Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Ganindra sudah tiba di kantor dinasnya. Seperti biasa, ia melakukan tugas administrasinya lebih dulu barulah ia bersiap berangkat ke supermarket Xxx.
"Kamu emang baby face sih Ndra, masih pantas kok pakai baju SMA. Baru ngelamar kerja juga oke ..!", kata salah seorang rekan Ganindra di sertai tawa.
Ganindra dan beberapa rekannya memang jarang menggunakan seragam kesatuannya saat sedang bekerja. Mereka lebih sering menggunakan pakaian casual atau menyesuaikan dengan kebutuhan penyelidikan.
Seperti halnya rekan yang lain. Ada yang berpura-pura jadi kang ojek, kang dagang dan masih lagi. Yang lebih parah, mereka berpura-pura jadi orgil demi mendukung pekerjaan mereka.
Beruntung Ganindra yang tampan dan berwajah awet muda. Dia bisa menjadi diri sendiri tak perlu menyamar seperti rekan-rekannya itu.
"Makasih Ndan, Alhamdulillah ya saya memang terlahir tampan!", canda Ganindra.
Usai berpamitan pada atasan dan rekannya, Ganin langsung melesat ke supermarket Xxx untuk kembali nguli di gudang itu.
Sementara Hima yang sudah tiba di gudang tiba-tiba di cerca banyak pertanyaan oleh anak lori yang melihat ia berboncengan dengan Ganin.
Tapi Hima yang malas menjawabnya hanya memanyunkan bibirnya.
Hima pikir, sudah cukup anak lori yang mengganggunya tentang Ganin. Tak tahunya, ada beberapa SPG yang bahkan tak pernah mengunjungi gudang sampai menanyakan keberadaan Ganindra.
"Hima, kasih tahu nomor wa nya Ganindra kenapa sih???", salah satu SPG meminta kontak Ganin.
"Gue ngga punya mba, mungkin pak Bayu yang punya. Dia kan orang HRD. Atau kalo ngga mba Helga, spv kalian!", kata Hima.
"Ngga usah bohong deh Ma. Mana mungkin Lo ngga punya kontaknya tuh anak ganteng. Dengar-dengar dia tetangga kost Lo kan?"
Hima menghela nafas panjang.
"Mba-mba SPG yang cantik-cantik. Serius, gue ngga punya kontaknya Ganindra. Nanti kalo dia datang, kalian minta aja sendiri ya!!!", Hima sampai geregetan dengan cewek-cewek cantik yang mengerubutinya.
Tapi tidak munafik. Meski seperti itu, mereka tidak pelit membagi bonus mereka untuk Hima. Ya, mereka tahu kalau Hima lah yang membantu menghitung bonus penjualan mereka.
Padahal sebenarnya itu tugas mba Helga. Dan mereka juga tahu kalau bonus mereka sering di sunat oleh spv cantik itu.
Tanpa mereka sadari, Ganin yang mereka tunggu sudah bergabung dengan anak lori. Tapi ia tak ingin anak lori memberi tahu posisinya saat ini.
Ia dan yang lain menonton Hima yang di cerca banyak pertanyaan tentang Ganin.
", Astaghfirullah, oke...nanti gue minta nomor Ganindra. Tapi insyaallah ya, gue ga berani jamin dia mau kasih apa ngga. Terlebih alasannya karena kalian yang minta!", Hima sampai tak tahu harus berkata apa lagi.
Ganindra dan anak lori hanya tersenyum melihat wajah pasrah Hima. Ya, harus Ganin akui. Meski memang Hima akan meminta nomor teleponnya pada Ganin, tapi ia tak berani berjanji untuk memberikannya pada mereka. Karena Hima sendiri tidak yakin apakah Ganin akan memberikannya atau tidak!.
Akhirnya, gadis-gadis SPG itu pun kembali ke showroom. Takut bedaknya luntur kalau terlalu lama di gudang yang panas 🤣🤣🤣✌️
Hima memanggil nama supir satu per satu dan memberi surat jalannya. Lalu setelah itu, ia juga menyuruh anak lori untuk memuat mobil dengan barang sesuai surat jalan.
Hingga saat istirahat, Hima memberanikan diri untuk meminta nomor kontak Ganindra.
"Eum, Nin. Itu...tadi anak-anak depan minta kontak kamu, boleh?", tanya Hima. Ganin yang duduk lesehan bersama teman-temannya pun tersenyum.
"Eum... gimana ya, boleh sih!"
"Alhamdulillah, ya udah mana?", Hima langsung menyiapkan ponselnya untuk mengetik nomor Ganin.
"Girang banget neng Hima dapat nomor si brondong!", ledek anak lori. Lalu yang lain mentertawakan Hima.
"Ckkk...kenapa sih suka berlebihan deh! Kalian tahu kan tadi cewek-cewek cantik dan seksi itu ke sini cuma mau minta nomor Ganin."
Ganin tersenyum melihat Hima yang mengomel seperti emak-emak kampung. Jadi, mungkin ini yang di sebut oleh Hima jika sebenarnya dirinya galak.
"Serius minta nomor ku?", tanya Ganin. Hima mengangguk cepat. Semakin cepat Ganin memberikan nomornya, semakin baik juga untuk dirinya yang tak lagi di teror para SPG cantik itu.
"Ada syaratnya tapi lho...!", kata Ganin. Semua mata tertuju pada Ganin. Tak terkecuali Hima sendiri.
"Syarat apaan? Ngga usah belagu deh, kamu bukan artis!", kata Hima berkacak pinggang.
Ganin mengedikan bahunya acuh.
"Sssshhhhh ya udah apa syaratnya? Ngga usah aneh-aneh. Kalo ngga gara-gara tuh SPG juga ogah ah ... ngemis-ngemis nomor kamu!", celetuk Hima.
"Tapi gimana juga, kamu butuh lho nomor anak buah kamu Hima. Termasuk Ganin, ya ngga?", tanya anak lori dengan cengengesan.
Hanya Bang Ari yang agak berbeda dibanding mereka.
"Iya juga sih!", kata Hima.
"Sini hp kamu!", Ganin meminta ponsel Hima. Gadis itu pun memberikan benda pipih itu pada Ganin. Lalu Ganin mengetik nomor ponselnya di ponsel Hima.
"Nih, udah!", kata Ganin memberikan kembali ponsel Hima. Gadis itu pun tersenyum menerima kembali ponsel itu.
Hima memicingkan matanya lalu menatap Ganin yang tersenyum meledek. Ganin menaik turunkan alisnya dan terkikik pelan. Hima mendengus sambil tetap menatap wajah tampan di depannya itu.
"Itu syaratnya! Simpel kan? Kalo di tolak, aku ganti aja nomor ku! Biar kamu di kejar-kejar sama SPG-SPG itu?!", kata Ganin.
Ganteng ku
Nama Ganin di kontak Hima di tulis seperti itu. Siapa yang tidak kesal????
"Iya iya...makasih sebelumnya atas pemaksaan anda ya pak!", kata Hima meninggalkan Ganin dan teman-temannya.
Hima mengirimkan nomor Ganin kepada teman-teman SPG nya. Serentetan ucapan terimakasih juga pulsa sekian ribu masuk ke nomor ponselnya. Katanya sebagai ucapan terimakasih karena sudah memberikan nomor Ganin.
"Lha...? Kok kesannya aku ngejual Ganin???", batin Hima. Tapi dia mencoba bersikap abai, toh dia tak memintanya pada teman SPG nya itu.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Jam istirahat hampir berakhir, anak-anak lori sebagian sudah mulai ada yang bekerja membongkar barang yang datang. Sebagian lagi membereskan tumpukan keramik yang susunannya belum rapi.
Ganin kebetulan kebagian menyapu tiap lorong yang menjadi jeda antara tumpukan dus keramik satu tipe dengan tipe lainnya.
Dia memang menyapu, tapi mata dan telinganya bekerja. Ada sosok yang ia curigai di gudang tersebut akan melakukan transaksi.
Sekelebat bayangan melintas tak jauh dari Ganin yang tertutup tumpukan kardus. Ganin menghentikan aktivitasnya lalu mencoba mengikuti bayangan yang tadi melintas.
Ternyata ada orang lain yang masuk ke dalam gudang dan langsung menuju ke pintu belakang di mana barang-barang berat di simpan.
Kok bukan seragam anak gudang? Batin Ganin. Ia terus mengekor hingga tiba-tiba ia justru melihat Hima yang sedang menghitung stok barang.
Dan seseorang yang sedang ia ikuti akan memutar badannya. Mau tak mau Ganin menyelinap masuk ke lorong di mana Hima berada.
"Gan...hmmmpp!!", Ganin membekap mulut Hima agar tak mengeluarkan suara. Mata gadis itu melotot tajam pada teman kerja sekaligus tetangga kamarnya tersebut.
Ganin berbisik sangat pelan di samping telinga Hima.
"Diem dulu, dengerin ada orang di belakang!", bisik Ganin. Hima pun akhirnya mengangguk. Tapi ia juga tidak tahu maksudnya apa Ganin seperti itu.
Posisi mereka benar-benar terjepit di antara celah dus keramik.
Samar-samar mereka mendengar obrolan dua orang. Dua suara laki-laki dan satu suara perempuan.
"Gimana?"
"Nih, barangnya! Gue harap ini yang terakhir ya!", kata perempuan itu.
"Ngga bisa gitu lah, Lo dan gue sama-sama butuh!", kata salah seorang laki-laki.
"Gue udah capek yang di peras kalian!", kata perempuan itu. Dua lelaki itu terkekeh pelan. Mungkin takut terdengar orang lain di gudang tersebut. Padahal sebelumnya mereka sudah mengecek anak lori sibuk di depan semua.
"Kita juga belum dapat jatah dari lo! Kita main cepet!", kata salah satunya.
"Ngga usah gila ya!", pekik suara perempuan itu. Tapi selama beberapa lama kemudian terdengar suara-suara laknat yang menghinggapi telinga polos Hima.
Gadis itu menganga tak percaya. Ganin spontan menutup telinga Hima.
"Merem, ngga usah bayangin! Ngga usah dengerin!", bisik Ganin sebelumnya. Hima yang terkejut pun hanya mengangguk. Padahal posisi mereka saja ....???
Ahh... sudah lah!!!!
🌾🌾🌾🌾🌾
sudah di mulaiiii ....🤭
Terimakasih 🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖