Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Jangan lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih
_
Lara duduk di sofa apartemen dengan Firman di sampingnya. Hari-hari menjelang pernikahan semakin mendekat, dan meskipun persiapan terasa melelahkan, ada satu hal yang membuatnya semakin bersemangat: Andre, sahabat masa kecilnya, setuju untuk menjadi MC di hari istimewa mereka. Teringat obrolan singkat lewat telepon tadi, Lara tersenyum sendiri. Andre selalu mampu membuatnya tertawa sejak mereka kecil, dengan tingkah lakunya yang ceria dan penuh warna.
Firman menoleh ke arahnya, memperhatikan senyuman yang tak hilang dari wajah Lara. "Kamu senang banget, ya? Aku bisa lihat dari caramu tersenyum."
Lara mengangguk, matanya berbinar. "Tentu saja. Andre itu seperti bagian dari hidupku yang tak pernah hilang, meskipun kami jarang bertemu. Kamu tahu, dia selalu bisa membuatku tertawa, bahkan di saat-saat paling sulit. Bisa membawanya ke pernikahan kita sebagai MC, rasanya seperti menggabungkan masa lalu dan masa depan dalam satu momen."
Firman tersenyum. "Aku suka cara kamu berpikir. Kalau begitu, aku nggak sabar bertemu Andre."
Lara teringat banyak kenangan dengan Andre, terutama saat mereka masih kecil. Andre, yang perilakunya selalu lebih gemulai dibandingkan anak laki-laki lain, sering jadi pusat perhatian karena gaya bicaranya yang ceria dan luwes. Namun, dia selalu punya hati yang besar dan tulus. Bagi Lara, Andre adalah sosok yang selalu bisa diandalkan, meskipun orang lain mungkin menganggapnya berbeda.
“Aku ingat dulu, waktu kita masih SD,” Lara mulai bercerita, mengalihkan pandangan ke jendela apartemen yang memperlihatkan pemandangan kota di malam hari. “Andre pernah menyelamatkanku dari rasa malu yang luar biasa. Waktu itu, aku lupa bawa bekal untuk makan siang, dan dia datang dengan dua bungkus roti yang dia bilang sengaja dia bawa lebih. Aku tahu dia hanya berbohong supaya aku nggak merasa bersalah. Tapi sejak saat itu, aku tahu dia adalah sahabat seumur hidup.”
Firman mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kedengarannya dia benar-benar tulus sama kamu.”
Lara mengangguk, masih tenggelam dalam kenangan itu. “Iya, dia tulus, dan nggak pernah berubah. Bahkan sekarang, meskipun dia tinggal jauh di Bali dan hidupnya sudah berbeda, aku yakin dia tetap Andre yang sama.”
Mereka menghabiskan sisa malam itu dengan berbicara tentang rencana pernikahan lebih lanjut, termasuk detail tema pastel yang sudah mereka sepakati, dekorasi yang akan memenuhi ruangan, dan daftar tamu yang mulai mereka susun. Lara tak henti-hentinya membayangkan bagaimana pernikahan mereka akan berjalan, terutama dengan Andre di sana sebagai MC. Lara yakin, hari itu akan penuh dengan tawa dan kebahagiaan.
***
Seminggu kemudian, persiapan pernikahan semakin mendekati hari H. Lara dan Firman mulai disibukkan dengan berbagai hal teknis, mulai dari catering hingga fitting gaun dan jas. Di tengah kesibukan itu, Lara masih sempat berkomunikasi dengan Andre melalui telepon atau video call. Andre, yang tinggal di Bali, tampaknya juga sangat antusias. Setiap kali mereka berbicara, Andre selalu menyelipkan canda tawa yang membuat Lara merasa lebih ringan menghadapi tekanan persiapan pernikahan.
Suatu sore, saat Lara dan Firman sedang mencoba gaun dan jas pernikahan mereka di butik, ponsel Lara berbunyi. Nama Andre muncul di layar, dan Lara segera mengangkatnya dengan senyum.
“Hey, sayang! Lagi sibuk?” suara Andre terdengar ceria seperti biasa.
Lara tertawa kecil. “Iya nih, lagi di butik buat fitting gaun. lo sendiri gimana?”
“Oh, gue lagi nyari-nyari inspirasi buat jadi MC nih! gue nggak mau asal-asalan, harus top performance buat pernikahan sahabatku!” Andre berseru dengan semangat.
Lara bisa membayangkan Andre, dengan gaya gemulainya yang selalu riang, berusaha mencari cara agar pernikahan mereka menjadi lebih spesial. “Lo nggak perlu repot-repot, Andre. Asal Lo ada di sana dan jadi diri Lo sendiri, itu sudah lebih dari cukup buat gue.”
Andre tertawa. “Oh, honey, you underestimate gue. Gue harus bikin acara kalian memorable. Tunggu saja, kalian bakal terkejut!”
Lara hanya bisa tertawa mendengar semangat sahabatnya itu. Setelah mereka mengakhiri panggilan, Lara menatap Firman yang baru saja selesai mencoba jasnya.
“Kamu bakal suka sama Andre,” katanya, menyeringai. “Dia benar-benar ingin memastikan pernikahan kita jadi yang terbaik.”
Firman tersenyum kecil sambil melihat dirinya di cermin. “Dari cara kamu bicara tentang dia, aku sudah tahu dia orang yang luar biasa. Aku senang kamu punya sahabat seperti itu.”
Malam harinya, setelah kembali ke apartemen, Lara dan Firman berbicara lebih lanjut tentang susunan acara pernikahan. Mereka merencanakan momen-momen spesial, seperti saat Lara berjalan di altar, serta sesi resepsi di mana Andre akan mengambil peran penting sebagai MC. Firman, yang biasanya lebih tenang dan serius, terlihat semakin antusias membicarakan bagaimana pernikahan mereka akan berjalan.
“Bagaimana kalau kita tambahkan sesi fun games di tengah-tengah acara resepsi? Biar nggak terlalu kaku,” usul Firman.
Lara mengangguk setuju. “Itu ide bagus. Apalagi dengan Andre sebagai MC, pasti suasananya akan lebih hidup.”
Mereka kemudian mulai menyusun ide-ide untuk sesi permainan yang melibatkan tamu-tamu, terutama untuk menghibur keluarga dan teman-teman terdekat. Semakin lama mereka berdiskusi, semakin terasa bahwa pernikahan ini bukan hanya soal formalitas, tetapi juga soal kebersamaan, tawa, dan cinta.
***
Hari pernikahan pun tiba. Suasana di venue pernikahan penuh dengan warna pastel yang menenangkan, sesuai dengan tema yang sudah mereka pilih. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut ruangan, dan tamu-tamu mulai berdatangan. Di antara mereka, Lara bisa melihat wajah-wajah yang sudah familiar dan penuh senyum.
Andre, yang datang dari Bali dengan pakaian serba elegan, segera beraksi sebagai MC. Gaya gemulainya yang khas, ditambah dengan humor yang tak pernah gagal membuat orang tertawa, langsung mencuri perhatian. Dia memandu acara dengan sempurna, mengajak para tamu terlibat dalam suasana yang hangat dan menyenangkan.
“Aduh, lihat pengantin kita hari ini! Lara Sati Djuwita dan Firmansyah Salim, kalian berdua seperti dibuat di surga. Kamu, Firman, beruntung sekali dapat Lara! Tapi tunggu dulu, Lara juga beruntung banget, Firman ganteng, pintar, dokter muda dan yang paling penting... setia!” Andre berkata dengan nada penuh tawa, membuat seluruh ruangan terbahak.
Lara dan Firman tak bisa menahan tawa mereka, meskipun momen itu penuh emosi. Lara, yang sudah terbiasa dengan gaya Andre, merasa sangat senang melihat sahabatnya membuat suasana pernikahan mereka begitu hidup. Firman, di sisi lain, mulai mengerti mengapa Lara sangat menghargai Andre. Kehadirannya benar-benar membuat hari itu tak terlupakan.
Acara berjalan lancar, penuh dengan tawa, kebahagiaan, dan rasa syukur. Di setiap momen, Lara bisa merasakan cinta yang mengalir dari semua orang yang hadir, terutama dari Firman dan keluarganya. Mereka semua menerima Lara dengan sepenuh hati, membuatnya merasa semakin yakin bahwa bersama Firman, dia telah menemukan tempatnya.
Saat hari itu berakhir dan matahari mulai terbenam, Lara dan Firman berdiri di luar, menatap langit yang mulai gelap. Andre mendekati mereka, masih dengan senyum lebar di wajahnya.
“Kalian berdua luar biasa,” katanya lembut. “Aku merasa sangat terhormat bisa jadi bagian dari hari kalian.”
Lara memeluk Andre erat. “Terima kasih, Andre. Lo membuat hari ini jadi lebih istimewa.”
Andre tertawa ringan. “Oh, honey, it’s nothing. Kalian berdua adalah bintang di sini. Aku cuma bikin sedikit percikan cahaya.”
Lara tersenyum, merasa sangat beruntung memiliki sahabat dan pasangan yang luar biasa di sisinya. Hari itu, pernikahan mereka menjadi awal yang sempurna untuk perjalanan baru yang penuh cinta, kebahagiaan, dan dukungan dari orang-orang tercinta.
~
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻