NovelToon NovelToon
Benih Tuan Presdir

Benih Tuan Presdir

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Ibu Pengganti / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:234.5k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Keenan dan Jihan yang baru saja menikah siri setelah 5 tahun berpacaran, terpaksa berpisah kala Keenan harus menerima perjodohan dengan anak relasi bisnis ayahnya.

Kepergian Jihan seorang diri dalam keadaan hamil, membuat Keenan terus mencarinya.

Hingga 5 tahun berlalu, tak sengaja Keenan bertemu dengan seorang bocah tampan, yang mengikuti casting bintang iklan produk perusahaan farmasi yang dipimpinnya.

Apakah anak itu adalah anak yang dikandung Jihan? Bagaimana kelanjutan cerita Keenan dan Jihan? Akankah Keenan menceraikan istri yang tak dicintainya?

Baca selengkapnya di sini ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Mendengar nama Ale, sontak Keenan kembali teringat pada nama yang pernah Jihan inginkan, jika mereka punya anak laki-laki. Keenan lalu meminta orang tua pendamping Ale untuk maju, berharap Jihan ibunya. Tiba-tiba hatinya kecewa karena ternyata bukan Jihan yang ia lihat.

Hingga saat bocah tampan bernama Ale itu selesai tampil, ia dan seorang wanita yang ia sebut bunda itu keluar ruangan.

“Ale hebat, Mama pasti bangga. Bunda Inka sudah videokan saat Ale tampil tadi. Aduh, Ale akan lolos sepertinya,” ujar Inka, bos Jihan.

Keenan yang baru saja keluar ruangan untuk pergi ke toilet, kembali bertemu dengan Ale. Entah mengapa, ia begitu suka melihatnya. Wajah Ale jug sangat bersahabat dengan kamera.

Inka lalu mengajak Ale pulang ke Bandung.

***

“Selama di perjalanan tadi, Ale terus bertanya, kira-kira dia lolos casting tidak ya. Han, anakmu benar-benar ingin menjadi bintang iklan sepertinya,” ujar Inka, setibanya mereka di Bandung.

Dengan perasaan tak enak hati karena telah merepotkan bosnya, Jihan meminta maaf dan memintanya agar tak lagi mengantar Ale casting. “Sudah, Mbak. Mau lolos atau tidak, tidak usah casting lagi. Ale pasti hanya sekedar suka direkam saja, tidak usah dituruti terus,” pinta Jihan, karena Inka selalu mencarikan lowongan bintang iklan hingga menemani Ale casting di berbagai produk, mulai dari pasta gigi, sampo anak, biskuit cokelat, pewangi pakaian, hingga obat untuk anak.

Tak sependapat dengan Jihan, Inka meminta agar ia tak membatasi mimpi Ale. Ini semua atas keinginannya sendiri, yang selalu antusias setiap melihat iklan di televisi. Sebagai orang tua, mereka harus mendukung bakat anak, selama tetap bisa membatasi kesibukannya nanti, agar tak mengganggu masa kecilnya. “Lagi pula, castingnya ‘kan di hari libur, Han, tidak mengganggu sekolahnya Ale.”

Hingga tiba-tiba, ponsel Inka bergetar, tanda ada panggilan masuk.

Ia tampak mengangguk-angguk, dan sesekali mengucapkan terima kasih, hingga telepon itu ditutup.

“Han, Ale diminta syuting besok!” lapor Inka dengan bahagia.

Jihan yang tak ingin merepotkan bosnya lagi, memintanya untuk tak datang.

“Tidak, tidak. Ale sudah berkali-kali casting, tapi baru kali ini lolos. Lumayan loh, Han, bisa untuk tambah-tambah tabungan Ale nantinya. Lagi pula, besok masih hari Minggu, Gio juga bisa mengantarnya. Aku juga sudah bilang tadi pada mereka, untuk tak syuting lama-lama, karena aku juga tidak mau Ale kelelahan. Kalau kamu larang, dia pasti kecewa,” bantah Inka.

Sebenarnya, Jihan sudah tak ingin lagi berurusan dengan kota Jakarta. Ia juga tak ingin anaknya dikenal banyak orang, karena tak mau Keenan mengenalinya, meskipun ia tak mengatakan hal ini pada Inka. Saat Ale merengek untuk menjadi bintang iklan, Inka lah yang berinisiatif mengantarnya, karena Jihan tak mau menginjakkan lagi kakinya di Jakarta. Jihan lalu mengingatkan Inka untuk tetap menjaga privasi anaknya.

“Siap, Bos, aku ingat kok pesanmu. Mama Ale namanya Putri yang dipanggil Uti, dan bukan Jihan. Aku tidak akan membiarkan sembarang orang mengambil foto Ale, selain untuk keperluan iklan. Aku yang bertanggung jawab sebagai orang tua pendampingnya, jadi mereka tahunya aku orang tua Ale," ujar Inka lengkap.

***

Keesokan paginya sesampainya mereka di Jakarta, Ale yang sudah bersemangat ingin syuting, tak merasa lelah selama perjalanan Bandung-Jakarta. Inka dan Gio yang mengantarnya pun ikut bersemangat. Bagi mereka, Ale adalah anak yang pintar dan patut untuk didukung.

Saat di studio, kru sudah siap, sesuai dengan permintaan Inka agar Ale tak berlama-berlama di sana. Hanya syuting lalu pulang. Menjaga mood anak seolah sudah menjadi kewajiban para kru yang harus dipenuhi, jika sedang syuting dengan bintang cilik.

Hingga syuting pun berjalan lancar, hanya dengan 2 kali take saja, hasilnya begitu sempurna. Keenan yang juga berada di sana untuk menyaksikan sendiri proses penyampaian pesan melalui iklan agar produknya dikenal, merasa puas dengan akting Ale. Ia lalu menghampiri Ale untuk memujinya.

“Kamu hebat sekali, Ale. Kamu begitu sesuai dengan iklan yang kita maksud. Om ada coklat nih buat kamu,” ujar Keenan yang jongkok, lalu menyodorkan sebatang coklat untuk Ale.

Hanya diam mematung, Ale bersedih. “Jadi, kalau jadi bintang iklan itu cuma dapat coklat ya, Om?”

Seketika Inka dan Keenan saling berpandangan.

“Padahal, Ale ingin sekali dapat uang untuk bantu mama, biar mama tidak perlu bekerja dan mengurus Ale sendirian,” lanjut Ale, membuat Inka merasa tak enak hati pada Keenan.

Inka buru-buru menjelaskan pada Ale bahwa Om Bos itu sedang memberinya hadiah. Keenan juga ikut menjelaskan bahwa Ale akan tetap mendapatkan uang, yang akan dikirimkan pada Inka, selaku orang tua pendamping Ale. Inka lalu memberikan kode matanya pada Ale agar mau menerima coklat pemberian Keenan, dan berterima kasih.

“Saya minta maaf, ya, Pak. Mungkin Ale tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi ya, Pak, terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada Ale,” pamit Inka lalu pergi membawa Ale pulang kembali ke Bandung.

Sementara Keenan hanya memandangi Ale yang sangat mencuri perhatiannya. Anak sekecil itu bahkan bisa terpikirkan untuk mencari uang demi membantu sang mama. Keenan lalu kembali teringat pada Jihan dan anaknya, yang mungkin sudah sebesar Ale.

Keenan kembali merenung, kesedihannya kembali datang kala mengingat tentang Jihan yang hingga saat ini belum berhasil ditemukannya.

“Maaf, Pak Keenan, setelah melalui proses editing, apakah iklannya mau segera dinaikkan?” tanya Andre, memecah lamunan Keenan.

Keenan mengangguk, dan meminta agar iklannya segera ditayangkan secepatnya, hari ini juga. Keenan juga meminta agar mereka segera membayarkan upah untuk Ale hari ini juga. “Beri tambahan 1 juta lagi.”

Hingga saat malam harinya, ketika sudah di rumah kontrakannya, Ale bertanya pada Jihan, apakah uang syutingnya sudah diterima sang mama.

Merasa tergelitik karena anak seusia Ale menanyakan uang honornya, Jihan memberi tahu bahwa sore tadi ia sudah menerima uang dari Inka. “Memang, mau Ale buat apa sih? Kok ditagih terus uangnya?”

“Buat Mama, Ale mau kerja untuk Mama,” jawab Ale dengan polos.

Seketika Jihan memberi pengertian pada anaknya itu, bahwa tugas Ale hanya lah sekolah, bukan bekerja. Mencari uang adalah tugasnya sebagai mama Ale. Jihan juga memberi tahu anaknya bahwa uang hasil syuting, akan ditabung ke rekening Ale sendiri. “Mama sudah buatkan Ale tabungan sendiri.”

“Ma, kemarin banyak teman-teman Ale yang casting, ditemani papanya,” ucap Ale sedih.

Tak tega melihat raut wajah sang anak, Jihan menenangkannya, bahwa tidak semua hal harus mereka miliki di dunia ini. “Ale punya Mama yang sayang sekali dengan Ale. Bisa jadi, teman-teman Ale itu juga ada yang punya papa, tapi tidak punya mama.”

Tak lama, Ale kembali bercerita, bahwa Om bos yang ia temui tadi sangat baik sekali, sembari ia memamerkan coklat dalam tas yang diterimanya.

Seketika Jihan menganggap bahwa anaknya baru saja syuting untuk produk cokelat. Ia lalu meminta Ale untuk segera tidur karena besok harus sekolah. Ale berusaha memejamkan matanya, meski ia belum mengantuk. Hingga matanya kembali terbuka, lalu mengambil obat yang ia perankan dalam iklan, yang diberikan oleh Andre tadi pagi. Ia berharap akan segera mengalami batuk pilek supaya bisa meminum obat tersebut, yang dirasa enak baginya.

FluGo dari Basuki Farma.

...****************...

1
LISA
Kenan tuh yg bayarin SPP nya Ale
Eva Nietha✌🏻
Ale pinter
Eva Nietha✌🏻
Keren
Eva Nietha✌🏻
Kena deh bakal viral nih Nayla
Eva Nietha✌🏻
Kapok kamu pak Basuki
Eva Nietha✌🏻
Ale hebat
Eva Nietha✌🏻
Wah ale viral
Eva Nietha✌🏻
Feeling anak sm bapaknya
Eva Nietha✌🏻
Ayo keenan tegas
Eva Nietha✌🏻
Keren ceritanya
Eva Nietha✌🏻
Makin seru thor
Eva Nietha✌🏻
Suka
Siti Nuraini
aq suka ceritanya
Eva Nietha✌🏻
Berjumpa jg deh
Eva Nietha✌🏻
Seru banget
Eva Nietha✌🏻
Seru
Eva Nietha✌🏻
Msh lanjut
Eva Nietha✌🏻
Merapat kk
munaroh
owhh,,, Wina ada main dg Rio thoo? 🤔
munaroh
wallahhh,,, Wina urung kapok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!