The Perfect Woman

Zheya kini sedang berjalan menuju penginapan terdekat ia berniat ingin memesan kamar selama dia berada di negeri dewa ini 2 hari kedepan.

Tadinya Zheya berniat untuk langsung pergi ke warung makan terdekat sekaligus ingin mencari informasi tentang pemilik penawar racun itu.

Tetapi sepertinya setelah ia pikir-pikir lagi jika kedatangannya dengan tubuh yang banyak dipenuhi goresan luka seperti ini, sepertinya kehadirannya tidak akan diterima dan hanya akan ditolak mentah-mentah.

Hal itu hanya akan membuatnya semakin susah untuk bertanya dan mencari informasi tentang penawar racun bisa ular merah itu. Mengingat penduduk negeri dewa yang memiliki sifat yang sangat sombong dan suka merendahkan orang lain.

Zheya kini telah sampai di sebuah tempat penginapan yang tepatnya terletak di bagian barat kekaisaran Giyu, kekaisaran tertinggi dan terkuat di negeri para dewa.

Entah mengapa ia merasa tempat ini berbeda sendiri dari tempat lainnya. Nuansa dan desain penginapan ini sangat kuno sekali, sangat berbeda jauh dengan rumah-rumah penduduk yang ada di sekitarnya.

Cat dinding bagian luarnya berwana hitam keunguan ditambah dengan desain jendela yang kacanya berwarna hijau transparan dan juga bagian pinggir jendela yang melapisi kacanya berwarna hijau gelap.

Sekilas penginapan ini terlihat seperti warna terong hanya saja warna dan kesannya lebih gelap dan juga elegan.

Tetapi, justru hal itulah yang membuat Zheya

sedikit merasa tertarik dan memutuskan untuk singgah di penginapan itu.

Zheya pun langsung menghampiri resepsionis penginapan itu untuk bertanya tentang daftar harga dan tipe kamar yang ada di penginapan itu.

"Permisi, saya berniat ingin memesan sebuah kamar di penginapan ini untuk 2 malam. Bolehkah saya meminta daftar harga dan tipe kamarnya?" tanya Zheya kepada resepsionis penginapan.

"Boleh sekali nona, ini daftar harga kamar yang ada di penginapan kami," ucapnya sambil menyerahkan list daftar kamar penginapan itu.

"Ohya nona cantik sepertinya nona adalah pendatang baru di wilayah ini, kami juga menawarkan diskon untuk paket kamar plus makan siang & malam untuk nona cantik jika nona cantik berkenan," resepsionis itu berkata sambil tersenyum kepadanya.

"Harga paket juga sudah tertera di daftar list, jadi silahkan nona pilih saja yang nona mau, kami tunggu pesanannya nona, dan jika ada kendala atau pun saat nona cantik kesulitan silahkan hubungi pihak penginapan," ucap resepsionis itu melanjutkan.

Zheya pun menerimanya dengan ramah sambil membalas senyum yang diberikan wanita resepsionis penginapan itu.

"Aneh sekali, padahal aku datang dengan kondisi compang-camping dan berantakan seperti gembel begini, baju sobek dan wajah penuh dengan luka sayatan. Dan mengapa dia masih bisa memanggilku dengan sebutan nona cantik?"

"Aku tidak menyangka, walaupun penginapan ini terlihat biasa saja dan tampilan yang tidak terlalu bagus serta dengan harganya yang murah, tetapi bisa mempertahankan kualitas pelayanannya."

"Tetapi sebaiknya aku jangan terkecoh dulu apalagi aku sedang berada di negeri yang sebenarnya bukan negeriku, siapa tahu mereka bersikap seperti itu karena ada hal yang disembunyikan dari penginapan ini. Justru yang terlihat tenang itu yang biasanya menghanyutkan," gumam Zheya di dalam hatinya.

Zheya pun membuka buku daftar list itu dan melihat tipe dan harga kamar yang ada, harga yang tertera di list itu sangat murah, hanya sebesar 8 keping koin emas saja untuk menyewa kamar permalamnya.

Zheya teringat juga merasa tertarik dengan diskon yang tadi ditawarkan resepsionis penginapan itu.

Di buku ini tertera harga paket kamar plus makan siang & malam hanya 10 keping emas saja permalamnya.

Harga yang sangat murah dibandingkan harga paket lainnya, walaupun harga di sini semuanya sudah sangat murah tetapi Zheya tetap ingin yang lebih murah lagi.

Makanan yang ditawarkan di paket ini pun juga menarik seperti daging sapi bakar, ikan gurame kukus, kepiting guling, dan juga sate domba hitam.

Zheya pun memutuskan untuk memesan paket tawaran resepsionis itu karena sedang diskon, di negeri dewa ini semuanya jauh lebih mahal dibandingkan dengan negeri bawah, jadi Zheya harus berhemat walaupun ia saat ini sedang membawa banyak koin emas.

Setelah memesan dan mendapatkan kunci kamar yang telah dipesannya, ia segera masuk dan mencari kamarnya yang pintunya bernomor 15 dan berada di lantai dua.

Penginapan itu hanya terdiri dari tiga lantai dan di setiap lantainya hanya terdapat sepuluh kamar penginapan.

Walaupun kamarnya terhitung sedikit, tetapi setiap ruangannya lumayan luas bahkan hampir setara dengan luasnya kamar besar di istana kekaisaran ayahnya.

Zheya pun menaiki tangga menuju lantai dua dengan satu tangannya membawa satu kantong kecil berisikan baju dan segala keperluannya saat di sin, lalu langsung memasuki kamarnya yang terletak persis di sebrang tangga lantai dua.

Zheya langsung mengunci kembali pintu kamar yang ditempatinya dan bergegas untuk segera mandi dan membersihkan lukanya

Zheya merasakan tubuhnya lelah sekali dan ia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Saat ini matahari hampir terbenam ditelan senja.

Tak terasa ternyata perjalanan melalui pintu hitam itu ke negeri para dewa ini sangat cepat dan hanya memakan waktu sekitar 1 jam.

Meskipun begitu perjalanan kemana pun yang melewati pintu hitam itu pasti akan terasa sangat melelahkan walaupun hanya memakan waktu sebentar karena membutuhkan energi yang sangat banyak.

Zheya pun kini terbaring di kasur kamar yang berukuran sedang itu sambil memandang langit-langit ruangan ini.

"Semoga tidak ada sesuatu di penginapan ini yang menganggu atau mempersulit aktivitasku selama aku berada di penginapan ini," harap Zheya sambil memejamkan matanya lelah.

Tetapi sepertinya harapan Zheya itu musnah dan luluh lantah seketika, karena saat ini Zheya yang sedang tertidur pun mendapatkan kegelisahan di dalam mimpinya.

Raut wajah Zheya yang sedang terbaring di kasur pun nampak gusar dan keringat membasahi keningnya. Bayangan-bayangan trauma masa lalu itu kembali menghantuinya.

"Aku tidak pernah sudi memiliki cucu dari menantu yang miskin seperti ibumu dan juga perempuan yang tidak jelas asal usulnya."

"Kau pikir keluarga ibumu itu punya apa selain kekaisaran yang saat itu hampir musnah dan menyisakan sampah-sampah seperti kalian yang tidak berguna ini?"

"Harusnya kalian ikut mati di sana, jadi anakku Rembaya tidak perlu susah payah mengurus kalian lagi, andai saja dulu Rembaya menolak untuk mengurus kekaisaran itu, pasti sekarang kekaisaran itu sudah hancur tanpa sisa oleh keluarga kaisar sendiri hahahahaha"

"Dan harusnya kekaisaran itu sekarang hanya milik Rembaya karena dia yang membangunnya hingga menjadi kekaisaran yang maju dan ditakuti di dunia bawah seperti sekarang ini." Rheyana mencengkram rahang Zheya lalu menghempaskannya.

Semenjak kekaisaran jatuh ke tangan Rembaya yaitu ayahnya, keluarga Kaisar Rembaya bersikap sangat menjengkelkan terutama ibu dari Kaisar Rembaya yaitu Rheyana.

Mereka semua merasa mempunyai kuasa penuh atas istana kekaisaran pada saat itu dan bersikap sesuka hatinya serta sering menindas para pelayan dan prajurit yang bekerja di istana bahkan mereka juga sering menindas keluarga Xialie termasuk Zheya.

Memang benar, ayah dari Xialie yaitu Kaisar Miangyhu dulunya menitipkan kekaisaran yang sudah goyang kepada Rembaya karena Kaisar Miangyhu sudah sakit-sakitan dan merasa hidupnya sudah tak akan lama lagi.