NovelToon NovelToon
MAFIA VS PETARUNG JALANAN

MAFIA VS PETARUNG JALANAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Persaingan Mafia / Gangster
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: SAKSI PENA

Reksa pemuda yatim piatu harus terjun ke dunia gelap dunia pertarungan jalanan demi bisa menjaga adik perempuannya yang masih sekolah di bangku SMP, namun siapa sangka harus terlibat dengan komplotan mafia yang hendak membunuh istri muda Boss mafia, atas suruhan istri tua yang merasa tidak terima atas ke hadiran istri muda dalam keluarganya, apa lagi jika harta kekayaannya harus sampai di bagi dua.

Boss mafia yang bernama Aron Jhonson begitu kaget setelah mengetahui kalau istri tuanya yang bernama Raisa Lena, akan membunuh istri mudanya yang bernama Gendis Raura, Aron Jhonson sangat menentangnya namun Raisa Lena mengancam akan membongkar semua bisnis haramnya Aron Jhonson, jika tidak mau menyetujui untuk membunuh Gendis Raura.

Aron pun akhirnya ikut terlibat untuk membunuh istrinya sendiri demi tidak terbongkar bisnis haramnya, namun Aron Jhonson ternyata harus berhadapan dengan Reksa petarung jalanan yang berusaha menyelamatkan Gendis Raura dari dengan menaruhkan nyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAKSI PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Reksa menyasar jalan gang kecil mencari tempat sementara namun baru beberapa jauh meluncur, cuaca berubah mendung musim hujan sepertinya akan mulai datang, Reksa terus melajukan motornya belum mempunyai tujuan kemana, namun Gendis tidak menanyakannya sama sekali tidak perduli mau di bawa kemanapun oleh Reksa.

Air hujan perlahan mulai turun mulai membasahi pakaian keduanya namun Reksa terus melajukan motornya, hujan semakin turun lebat di sertai suara petir dari kejauhan membuat Reksa langsung mencari tempat untuk berteduh, Reksa menghentikan motornya di emperan pedagang sisian jalan yang sudah ada beberapa orang sedang berteduh.

"Kita berteduh dulu," ajak Reksa setengah berlari menuju emperan pedagang, di ikuti Gendis setengah berlari menuju emperan.

Reksa dan Gendis berdiri bersampingan sambil menatap ke arah jalan yang mulai di guyur hujan, kilatan cahaya petir mulai saling susul di sertai datang suara petir yang menggelegar membuat Gendis ketakutan, berikut beberapa orang yang berteduh di emperan itu sesekali menutup telinganya merasa ketakutan, Reksa menoleh menatap wajah Gendis yang ketakutan sambil sesekali menutup telinganya.

"Sabar ya, kita harus menunggu hujan reda dulu," bujuk Reksa menatap tidak tega.

"Iya," Gendis mengangguk sambil memberikan senyuman.

"Untuk sementara lu harus jauh dari rumah dahulu," sambung Reksa.

"Aku ingin meluk kamu," ungkap Gendis tiba tiba membuat Reksa menoleh ke orang orang yang berada di tempat itu.

"Ada orang di sini bicaranya jangan kemana saja," tegur Reksa.

"Aku bahagia sekali, kamu sudah mau menolong aku," ungkap Gendis serasa ingin langsung memeluk Reksa dengan erat.

"Apa tangan lu sakit?" tanya Reksa ingat tangan Gendis yang di ikat ke belakang sambil mengalihkan pembicaraan.

"Enggak," jawab Gendis menggelengkan kepalanya.

"Syukurlah, gua tidak menyangka masalah lu sampai serius seperti ini, dan sekarang gua sudah ikut masuk terlibat," sambung Reksa benar benar tidak menyangkanya sama sekali.

"Aku takut, makanya aku minta kamu datang ke kantor Mama, aku tidak mau jauh dari kamu," ungkap Gendis memegang lengan jaket Reska.

Reksa menghela nafasnya menatap wajah Gendis kenapa dirinya merasakan tidak tega melihatnya, hujan semakin deras di sertai angin yang bergelombang membawa air hujan masuk ke dalam emperan tempat itu, Gendis mulai kedinginan yang hanya mengenakan pakaian dress panjang, Reksa langsung melepaskan jaket levisnya sambil menutupi pistol di balik kaosnya.

"Cepat pakai," titah Reksa menaruh jaket di pundak Gendis.

Gendis pun langsung memakainya yang memang sudah mulai merasakan kedinginan, Reksa menyilangkan kedua tangannya di dada sambil berpikir harus membuat rencana kedepannya, karena masalah Gendis sudah lari ke penculikan yang jelas bisa membahayakan bagi keselamatan nyawa Gendis.

Di tempat lain Palin dan kedua bawahannya yang gagal membawa Gendis bersimpuh menunduk di hadapan Aron, membuat emosi Aron benar benar memuncak serasa ingin langsung menembak kepala Palin dan kedua bawahannya.

"Siapa laki-laki yang sudah berani membawa istri gua, siapaaa?" bentak Aron dengan sepucuk pistol di tangannya.

"Maaf tuan Boss, kita tidak mengenal laki-laki itu, bahkan kita belum pernah melihatnya sama sekali," jawab Palin tertunduk ke takutan.

"Arghh, kalian bertiga lawan satu orang saja tidak mampuh, jika saja gua tidak menghargai anak gua, sudah gua bikin mampus kalian bertiga," bentak kembali Aron dengan emosinya.

"Maafkan kita tuan Boss," Palin tertunduk sudah pasrah.

Nafas Aron tersengal menahan emosinya namun Aron tidak mungkin jika sampai membunuh Palin yang kini sudah di bawah perintah Chiko anaknya, Aron menebak nebak siapa kira kiranya laki-laki yang sudah berani membawa Gendis seperti apa yang sudah di katakan oleh Palin.

"Gua akan kasih lima ratus juta bagi siapapun yang bisa membawa Gendis ke hadapan gua, cepat kalian pergi!" bentak Aron menatap tajam ketiganya.

"Baik tuan Boss, terima kasih, kita akan langsung menyebarkannya, permisi!" Palin dengan perasaan lega karena nyawanya masih selamat langsung berdiri buru buru melangkah pergi.

"Terima kasih tuan Boss, permisi!" kedua bawahan Palin langsung buru buru ikut pergi sambil meraba dadanya merasakan lega.

Hari jelang menuju sore Marko sebagai ketua gangster yang sudah menguasai para preman di wilayah kota barat itu, meluncur mengendarai motor menuju terminal karena mendapat kabar jika Boleng sudah tidak meminta uang lagi terhadap para pedagang, tentu membuat Marko beserta beberapa anak buahnya langsung mendatangi Boleng ke terminal.

Boleng beserta beberapa anak buahnya yang berada di pos merasakan kaget dengan kedatangan Marko yang mendadak, namun Boleng sudah siap menanggung segala resikonya demi bisa menghargai Saga sebagai senior di terminal itu, yang menyuruh Boleng untuk menghentikan meminta uang terhadap para pedagang di terminal dan sekitarannya.

"Ada apa Bang? tumben siang siang ada ke sini?" tanya Boleng setelah menghampiri Marko yang berdiri di depan anak buahnya.

"Lu tidak tahu apa pura pura tidak tahu?" tanya balik Marko.

"Lah gua nanya Bang, makanya gua tidak tahu," jawab Boleng pura pura.

"Gua sudah mendengar kabar tidak baik, benar apa tidak lu sudah menghentikan minta uang ke pedagang?" tanya Marko langsung ke persolan.

"Kalau benar memangnya kenapa Bang? lu ngancam gua karena lu yang pasok barang kesini?' tanya balik Boleng.

Marko langsung senyum sinis tiba tiba merasa geram mendengar pertanyaan Boleng yang terdengar seperti menantang.

"Gua mau peringatkan, lu semua akan menyesal secara tidak langsung sudah berani menentang gua, mulai sekarang, hati hati lu semua!" ancam Marko menunjuk ke semuanya lalu naik ke motornya.

"Ok gua tunggu Bang!" seru Boleng langsung mengibarkan peperangan.

Marko beserta anak buahnya langsung meluncur meninggalkan terminal itu, Boleng langsung merogok ponsel di sakunya hendak menelpon Saga, mau tidak mau Boleng harus memberitahukannya terhadap Saga yang sudah senior di dunia jalanan.

Di tempat lain Pak Bimo di rumah sakit yang sudah mulai berangsur sembuh, meminta Bram petarungnya untuk merekrut beberapa orang jadi pengikutnya, untuk mencari para pelaku perampok dan untuk mengintai Chiko yang sudah di curigainya setelah taruhan itu.

"Baram, kamu harus hati hati, karena para perampok itu membawa senjata pistol, sudah pasti bukan orang orang sembarangan yang sudah akurat dalam melakukan aksinya," terang Pak Bimo yang sudah rawat jalan di rumahnya.

"Baik Boss, saya akan merekrut orang pilihan untuk mencari para pelaku perampok dan sekaligus mengintai Chiko yang Boss curigai sementara ini," balas Bram sudah merasa tidak sabar.

"Saya percayakan semuanya sama kamu selama saya pemulihan, pakai uang ini untuk mencari orang pilihan yang akan kamu rekrut," Pak Bimo menyodorkan koper yang berisi uang.

"Siap Boss, terima kasih atas kepercayaannya, saya akan bergerak langsung, saya benar benar sudah tidak sabar ingin menyiksa para perampok itu jika sudah menemukannya," geram Bram lalu menerima koper di tangan Pak Bimo.

"Sekali lagi hati hati, berikan saya kabar, secepatnya" pinta Pak Bimo.

"Baik Boss, saya permisi!" Bram langsung berdiri.

"Silahkan!" Pak Bimo sedikit mengangguk.

Bram langsung keluar ruangan menuju pintu depan membawa koper berisi uang, di temani supir Pak Bimo yang sudah di tugaskan untuk menemani Bram, selama mencari para pelaku perampok yang sudah merampok Pak Bimo bahkan sudah membunuh kedua pengawal Pak Bimo.

"Mau mencari kemana?" tanya supir setelah dalam mobil.

"Gua belum tahu pasti kemana mencarinya, namun gua harus mencari orang yang pandai berkelahi, karena yang di hadapi para perampok bersenjata," jawab Bram masih memikirkannya.

"Bagaimana kalau kita ke terminal, kali saja para pentolan preman ada yang menyanggupinya," usul supir menoleh ke Bram yang duduk di jok tengah.

"Usul lu lumayan juga, tapi gua akan menjajal dulu ke ahlian berkelahinya, ayo kita ke terminal sekarang," ajak Bram menerima usulan supir.

"Baik!" supir langsung melajukan mobil meluncur menuju terminal.

Sesampai di terminal tepat sekali dengan Saga yang sudah berada di terminal yang di telpon oleh Boleng untuk datang ke terminal, membahas mengenai ancaman Marko yang datang ke terminal beserta dengan anak buahnya, namun Boleng tidak menceritakan terhadap Saga jika Marko adalah pemasok barang haram bubuk dan daun kering.

"Jadi yang nyuruh lu selama ini komplotan si Marko?" tanya Saga yang sudah berasa di pos tongkrongan.

"Iya Bang, mau bagaimana lagi gua tidak bisa menolaknya, silahkan Bang di minum dulu kopinya," jawab Boleng sambil menawarkan kopi di atas meja.

"Terima kasih," Saga langsung mengambil kopi di atas meja.

Saat Saga menyeruput kopi hitam dengan suguhan beberapa gorengan di wadah piring, mobil Bram datang berhenti tidak jauh dari pos tongkrongan, Saga Boleng dan beberapa anak buah Boleng langsung menoleh ke arah mobil yang berhenti tidak jauh samping pos.

Saga terkejut melihat Bram petarung rekrutan Pak Bimo keluar dari mobil, Saga langsung berdiri karena masih mengenal wajah Bram saat bertarung di atas ring, Saga pun langsung menghampiri bertanya lebih dulu karena merasa penasaran.

"Lu yang kemarin bertarung menang di atas ring kan?" tanya Saga setelah menghampiri

Bram mengerutkan dahinya karena tidak mengenal Saga, dan Saga pun kembali bertanya.

"Bagaimana ke adaan Boss lu?" tanya kembali Saga membuat Bram terperanjat begitu kaget.

"Kenapa lu bertanya ke adaan Boss gua?" tanya balik Bram dengan sorot menyelidiki.

"Gua yang mengetahui kejadiannya, dan gua yang menolong Boss lu dari perampok bersenjata itu," jawab Saga.

Mata Bram terbelalak mendengar jawaban Saga dan langsung menyodorkan tangannya, baru merasa percaya mendengar Saga mengetahui kejadian perampokan itu.

"Lu benar sekali, Boss gua memang di rampok sepulang dari pertarungan gua, terima kasih banyak sudah menolong Boss gua, nama gua Bram," ucap Bram sambil memperkenalkan dirinya.

"Gua Saga, dan ini teman gua Boleng," balas Saga sambil memperkenalkan Boleng.

"Gua Boleng," sapa Boleng merasa tidak menyangka mendengar percakapan Bram dan Saga.

"Aho kita pos," ajak Saga lalu duduk setelah dalam pos.

"Terima kasih," Bram merasa lega bisa bertemu dengan Saga ternya orang yang menyelamatkan Pak Bimo.

"Ada apa bisa sampai datang ke sini?" tanya Saga setelah semuanya duduk.

"Setelah kejadian perampokan itu, gua di tugaskan untuk mencari para pelakunya, dan Boss gua sementara ini mencurigai lawan taruhannya," jawab Bram.

Saga mengerutkan dahi mengangguk angguk berulang karena ada kemungkinan juga iya, kecurigaan sementara yang mengarah ke lawan taruhan Bossnya Bram.

"Ok, bisa masuk akal, karena gua juga awal sebelum kejadian merasa curiga terhadap lawan taruhan Boss lu, terus rencana apa yang sudah lu siapkan?" tanya kembali Saga.

"Gua mau mencari orang yang bisa gua rekrut untuk kerja sama mencari para pelaku, tapi yang jago berkelahi karena gua sendiri yang akan menjajalnya," jawab Bram.

Saga langsung nyengir mendengar jawaban Bram seketika langsung ingat dengan Reksa, yang sudah pasti akan jadi lawan seimbang bagi Bram.

"Ada duitnya gak?" tanya Saga langsung mengarah ke uang.

"Duit sudah gua siapkan, Boss gua pengusaha otomotif tidak bakal ke kurangan jika soal duit, yang penting bisa meringkus semua para pelaku yang sudah berani merampok Boss gua," jawab Bram.

"Cocok, kalau soal duit kuping gua ini sangat tajam, gua punya petarung jalanan namanya Reksa, apa lu akan menjajalnya?" tanya Saga.

"Ok, kapan akan di bawa ke hadapan gua?" tanya balik Bram.

"Gua belum tahu pasti kapan, nanti gua akan menghubunginya terlebih dahulu," jawab Saga melihat reaksi Bram yang tidak sabar.

"Ok, ini nomor ponsel gua, cepat hubungi gua jika petarung lu sudah siap," tegas Bram menyodorkan nomor kontak di ponselnya.

Saga pun langsung memasukan nomor kontak Bram di ponselnya, Bram yang ingin bergerak cepat langsung pamit hendak mencari rekrutan yang lainnya, selain itu Bram langsung melaporkan terhadap Pak Bimo bahwa sudah menemukan orang yang sudah menyelamatkan Pak Bimo dari perampokan bersenjata.

1
SAKSI PENA
siapp kak 🙏
Dzuan 017
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!