DANGKAL

Esok pagi.

Sebagian orang tengah sibuk dengan dunianya serta sebagiannya lagi ada yang tidak memperdulikan dunianya lantaran merasa jenuh dan beranggap dunia hanya begitu-begitu saja.

"Ting nong ..." suara bell rumah Vera oleh Cris.

Tak ada jawaban dari Vera meski berulang kali di bunyikan bell rumahnya. Cris merasa curiga ia masih tidur pulas karena kelelahan dengan tugas yang di kerjakan kemarin.

"Jangan-jangan dia mengerjakan tugas sampai larut malam" ungkapnya sambil meletakkan jarinya di dagu yang berjanggut.

"Hahh ...sudah lah, aku naik angkot saja" ucap Cris lekas berangkat menuju sekolah.

Tak cukup lama sebuah angkot pun lewat dan diberhentikannya oleh Cris. Lalu, ia lekas naik dan duduk di bagian sela-sela kursi yang masih terlihat kosong. Didalam angkot itu hampir dipenuhi semua anak sekolah dan sisanya orang-orang yang hendak bekerja di beberapa perusahaan.

Cris menatap salah satu penumpang perempuan yang tak jauh dari kursinya. Dengan ingatan yang samar-samar seolah mengenalinya. Lalu, ia berusaha menyapanya dengan ramah.

"Halo, pernah kita berjumpa sebelumnya?" Tanya Cris tanpa menyapa tanpa menyentuhnya.

"Ya ..., coba kau ingat dulu!" jawabnya dengan ramah dan lembut.

"Ratih ya ...?" Ungkap Cris memecah ingatannya.

"Betul sekali Cris!"

Dugaan Cris benar, Ratih adalah kakak kelasnya dulu waktu SMP. Saat itu ia masih terlihat pendiam serta pemalu, makanya tak satu pun lelaki yang satu sekolahnya berikut Cris mengenalinya lebih dekat.

Perbincangan kecil di dalam sebuah angkot pun terjadi. Hingga Ratih menceritakan ia tinggal dimana saat ini dan bekerja di sebuah perusahaan yang cukup bonafit.

Berselang waktu saat mereka tengah asik ngobrol, tiba-tiba ada angkot berhenti pertanda ada penumpang hendak naik. Penumpang itu adalah Nayla. Lalu, suasana pun berubah menjadi tidak nyaman bagi Cris lantaran kejadian kemarin yang tak mengerjakan tugas. Bahkan Nayla sempat menegurnya melalui WhatsApp.

Di sela-sela perbincangan Ratih dengan Cris. Cris menyempatkan untuk menegur Nayla yang sudah duduk dan hanya diam saja dengan wajah ketusnya.

"Nay ...?" Tanya Cris dengan lembut sambil menatap wajahnya.

Sayangnya Nayla tak menjawab bahkan sempat membuang semua wajahnya ke arah jalanan.

"Hmmm ..." sambung Cris.

Ratih yang menyimak wajah Nayla yang tak menjawab sapaan dari Cris. Ia sedikit tersenyum dan memberikan isyarat kepada Cris.

"Pacar atau teman sekelas mu?" Isyarat tak bersuara dari mulut Ratih kepada Cris dan Cris hanya mengangkatkan kedua pundaknya seolah menjawab "Ya ..."

Ratih pun menutup mulutnya dengan tangan yang lembut karena menahan tawa sambil menggelengkan kepalanya. Kejadian itu membuat malu Cris dan ia hanya diam tak berdaya.

Selang beberapa menit kemudian, Ratih turun duluan karena ia sudah tiba di sebuah Halte Busway dan akan melanjutkan perjalanannya menaiki Busway menuju tempat pekerjaannya.

"Oia, aku trun duluan ya!" Kata Ratih kepada Cris sambil memberikan kartu nama miliknya. "Jangan lupa telpon aku ya nanti!" Sambung kembali Ratih diiringi lambaian tangan kepada Cris sambil mengedipkan salah satu matanya seolah terlihat centil.

Cris pun membalasnya sambil memasang wajah ramahnya. Kejadian itu diperhatikan oleh Nayla dengan mata sinis yang bergulir ke arah Ratih dan kembali bergulir ke arah Cris.

Nayla mulai terbakar cemburu dan semakin ketus sambil mengepalkan kedua jarinya pada bagian tas yang menutupi roknya, seolah benar-benar kesal sekali terhadap mereka berdua.

"Nay ..., ayo lah jangan ketus begitu wajah mu!" Ucap Cris dengan berpindah kursi bersebelahan dengannya.

Sayangnya Nayla tak menghiraukan bahkan ia menggeser tubuhnya dari kursi yang berdekatan dengan Cris bermaksud untuk menjaga jarak. Namun, kepandaian Cris yang terbilang piawai soal wanita yang ketus. Ia pun merayunya dengan mengiming-imingi setelah pulang sekolah kita jalan.

Awalnya Nayla mengacuhkan apa yang dikatakan. Cris. Tapi, Cris terus merayu dengan menampilkan wajah polosnya seakan menutupi candanya. akibat Cris yang tak berhenti merayu, Nayla pun mulai memutar terus perkataan Cris akan keseriusannya.

Lambat laun Nayla mulai luluh lantah dan mulai candu terhadap gaya Cris bicara. Saking candunya sampai ia tersenyum sedikit demi sedikit dengan kedua pipi kemerahan. Lalu, Cris membalas senyumannya sambil menggenggam tangan Nayla yang lembut dan berkata.

"Aku berjanji tak akan mengulangi kejadian kemarin! Jadi, maafkan aku ya!" sambil memasang wajah semanis itu.

Seketika Nayla tak berdaya mati kutu atas genggamannya yang begitu hangat dan membuat tubuhnya bergetar. Senyaman itu, ia rasakan digenggamnya erat penuh kelembutan sampai mengarahkan kedua bola mata Nay tanpa perintah dari tubuhnya untuk memandang wajah tampan milik Cris.

Beberapa detik saja terlewatkan atas tatapan Nay terhadapnya! Saat itu juga, wajah yang ketus milik Nayla mulai menghilang secara perlahan dan tergantikan dengan memerah akan reflek bahagia yang mulai menghapus rasa kesalnya.

"Janji ...?" Ucap Nay dalam pandangannya kepada Cris dengan mata berbinar.

"Janji Nay ...!" jawab Cris sambil menaikan jari kelingking pertanda ingin berbaikan dengannya.

Tangan Nay pun mengarah kepada jari kelingking Cris untuk membalas berbaikan seperti sedia kala. Dan suasana pun pecah terharu di sebuah angkot sampai sebagian penumpang yang melihatnya sejak awal mulai gemuruh mengejeknya.

"Cie ..., cie ..." ejek sebagian penumpang dengan wajah ngeyelnya.

Nay dan Cris pun hanya menunjukkan wajah bahagianya tanpa ragu. Lalu, Cris pun merangkul kepala Nayla untuk disandarkan ke dadanya seolah menunjukkan bahwa mereka sedekat itu.

Nayla mulai berterbangan angan-angannya diantara manik-manik sebuah harapan yang tak di temukan oleh kata-kata untuk mengatakan bahwa kamu adalah lelaki yang aku pikirkan setiap hari.

"Jadi, kita jalan sepulang sekolah?" Pinta Nayla akan janji Cris.

"Mmm ....."

"Cris ...." dengan sedikit manja sambil menatapnya dibawah dagu Cris.

"Hehehe ..., jadilah" singkat Cris dengan menyentuh keningnya oleh jari-jari manis miliknya.

Nayla pun merasakan bahagia yang luar biasa dan tak bisa di ukur oleh apapun kebahagiaan miliknya di pagi ini di sebuah angkot.

"SMA 40 ..." Teriak supir memberitahu penumpangnya yang akan turun di SMA 40. Cris serta Nayla pun lekas turun dan membayar ongkos dengan uang pas dan angkot itu pergi melanjutkan kembali perjalanan mengantarkan sisa penumpang yang masih duduk manis didalamnya.

"Ayo cepat-cepat masuk ..." teriak satpam penjaga sekolah menyuruh seluruh siswa/i masuk sambil menutup gerbang sekolah dengan perlahan.

Lalu, para siswa/i berikut Cris dan Nayla yang masih berada diluar tak jauh dari gerbang, mulai berlarian kocar-kacir mengarah gerbang yang hendak tertutup.

Satu persatu kelas mulai di penuhi oleh siswa/i dan merapikan tas di laci meja masing-masing serta dengan serentak duduk rapi untuk menyambut Guru yang akan mengajar mata pelajarannya.