"Mas,minta uang boleh gak tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dan sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
Ranita putri dulu adalah seorang janda mempunyai anak satu laki-laki bernama Anwar, ranita putri mengenal Riyan ketika ranita merantau kekota dan menikah.niat hati merubah nasip namun naasnya kehidupannya sangat jauh ketika dirinya masih sendiri apakah ranita mampu melewati semua dan meraih kebahagiannya kelak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di potong sadis
"Ternyata sudah subuh." batinku saat ku lihat jam di telpon genggamku,kulangkahkan kakiku ke kamar mandi dan langsung membersihkan rumah setelah selesai ku lanjut masak untuk sarapan untuk suami dan anakku sambil ku menunggu mesin cuci mati.
Jam menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit,ku bangunkan suami serta anakku untuk mandi dan sarapan.
Mas riyan emang agak molor kalo di bangunin untungnya di tempat kerjanya masuk jam setengah sembilan jadi bisa santai dulu sebelum pergi,mas Rian udah bangun dan mandi serta sudah siap dengan seragam kerjanya.
"Mas,sarapan dulu ini ku buatkan kopi dan nasi goreng." tawarku ke mas Riyan.
" Ya," ucap mas Riyan singkat.
Kami pun makan berdua karena Anwar belum selesai mandi dan Nita pun faham kalo Riyan gak suka makan ada Anwar di meja makan.
Karena demi uang sewa rumah terpaksa gak ku percepat Anwar agar mas Rian bisa puas dulu makan sendiri.
Setelah selesai kami pun ngobrol sebentar sebelum mas Riyan pergi kerja,
" Mas, uang sewa ada kan, dan uang belanja kebutuhan dapur?" tanyaku.
" Ya, ini satu juta untuk bayar sewa rumah dan belanja kebutuhan dapur,ingat jangan boros di irit." ucap mas Riyan.
"Mas, ini mah kurang mas bukan lebih,tolong tambahin mas sedikit,beras ku habis mas." mohon ku saat ku hitung uang pemberian mas Riyan.
" Cukup gak cukup kamu akalin lah jangan apa-apa beli," omel mas Riyan.
Aku yang malas berdebat pun memilih diam karena percuma,saat ku sedang berdebat dengan mas Riyan ku mendengar suara motor berhenti depan rumah,saat ku tengok ternyata kedua ipar ku yang pagi-pagi sudah bertamu entah apa tujuan mereka bertamu pagi pagi begini.
" Eh,Yan belum pergi kerja kamu?" tanya mba Yanti saat masuk kerumah tanpa permisi.
" Ya mas,kok tumben agak siang masuk kerjanya,apa di tahan sama benalu ini ya makanya mas Riyan telat? Ucap reni.
" Kalian pagi-pagi tumben kesini ada apa?" tanya ku sudah curiga karena mereka bawa anak-anaknya.
" Ini rumah adikku terserah aku dong mau pagi atau nginap di sini," jawab mba Yanti ketus.
"Mba Yanti sama Reni ada apa pagi-pagi datang kesini?" tanya mas Riyan.
" Oh iya, kebetulan ada kamu yan, begini aku mba sama Reni mau jalan sebentar mau titip Dafa dan Ratih di sini,toh Nita juga gak ngapa ngapain kan." ucap mba Yanti,saat mba Yanti berbicara tak sengaja pandangan Reni meneliti melihat sesuatu yang ku masukan ke kantong dasterku.
" Apa itu mba kok langsung di masukan." ucap Reni dan berhasil mengalihkan mata mba Yanti dan mas Riyan melihat ke arah ku serentak.
Reflex tangan ku memegang daster ku.
"Coba lihat mba kok kayanya mencurigakan." ucap Reni mendekati ku,dan lngsung menarik dasterku dengan kasar dan mengambil apa yang Reni temukan.
"Wah mas, ini uang darimu kah kok banyak banget," ucap Reni setelah berhasil merebut uang itu dari tangan ku,dan menghitungnya.
"Ya, itu untuk bayar sewa kontrakan ren, balikin ke mba mu uangnya," perintah mas Riyan ke Reni.
" Hemmm,kirain uang dari gaji mu mas." ucap Reni.
" Lah bukannya sewa rumah ini cuma delapan ratus ribu ya perbulan." ucap mba Yanti.
" Hah, serius mba, ini uangnya lebih dua ratus dong." ucap Reni sambil menghitung ulang.aku yang ingin merebutnya pun di persulit sedangkan mas Riyan cuma diam saja.
" Wah, ambil ren yang dua ratus sisanya kasih kan aja ke Nita,lumayan tuk tambah beli cilok." ucap mba Yanti santai dan di ikutin oleh Reni, setelah memberikan uang yang mereka ambil paksa dan memotongnya mereka langsung melangkah pergi.
" Mba klo mau nitip Dafa sama Ratih ya titip ja,Nita juga gak ada kerjaan kok, aku mau pergi kerja dulu." ucap mas Riyan yang hendak pergi nanmu terhenti karena suara ku,sedangkan duo trio menor tadi berlalu aja masa bodo tanpa bersalah meninggalkan ke dua anaknya di dalam rumahku.
" Mas, uangnya kurang mas, ini cuma enam ratu ribu mas." ucapku sambil menunjukan uang di tanganku.
" Sudah nit, kamu cari aja sisanya kemana aku gak bakalan keluarkan uang lagi hari ini untukmu." ucap mas Riyan dan berlalu pergi setelah menyalakan motornya dan menghilang.
" Ren balikin uangnya kamu mengambilnya kenapa gak ingat-ingat aku mau bayar sewaan ren." teriak ku sambil mendekati motor mba Reni yang sudah siap melaju.
" Enak aja,uang segitu cukup ja terserah kamu cari kemana toh yang ku ambil uang lebihan dari kakak ku kan,lumayan lah ku potong empat ratus sisanya kamu cari sendiri.ingat anakku kamu urus kasih makan bergizi kalo aku pulang anakku belum makan kamu tau akibatnya." kata Reni dan mba Yanti,setelah mereka mengancam mereka menghidupkan motor dan berlalu pergi begitu saja tanpa perdulikan aku yang udah triak-triak karena suarakan banyak tetangga yang keluar rumah karena suaraku yang cukup keras dan jelas.
" Ada apa nit,mereka bikin ulah apa lagi pagi-pagi begini." tanya mba Dina yang mendekatiku.
" Ya mba, uang sewa rumah di pangkas sama Reni dan mba Yanti mba,dan itu mba lihat mereka." ucapku sambil menunjuk ke teras ada dua anak mba Yanti dan Reni yang melihat drama ibu mereka tadi.
"Astaghfirullah,jadi tadi itu mereka datang pagi-pagi mau nitipin anak mereka ke kamu dan memangkas uang bayar sewa rumah." tanya mba Dina penasaran.
" "Ya mba,"jelas ku ke mba Dina,mba Dina hanya geleng-gelengkan kepala aja gak mampu lagi mau ngomong apa melihat keadaan ku begini.
"Sudah, yuk kedalam di lihatin tetangga tuh, suara kamu tadi itu nyaring banget loh nit dn jelas banget tadi,makanya mba lari kesini tadi.ku lihat suamimu juga baru pergi apa suamimu tau perilaku saudarinya tadi ke kamu nit? Tanya mba Dina.
Aku hanya mampu menganggukkan kepala tanda mengiyakan setelah kami duduk di depan teras.
" Ya ampun ada ya manusia begitu padahal kamu gak minta lebih dari suami tapi suami tak mampu melindungi mu dari saudarinya begitu." keluh mba Dina sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan ms Riyan.
" Ya sudah klo gitu kamu masuk gih urus anakmu aja,biarin ja anak ipar mu gak usah kamu urus,oh ya nit kurang uang sewa rumah berapa?" tanya mba Dina ke padaku dan reflex ku menoleh ke padanya dan memandang wajah mba Dina yang menunggu jawabanku.
"kurang dua ratus mba," ucapku malu.
" "Ya sudah kamu pakai uang mba ja dulu nanti kamu balikan kapan kapan ja kalo kamu sudah ada uangnya." ucap mba Dina tak lupa senyumnya, ya sejak aku menikah dan menyewa di linkungan komplek sini, orang yang dekat denganku cuma mba Dina tetanggaku,mungkin karena dari segi bahasa logat kami yang memang berasal dari pulau Jawa namun beda kota makanya kami akrab dan kadang nyambung kalo ngobrol.
"Makasih mba, sampean trus yang selalu ku repot kan." ucapku tulus sambil ku peluk tubuh mba Dina ku menangis di pelukannya.
jangan lupa saling dukunggg