Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 7. Kencana vs Arkandra
Bugh ...
Tiba-tiba sebuah bantal melayang ke wajah Arkandra yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Sontak saja Arkandra terkejut, namun wajahnya tetap datar seperti tak ada masalah apa-apa.
"Arkan, loe ngomong apa sih sama sepupu temen gue?" desis Kencana kesal. Ia sengaja datang ke apartemen Arkandra pagi-pagi sekali agar dapat menemui adiknya yang nggak ada akhlak itu. Ia ingin meminta pertanggungjawaban atas tindakan menyebalkan adiknya itu pada sepupu temannya.
Arkandra menaikkan alisnya sebelah acuh dan melengos saja berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih.
"Arkan, loe bisu apa, hah!" bentak Kencana saat Arkandra acuh tak acuh saja padanya.
Arkandra mendengus kesal melihat tingkah kakak perempuannya yang sangat menjengkelkan itu.
"Apa sih? Pagi-pagi udah berisik aja. Nggak malu apa sama anak loe!" seru Arkandra dingin membuat Kencana melirik ke arah anaknya yang sedang asik menonton pertengkaran mereka sambil bertopang dagu.
"Gue tanya loe sebenarnya ngomong apa sama sepupu temen gue semalam?" tanyanya lagi tapi agak pelan tak mau anaknya mendengarkan perdebatan mereka.
"Nggak ada." jawab Arkandra acuh.
"Mustahil dia temen aku sampai tersinggung gitu kalau kamu nggak bilang macam-macam, Kan!" ujar Kencana seraya berkacak pinggang. "Bisa nggak sih, Kan kamu nurutin omongan kakak sekali aja!"
"Nggak bisa." sahutnya cepat seraya melenggang dan duduk di samping Alice, putri dari Kencana.
"Lupakan niatmu untuk menjodoh-jodohkan aku pada para perempuan itu karena aku takkan pernah menyetujuinya." desisnya sinis.
"Lalu kau mau aku jodohkan dengan siapa? Lelaki?"
"Boleh." sahutnya singkat membuat mata Kencana membelalak.
"Arkan, kakak serius ."
"Apa aku terlihat main-main?" tatapan Arkandra menajam.
"Aaargh ... " Kencana menggeram frustasi. Ia benar-benar geram kali ini. Tau sang kakak sedang murka, Arkandra pun meminta Alice masuk ke dalam kamarnya sebentar sebab perbincangan mereka ini tak pantas untuk didengar bocah cilik itu.
"Kan, apa nggak ada harapan untuk sembuh?" tanyanya lirih dan Arkandra diam. Ia hanya bisa menyimak apa lagi yang ingin disampaikan Kencana padanya dan ide gila apa lagi yang akan ia lontarkan padanya.
"Kan, kita ke psikolog aja yuk! Kamu nggak bisa terus begini, Kan! Kamu harus sembuh. Apa kamu nggak kasihan sama mama di atas sana liat putra kesayangannya jadi gini?" ujar Kencana lirih. Tersirat kesedihan mendalam di mata kakaknya itu. Tapi kalau ingat ide-ide konyol kakaknya itu yang sangat gemar mengatur masalah perjodohannya membuatnya kembali kesal.
"Pulang sana! Aku mau siap-siap ke rumah sakit " usir Arkandra halus pada kakaknya.
"Tapi Kan, kamu harus nikah. Kalau nggak, sia-sia aja perjuangan mama selama ini."
"Dari awal aku tidak berminat menikah apalagi menginginkan apa yang mama perjuangan sebab dari awal itu semua memang bukan milikku." desisnya dengan mata memicing.
"Tapi Kan, kamu harus menyelamatkan semua aset kalau tidak semuanya akan jatuh ke tangan si breng-sek Bima. Apa kau rela mereka menikmati apa yang harusnya jadi milik kita?" geram Kencana sambil mencak-mencak seperti anak kecil.
"Aku tak peduli." sahutnya acuh.
"Arkandra ... " teriak Kencana murka dengan wajah memerah.
"Stop, Kencana! Kau memang kakakku tapi kau tak berhak mengatur hidupku. Urusan pernikahanku itu bukan ranahmu. Urus saja urusanmu sendiri dan jangan pernah libatkan aku dalam urusan perusahaan. Aku tidak berminat." tegas Arkandra kemudian berlalu menuju kamarnya untuk melihat keponakan kesayangannya.
"Aaargh ... Arkandra, anak itu, aku harus berbuat sesuatu, tetapi apa?" gumamnya seraya memijit pelipisnya.
...***...
"Di, loe lamunin apa sih?" tegur Yuya saat melihat Melodi tengah duduk di kursi kelas sambil menempelkan sebelah wajahnya di meja dengan tangan sebagai alasnya.
"Eh, Yuya, gue nggak lagi lamunin apapun kok!" ujarnya sambil menyengir lebar. "Gue cuma suntuk nungguin kalian kok lama banget sih datangnya. Padahal dari 30 menit yang lalu loe bilang udah dekat kampus tapi baru nyampe sekarang." omel Melodi mengalihkan perhatian Yuya dan Zia.
Yuya dan Zia kemudian sambil pandang lalu duduk mengalir Melodi sambil tersenyum cerah.
"Ssst ... kami lagi seneng tau. Loe bisa nebak kami tadi habis ngapain?" tanya Zia dengan semangat.
Melodi menggeleng pelan karena memang ia tidak bisa menebaknya.
"Di, rugi banget kamu tadi melamun di sini. Tadi itu ada mahasiswa dari luar yang lanjutin magisternya di sini. " tukas Zia semangat.
"Emang apa hubungannya dengan gue? Kenapa gue bisa rugi? Aneh!" cibir Melodi acuh.
"Ck ... rugi lah, loe tau orangnya itu cakep banget. Dengar-dengar sih, dia itu adik pak George, dosen matematika bisnis kita yang so humble itu. Loe bisa bayangin, wajah pak George aja cakepnya minta ampun. Apalagi senyumnya, bisa bikin melting, nah si adik ini kayak versi mudanya gitu cuma kulitnya agak kecoklatan gitu, kelihatan lebih manly dan hot." tukas Yuya dengan mata berbinar.
"Lap tuh iler kalian berdua!" cetus Melodi sambil menahan kedutan di bibirnya.
"Mana?" seru keduanya sambil mengelap sudut bibirnya.
"Ck ... loe ngerjain kami, ya!" ketus Zia mendengus membuat Melodi terkekeh.
"Kalian sih, kayak maniak orang cakep aja. Nggak bisa lihat orang cakep dikit, mulai deh menggila." ejek Melodi.
"Di, sumpah deh, kadang gue ni bertanya-tanya tentang sesuatu hal, tapi nggak enak nanyainnya." ucap Zia ambigu.
Melodi mengerutkan keningnya, "Apa? Tinggal tanya aja. Sudah banget."
Lalu Zia dan Yuya mendekatkan wajahnya dengan Melodi.
"Di, loe cewek normal kan?" tanyanya ragu-ragu membuat mulut Melodi menganga lebar. Apa maksudnya coba?
"Iya Di, asli, gue juga penasaran soalnya loe nggak pernah sekalipun dekat sama cowok. Boro-boro dekat, ngomongin cowok aja nggak pernah, jangan-jangan loe nggak normal? Loe bukannya ... " ucap Yuya sambil bergidik ngeri.
Plak ...
Melodi memukul lengan Yuya dan Zia yang sembarangan bicara. Untung saja kelas saat itu agak sepi, jadi tidak ada yang mendengar perkataan Yuya dan Zia
"Loe pikir gue lesbong gitu, hah?" potong Melodi. 'Otak loe udah terkontaminasi sama sianida kali ya, mikirnya aneh-aneh." decak Melodi kesal. "For your information ya, i'm normal. Sangat-sangat normal. Gue sukanya sama cowok, bukan cewek. Dan kalau sampai saat ini gue belum punya cowok, itu karena gue masih banyak pertimbangan. Gue bukan adik yang nggak punya hati, Ya, Zi, masa' di saat kakak gue sedang mati-matian ngidupin dan nyekolahin gue sampai dia ngelupain kebahagiaan dirinya sendiri, kerja siang malam, tidur kurang, eh gue malah sibuk pacaran. Kayak nggak punya hati banget kan? Karena itu, saat ini gue cuma mau fokus ke kuliah dan bantu kakak gue. " jelas Melodi dengan sedikit ketus membuat Yuya dan Zia bungkam.
...***...
...Happy reading 🥰🙏🥰...
Cerita yang lucu dan menggemaskan karakter tokoh utamanya Azura Arkan 😊😊😊