Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puncak Tebing Batas
Noil berseru, "Sepertinya aku akan muntah."
"Aku sudah muntah tiga kali," kata Flint.
Lalu, Flint muntah untuk keempat kalinya.
Parit mulai dangkal dan tidak lagi berair, Noil dan Flint bisa merasakan batu-batu kecil yang menghantam punggung, kaki dan kepala mereka, kepala Noil bahkan bisa terlihat dari luar.
Flint melihat keluar parit dan memekik
"Noil awas kepalamu! Menunduk!"
Noil menunduk hanya sepersekian detik sebelum kepalanya membentur besi keras.
"Apa itu tadi?" kata Noil menunjuk Bucket excavator.
"Itu tangan iblis," seru Flint.
Mereka akhirnya berhenti meluncur, Flint menyuruh Noil terus menunduk karena paritnya dangkal dan dia terlalu besar untuk bersembunyi.
"Kita berhenti di tempat yang paling buruk," kata Flint.
Di dalam parit Flint menatap ujung-ujung crane yang menjulang tinggi di atas kepalanya.
"Dari semua tempat kita malah berakhir di daerah pertambangan," seru Flint.
"Aku akan memeriksa keadaan," seru Noil.
Noil meloncat keluar dari parit.
Flint memekik tertahan.
"Cepat turun dari sana, atau kita akan tertangkap."
Noil berkata, "Ayolah Flint kita tidak mungkin tiduran di dalam parit sampai pagi, lagipula lihat kau dan aku."
Seluruh badan Noil dan Flint ditutupi lumpur, mereka menyatu dengan kegelapan, mereka hampir tak terlihat.
Sebelum Flint sempat mengatakan berhenti di tempat mu, Noil sudah meloncat menghilang dibalik bulldozer, tak lama kemudian dia kembali.
"Ada tiga kabar buruk dan satu kabar baik," kata Noil memberitahu.
"Kenapa banyak sekali kabar buruk," tanya Flint.
"Kabar buruk pertama ada banyak monster besi disini, mereka ada di mana-mana aku bisa saja tersesat"
"Kau memang bisa tersesat di mana saja," kata Flint.
"Kabar buruk kedua, sepertinya aku mencium bau manusia."
Flint merasa sudah terlalu banyak mendengar kabar buruk, satu kabar baik akan sedikit melegakan.
"Bagaimana dengan kabar baiknya?"
"Tidak ada kabar baik," kata Noil.
"Katamu ada tiga kabar buruk satu kabar baik."
"Itu kabar buruk yang ketiga: tidak ada kabar baik."
"Apa lagi yang bisa kuharapkan," seru Flint.
Flint mengeluh lalu sembari masih berbaring di dalam parit Flint mengeluarkan ide gila.
"Kita susuri parit lagi, kembali ke tempat tadi."
"Kau jangan gila," kata Noil, "kita tidak mungkin merayap naik ke atas."
"Tapi, tempat ini berbahaya."
"Ayolah Flint, kita tidak punya waktu untuk jadi penakut."
Karena tak punya pilihan lain, akhirnya Flint mau keluar dari dalam parit. Demi keamanan Flint merasa perlu untuk menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum keluar dari parit. Flint melihat ke sekita dan segera menyadari kalau mereka terjebak dalam labirin yang terbuat dari susunan alat berat, belasan bulldozer, excavator, dan crane, mereka seperti monster raksasa yang menjaga pertambangan, menghalangi pandangan dan bisa membuat kalian tersesat.
"Naik ke atas sana!" kata Flint menunjuk ke atap bulldozer.
"Buat apa?" kata Noil.
"Sudah naik saja."
Noil meloncat ke roda lalu naik ke atap buldozer. Dari atas Noil bisa melihat ke sekeliling lalu tubuhnya menggigil karena rasa takut. Noil tidak menyadarinya tadi tapi saat di atas buldoser, dari ketinggian Noil bisa melihatnya dengan jelas: sebuah lubang raksasa yang menganga seolah ingin melahap langit, dan segala sesuatu yang ada diatasnya.
Noil merasa kepalanya berat seolah-olah lubang raksasa di depannya, ingin menghisapnya masuk ke dalam, menelannya mentah-mentah. Asap menguar dari dalam lubang sehingga orang akan mengira kalau lubang itu menembus hingga ke perut bumi.
"Jangan bengong saja, apa kau melamun?" kata Flint.
"Mereka membuat lubang sebesar gunung," Noil bergumam.
"Coba tebak itu memang gunung," kata Flint, "itu gunung keberuntungan, tapi keberuntungannya menjadi kesialan sejak manusia menemukan emas di sana."
"Oh ya ampun," kata Noil, "apa yang mereka lakukan."
"Jangan membatu di sana," kata Flint, "apa kau melihat puncak tebing batas nya?"
Noil melihat ke sekeliling, ke puncak-puncak crane, di kejauhan ditutupi embun Noil melihat garis bayangan hitam, Noil menunjuk ke arah bayangan hitam itu dan berseru.
"Di sebelah sana!"
Flint berkata, "Ayo turunlah sebelum orang melihatmu."
Noil turun menunjukkan wajahnya yang lain, wajah yang tak pernah dilihat oleh Flint.
"Apa kau baru saja menangis?" kata Flint.
"Tidak," kata Noil mengalihkan wajahnya dari Flint, "aku hanya murka."
Flint berkata, "Tidak apa-apa kalau kau menangis semua binatang yang pertama kali melihat lubang tambang ini pasti akan menangis."
"Jangan membual," kata Noil.
Lalu, tetesan air jatuh membasahi wajahnya yang penuh lumpur.
Noil menengadah ke langit dan berseru, "Hujan!"
"Ayo pergi dari sini sebelum hujan menghapus lumpur dan membuat badan kita terlihat," kata Flint.
Hujan membuat lumpur dari tubuh Noil dan Flint mulai luntur, mereka bergerak dari satu alat berat ke alat berat yang lain, menghindari lampu sorot dari menara pengawas yang berpendar mengitari pertambangan, saat mereka berhasil menjauhi pertambangan, Noil bisa melihat puncak tebing batas lalu mempercepat laju larinya, dia menyalip Flint yang kewalahan mengejarnya.
Noil berseru, "Kita harus sampai di tebing batas sebelum subuh, ayo Flint jangan lari seperti kambing perempuan."
Susah payah Flint mencoba mengejar Noil, setengah mati, hampir pingsan, tetap saja dia tertinggal di belakang. Sesekali Noil memperlambat larinya agar Flint tak tertinggal terlalu jauh darinya, Noil sampai lebih dulu di tebing yang tingginya hampir tujuh meter dari jalan di depannya. Dipinggir tebing, Noil berdiri menunggu Flint, cukup lama hingga akhirnya batang hidung Flint muncul, dia tidak lagi berlari, tapi berjalan menyeret-nyeret kakinya, Flint berjalan melewati Noil hingga ke ujung tebing, dia melihat kebawah dan merasa pusing, cepat-cepat dia merayap mundur menjauhi pinggir tebing. Flint takut ketinggian.
Flint menunjuk ke ujung tebing sambil tertawa terengah-engah.
Flint berkata, "Wow itu tinggi sekali!"
"Tidak terlalu juga," kata Noil, "tergantung apakah kau penakut atau tidak?"
"Kau tidak berniat menyuruhku untuk lompat ke bawah kan?"
Lalu, Flint tertawa seperti kambing gila, bagaimanapun tidak ada kambing yang berlari selama hampir empat jam, Noil menunggu hingga pikiran kawannya itu kembali normal.
"Sepertinya aku terlalu sering mendongak melihat bintang," kata Noil setelah beberapa lama, "apa kau melihatnya? ada banyak bintang-bintang di bawah sana."
"Semua bintang adanya di atas langit," kata Flint.
Meskipun Flint tidak bisa melihatnya tapi dia bisa menebaknya dengan benar.
"Itu bukan bintang, itu lampu, lampu truk kurasa, ada banyak di dekat pertambangan."
Noil berseru, "Dia bergerak, dia bergerak!"
"Tentu saja mereka bisa bergerak," kata Flint, "itu gunanya truk ... bergerak, apa kau belum pernah melihat truk?"
Noil menggeleng.
"Mereka pergi kemana?" tanya Noil.
Flint berdiri, menjinjitkan keempat kakinya, menjulurkan lehernya ke atas setinggi yang dia bisa, sehingga dia bisa melihat ke bawah tanpa harus berada didekat tebing. Flint hanya bisa melihat deretan pasang lampu dan sepasang lampu yang melaju ke arah barat.
Flint berkata, "Jika kau tanya aku, aku bertanya pada siapa?"
"Mereka mengangkut pasir, mungkinkah ke kota?" tanya Noil.
"Yeah, mungkin saja, mereka suka mengambil semuanya, semuanya Noil, bahkan pasir gunung pun mereka angkut, manusia itu rakus."
"Kita bisa melompat, bersembunyi di atas pasir, menumpang mereka ke kota, lalu menyelinap keluar, itu ide yang bagus," kata Noil.
"Aku suka dengan bersembunyi, menumpang, dan menyelinap, tapi tidak dengan kata melompat," kata Flint, "apa kau tahu tinggi tebing ini paling tidak tujuh meter!"
"Okh Flint, itu hanya tujuh meter, kau pernah melompati pagar yang tingginya sepuluh meter."
"Berapa kali aku harus bilang, aku tidak pernah melompati pagar setinggi sepuluh meter."
"Kalau begitu, kau bisa mencobanya untuk pertama kalinya, Flint si pemberani melompat dari tebing setinggi tujuh meter, aku akan menceritakannya ke semua penghuni hutan, itu akan jadi cerita yang hebat, aku bisa membuatnya menjadi lima belas meter kalau kau mau, kau lompat duluan Flint"
"Ha ... ha ... ha ... tidak usah terima kasih," kata Flint, "lagipula kenapa aku harus duluan?"
Noil tahu jika dia yang melompat duluan, Flint takkan pernah melompat menyusulnya. Noil menunduk mengamati deretan truk pengangkut pasir di bawahnya. Noil yakin menumpang truk tersebut salah satu jalan tercepat sampai ke kota, dia memikirkan cara agar Flint mau melompat.
Noil pura-pura tertawa. "Kupikir tingginya hanya dua meter saja Flint, lihatlah ke sini, kita salah mengukurnya."
Flint menggeleng. "Kau tak bisa menipuku."
"Kalau kau tak percaya padaku, ke sinilah, pastikan sendiri, tebing ini tak setinggi yang kau kira."
Flint menggeleng lagi. "Aku takkan mendekati bibir tebing itu."
"Siapa memangnya yang menyuruhmu ke pinggir tebing," kata Noil, "di sini saja, di dekatku."
Noil melompat-lompat.
Noil berkata, "Lihat, tanahnya tidak longsor, berarti ini masih bukan pinggir tebing, ayolah Flint hanya beberapa langkah saja, tingginya hanya dua meter, lihatlah, jika tingginya lebih dari dua meter kita langsung pergi dari sini."
"Apa kau yakin?" tanya Flint.
Flint memang tidak ingin berlama-lama di sana, dia berpikir Noil mungkin saja berkata benar, bagaimanapun juga bagi seekor kambing yang belum pernah melompat dari ketinggian, sulit baginya untuk mengukur tinggi tebing dengan benar, mungkin memang hanya dua meter.
"Okh Flint, cepatlah sebelum truk yang berwarna kuning pergi."
"Kenapa dengan warna kuning?"
"Aku suka dengan yang warna kuning."
Flint akhirnya pelan-pelan menyeret kakinya ke depan, dia bergerak begitu lambat sampai-sampai Noil berpikir mungkin butuh berjam-jam buat Flint untuk sampai. Ketika Flint sampai dan melihatnya dengan lebih jelas, dia memekik kesal.
"Tingginya lebih dari tujuh meter! dan truk mana yang kamu tunggu? semua truk itu warnanya kuning!"
"Benarkah?"
"Iya!" kata Flint hampir berteriak.
"Yeah kau tidak perlu berteriak seperti itu kalau kau tidak ingin melompat ya sudah," kata Noil, "kita mungkin bisa menemukan jalan landai yang lebih nyaman buatmu, kalau ada, mungkin butuh berbulan-bulan untuk sampai ke kota dengan berjalan kaki."
Noil berbalik malas meninggalkan tebing dan Flint.
"Kenapa kau berkata seperti itu, bukan salahku kalau ada tebing disini," kata Flint.
Ketika Flint menoleh ke belakang, dia melihat Noil mengambil posisi yang mencurigakan.
Flint berteriak. "Hai, hai apa yang kau lakukan, berhentilah di sana!"
Dari belakang, Noil berlari sekencang mungkin dan kemudian menyeruduk Flint.
Flint merasakan tulang keras kepala Noil menghantam pantatnya, Flint memekik, terlempar ke atas, menjerit, beberapa detik melayang di udara lalu menjerit, meluncur ke bawah, menjerit lagi, meluncur semakin cepat, sambil menjerit, ketika Flint mulai berpikir akan mati, dia menjerit lagi, lalu tubuhnya menghantam pasir di bak truk.
Sesaat kemudian Noil menyusul turun jatuh di samping Flint. Flint merasakan nyeri di seluruh sendi dan lututnya, terutama di bagian pantatnya, dia ingin menjerit lagi, tapi Noil cepat-cepat menutup mulut Flint dengan kakinya.
Noil berbisik, "Diamlah Flint, ada yang datang."
Flint dan Noil berbaring kaku di pasir, mereka hampir tidak bernafas karena ketakutan, jeritan, pekikan, dan bunyi singa dan kambing yang jatuh di gundukan pasir bisa menghasilkan suara yang nyaring, supir truk bisa saja mendengarnya. Noil dan Flint bisa saja ketahuan dan tertangkap sebelum mereka sempat merenggangkan kaki.
"Apa kau mendengarnya?" kata sebuah suara dari luar truk.
"Iya," kata suara yang lain, "seperti auman singa, lalu seperti suara kambing yang tercekik, lalu bunyi gedebuk dua kali."
"Mungkin ada kambing yang melompat dari atas tebing, jatuh ke bak truk kita," kata suara yang pertama.
Noil dan Flint saling memandang dengan ngeri, mereka mendengar suara orang yang tertawa, bunyi pintu yang dibanting, lalu merasakan tubuh mereka bergetar ketika mesin truk itu menyala lalu bergerak.
Ketika mulai merasa aman, Noil baru berbicara dengan suara pelan.
"Aku akan melepaskan tanganku kalau kau berjanji tidak akan menjerit seperti kambing tercekik."
Flint mengangguk.
Noil melepaskan kaki kirinya yang membungkam mulut Flint.
Flint ketika dia bisa bernafas dengan teratur lagi berkata.
"Jangan-jangan pernah menyerundukku seperti itu lagi padaku, aku serius!"