udah sembuh kok Wid." tambah Gendis sekaligus meralat tudingan Widi, lalu ditagihlah Gendis untuk menjawabi pertanyaan Bejo tadi.

Kali ini Gendis nggak bisa menjelaskan dengan detail, obrolan apa yang Gendis bahas sama Sony. Karena memang, Gendis nggak mau buat salah satu sahabatnya gegabah. Karena keterkaitan salah seorang, yang begitu mereka kenal dan ternyata jauh membahayakan dari Bram.

"Sony cuma bilang, kalau dia mau ngundang ke acara pernikahannya. Terus, mau kasih tau juga kalau Teddy mau tunangan di acara itu."

"Gila! udah lama nggak muncul, taunya mau tunangan!" timpal Bejo, kesel banget dari raut wajahnya Bejo, karena memang Teddy bener-bener ngilang entah ke mana.

Emosinya Bejo teralihkan sama Nover, yang meminta maaf sama Daniel karena tadi udah sempet marah, dan mengira kalau Gendis diterlantarkan sama keluarganya Daniel.

"Iya, nggak pa-pa," jawab Daniel ketus, dan respon Daniel itu pun ditimpali sama Simon, yang tau banget kalau kemarahan sepupunya, ada sangkut pautnya dengan perlakuan Nover yang membuat Daniel cemburu.

"Gue Simon, sepupunya Daniel dan temen satu sekolahnya Ade." sambil Simon memperkenalkan dirinya, ke Nover dan kedua temannya yang dateng bareng Nover tadi. Dan diucapkan dalam bahasa Inggris, karena tau kalau Steve nggak bisa bahasa Indonesia.

Lalu setelah mereka berkenalan, mulailah Simon mengajukan pertanyaan lagi, "kalian kenal banget sama Gendis dan Bram, apa kalian korbannya Bram juga?"

"Kebetulan, kita bertiga temennya Bram dari sekolah dasar. Dan Nover, sepupunya Gendis." sahut Steve, tentunya dengan bahasa Inggris.

Kedua pupil mata Daniel langsung melebar, untungan aja nggak sampai bikin bola matanya melompat dari tempatnya, setelah tau kalau dia cemburu sama sepupunya Gendis.

Simon tersenyum merespon Steve, sekaligus ia lemparkan senyum meledek ke Daniel, sambil merangkul bahu sepupunya itu.

Memang Simon akui, kalau Daniel begitu menyukai Gendis, perhatian dan aslinya romantis. Tapi ya itu, dia punya sifat cemburu yang akut.

"Kalian berdua, tapi nggak asing deh. Apa kita pernah ketemu sebelumnya?"

Pertanyaan dari Cindy, membuat Simon dan juga Daniel saling pandang dengan tatapan bingung, apalagi ditambah dengan pengakuan Nover dan juga Steve.

"Iya, aku pikir tadi hanya aku aja, yang merasa pernah lihat kalian." sahut Steve, dalam bahasa Inggris.

"Iya ... Iya ..., gue juga pernah lihat lo. Tapi di mananya itu, yang gue lupa." sambung Nover nggak mau kalah.

🔜 Next Part 🔜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!