Benih Tuan Presdir

Benih Tuan Presdir

Bab 1

“Saya terima nikah dan kawinnya Jihan Putri Yahya binti Rusli Yahya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 35 juta rupiah, dibayar tunai!” ujar Keenan hanya dengan satu tarikan nafas.

“Sah!” sahut beberapa tamu undangan yang hadir dalam akad sederhana itu.

Keenan dan Jihan, memutuskan untuk melaksanakan pernikahan secara siri, lantaran sedari 5 tahun menjalin hubungan pacaran hingga saat ini, tak juga mendapat restu dari Pak Basuki, ayah Keenan. Lelaki paruh baya itu tak merestui Jihan sebagai menantunya karena Jihan bukan berasal dari keluarga pengusaha, yang tak akan memberikan keuntungan apa pun untuk bisnisnya. Bagi ayah Keenan, pernikahan adalah salah satu jalan untuk menguatkan kejayaan suatu bisnis, sehingga perlu dilakukan dengan sesama anak pengusaha.

Untuk itu, Keenan terpaksa mengajak Jihan menikah secara agama, sembari restu mereka terus usahakan, hingga mereka bisa menggelar pernikahan secara negara. Benih cinta yang mulai mekar semasa kuliah, membuat Keenan maupun Jihan tak dapat dipisahkan, meski ayah Keenan menentangnya. Pernikahan ini juga Keenan maksudkan, agar ayahnya tak lagi menjodohkannya dengan anak dari relasi bisnisnya.

Hingga 2 jam berlalu, acara akad yang hanya dihadiri oleh keluarga Jihan itu telah usai, Keenan segera memboyong Jihan ke rumah pribadinya, yang sudah ia beli setahun yang lalu.

“Bu, saya izin bawa Jihan ya, nanti kapan-kapan kami akan jenguk Ibu di sini. Kalau Ibu mau, Ibu juga bisa ikut tinggal bersama kami,” ujar Keenan dengan sopan.

Menolak ikut tinggal bersama anaknya, Bu Dina memilih tetap tinggal di rumah peninggalan suaminya, karena ia masih harus mengajar di sekolah dasar dekat dengan rumahnya.

“Ibu titip Jihan ya, Keenan. Tolong jaga dan bimbing dia,” pesan Bu Dina.

“Jihan titip ibu ya, Lus,” pinta Jihan pada Lusi, anak tetangga yang hampir sebaya dengannya, yang sering berkunjung ke rumahnya.

Setelah selesai berpamitan, Keenan dan Jihan kemudian pergi meninggalkan rumah, menuju rumah Keenan.

Hari itu benar-benar menjadi hari yang dinantikan, selama bertahun-tahun. Selayaknya pengantin baru, mereka menghabiskan malam pertama mereka begitu syahdu. Jihan juga melayani suaminya dengan baik, seperti seorang istri pada umumnya.

Hingga pada keesokan paginya saat sedang menghabiskan waktu bersama dengan menonton televisi, Jihan menyeletuk tentang keinginan di masa depannya.

“Nanti kalau kita punya anak laki-laki, aku mau beri nama dia Ale, seperti artis cilik yang sedang viral itu, dia tampan dan lucu sekali,” cetus Jihan ketika melihat tayangan televisi yang sedang diperankan oleh seorang anak laki-laki yang sedang naik daun.

Seolah setuju dengan kemauan sang istri, Keenan mengacungkan dua jempolnya.

Tiba-tiba di tengah kehangatan obrolan mereka, berita buruk menyergap kebahagiaan yang tengah Keenan dan Jihan rasakan, seolah kedukaan ingin selalu menemani perasaan suka cita. Kala Keenan baru saja mendapat telepon dari sang ayah. Raut wajahnya memucat dan kesal, juga kecewa.

“Ayah kamu bilang apa? Dia sudah tahu kita menikah?” tanya Jihan ikut panik.

Tubuh Keenan melemas. Seakan tak kuat berdiri, ia menyelonjorkan kakinya di lantai. Air matanya mulai menetes.

“Ayah tetap ingin menjodohkan aku dengan Nayla. Aku sudah menjelaskan tentang pernikahan kita, tapi ayah tidak mau tahu. Ayah mengancam tak akan menganggapku anak, juga memintaku pergi dan perusahaan, dan mencabutku dari ahli warisnya, jika aku tak mengikuti perintahnya. Ayah tak main-main dengan ancamannya. Sebenarnya, aku tak mengapa bila harus mencari pekerjaan lain, tapi aku butuh waktu karena aku tidak mungkin menganggur hingga tak bisa menafkahimu. Kamu tanggung jawabku,” ujarnya tanpa gairah.

Seketika Jihan ikut melemas, mendengar perkataan suaminya.

Keenan menguatkan dirinya sendiri, agar Jihan tak ikut bersedih. “Sayang, tenang saja. Pernikahan kita akan tetap berjalan. Hari ini aku akan menemui Nayla, akan aku bicarakan padanya.”

“Bagaimana bisa? Apa kamu dan dia bisa menolak pernikahan ini?” tanya Jihan tak paham akan maksud suaminya.

“Aku sudah pernah bertemu dengan Nayla sebelumnya, dan kami sama-sama menolak perjodohan ini. Jadi, aku yakin, kalau kita bicarakan lagi, dia bisa bekerja sama denganku, untuk menjalankan pernikahan ini demi formalitas belaka. Aku akan tetap di sini menjadi suamimu, sedangkan pernikahanku dengannya hanya lah status,” terang Keenan meyakinkan istrinya.

Seolah paham, raut wajah kecewa dan sedih tersemburat di wajah cantik Jihan. Itu artinya, ia harus rela melihat suaminya menikah secara sah dengan wanita lain. Tentu, ia merasa sedang dikhianati.

Berusaha meyakinkan istrinya, Keenan meminta pengertian Jihan, agar kehidupan mereka tak menderita. “Setelah aku bisa membangun bisnisku sendiri dan tak bekerja lagi di kantor ayah, kita tak perlu takut lagi. Aku juga tak peduli jika ayah tak mau lagi menganggapku sebagai anak. Secepatnya juga aku dan Nayla akan mengatur perceraian kami. Dengan begitu, ayahku dan papanya tak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Jihan, aku tak bisa meninggalkan kantor saat ini, yang baru satu tahun aku pimpin. Kantor bisa berantakan kalau tiba-tiba terjadi perubahan kepemimpinan. Aku juga tak bisa membiarkan Rio, adik tiriku, mengambil alih semuanya. Dia belum bisa dipercaya untuk memimpin kantor.”

Hanya pasrah, Jihan menyetujui ucapan sang suami.

***

Pagi ini juga, Keenan menemui ayahnya di rumah untuk bernegosiasi, dengan harapan akan ada keajaiban.

“Apa harus begini caranya, Yah? Keenan baru saja menikah dengan Jihan. Apa Ayah tak bisa mengerti? Keenan begitu mencintai Jihan,” ujar Keenan memohon sepenuh hati.

“Hanya siri ‘kan? Tak masalah kalau kamu langsung tinggalkan wanita itu. Papa sudah menjadikanmu Presiden Direktur. Apa tidak bisa kamu membalas kebaikan Papa? Anak Papa bukan hanya kamu, ada Rio juga. Tapi, Papa hanya mau kamu. Jangan lupa, perusahaan kita bisa besar seperti sekarang juga karena papanya Nayla. Jangan jadi orang yang seperti kacang lupa kulitnya!” tegas ayah Keenan.

Dulu, ayah Keenan pernah menjelaskan bahwa orang tua Nayla berperan besar dalam bisnisnya selama ini. Pak Lukman, papa Nayla adalah pemilik rumah sakit dan beberapa klinik dokter yang selama ini menyuplai obat-obatan dari perusahaan farmasi milik ayah Keenan. Bahkan, sejak perusahaan milik Pak Basuki masih merintis bisnisnya, Pak Lukman lah yang banyak membantunya.

Soal perjodohan, berawal ketika para pengusaha itu sedang bercanda 25 tahun yang lalu, Pak Basuki pernah bertanya, harus dengan cara apa ia membalas kebaikan Pak Lukman.

“Tak perlu begitu, relasi kita tetap berjalan sampai nanti saja itu sudah lebih dari cukup. Kalau perlu, kita besanan, hahaha,” jawab Pak Lukman saat itu dengan nada bercanda.

Kemudian tepat satu tahun yang lalu, tiba-tiba Pak Lukman menagih ucapannya yang ternyata dianggapnya serius. Hal itu lantaran anak gadisnya, Nayla, yang tengah berumur 30 tahun, belum juga menikah. Ia kemudian ingin menjodohkan anaknya dengan Keenan, yang berusia dua tahun lebih muda dari Nayla. Tak segan, Pak Lukman bahkan mengancam akan menghentikan pasokan obat dari perusahaan milik ayah Keenan, jika mereka menolak.

“Kalau tidak mau kita jadi besan, besok-besok aku tak mau lagi ah mengambil obat darimu. Bisa dibayangkan berapa besar penurunan profitmu, kalau klien besarmu hilang satu.” Begitu lah ucapan papa Nayla, yang sengaja ia utarakan dengan nada bercanda, tapi sangat terdengar sebagai bentuk ancaman yang nyata.

Merasa pernikahan anak-anak mereka akan saling menguatkan bisnis masing-masing, ayah Keenan menyetujuinya, dengan membujuk dan mendesak Keenan selama 1 tahun ini, hingga Keenan nekat menikahi Jihan agar terlepas dari desakan sang ayah untuk menikahi Nayla.

“Sebelum adanya perjodohan ini, Ayah sudah melarangmu berhubungan dengan dia. Tak perlu Ayah katakan lagi apa alasannya. Dua minggu lagi, acara pernikahanmu dengan Nayla akan digelar, mereka sudah meminta jasa WO handal untuk mengurusnya, kamu tinggal terima beres," lanjut ayah Keenan, kemudian bergegas pergi meninggalkan anaknya sendiri di ruang tamu.

Menyandarkan kepalanya sebentar di sofa, Keenan semakin pusing dibuatnya. Apa yang ia rencanakan, ternyata tak semudah itu dilaksanakan. Ia lalu bergegas menemui Nayla yang sudah berjanjian akan bertemu dengannya di salah satu kafe, setengah jam lagi.

Hingga 20 menit perjalanan, tiba lah ia di kafe. Tak disangka, Nayla sudah menunggunya di salah satu meja. Keenan segera menghampirinya, selesai ia memarkir mobil.

“Hai, Keenan,” sapa wanita cantik yang tampak dewasa dan anggun itu.

Hanya tersenyum kecil, Keenan duduk di sebelah Nayla.

“Nay, aku baru saja menikah dengan pacarku, yang pernah aku ceritakan dulu. Apa kamu bisa bekerja sama denganku? Kamu ikut menolak pernikahan kita ‘kan? Aku tidak mau meninggalkan istriku. Bisa kah kita menjalankan pernikahan ini hanya status, kemudian kita bercerai nantinya?” tanya Keenan tanpa basa-basi.

Nayla meminta Keenan untuk tenang, agar mereka bisa bicara baik-baik.

“Aku bisa saja bekerja sama denganmu, kita pura-pura menerima pernikahan ini, dan akan bercerai beberapa bulan kemudian, agar orang tua kita tak curiga. Tapi, ada syaratnya,” terang Nayla.”

...****************...

Terpopuler

Comments

Eva Nietha✌🏻

Eva Nietha✌🏻

Merapat kk

2024-05-14

1

LISA

LISA

Aq jg mampir Kak

2024-05-10

1

Muawanah

Muawanah

aku mampir nieh kak, lgsg pencet tombol subscribe

2024-05-10

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!