Jatuh cinta pandangan pertama bisa saja terjadi.
Dan katanya pacaran setelah menikah sangat indah.
Benarkah?
Simak yuk dan temukan jawabannya disini.
Seperti biasa cerita ini hanya fiktif, jangan dikaitkan dengan dunia nyata, oke!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Ibra memberikan paper bag kepada sang bunda. Sementara untuk dirinya ia bawa masuk kedalam kamarnya. Azizah membuka paper bag tersebut dan melihat baju gamis lengkap dengan hijabnya. Azizah tersenyum.
Azizah membawa paper bag tersebut kekamar, ia ingin memperlihatkan kepada suaminya.
"Yah, bagus gak?" tanya Azizah.
Ghafur menoleh ke istrinya dan tersenyum, "bagus, beli dimana?"
"Ibra yang beli buat bunda, nanti mau bunda pakai," jawab Azizah.
"Istriku memang cantik," puji Ghafur.
Azizah melihat struk pembelian yang ada didalam paper bag tersebut. Lalu membacanya.
"Viora butik?" gumam Azizah.
"Kenapa Bun?" tanya Ghafur.
"Tidak, ternyata anakmu sangat pandai memilih butik terkenal itu," jawab Azizah.
"Bunda pernah pergi kesana, tapi tidak pernah bertemu pemilik butik tersebut. hanya ada karyawannya saja," kata Azizah lagi.
Ghafur hanya terdiam,ia tidak tau untuk menanggapi omongan istrinya itu.
Pukul 4 sore, mereka pun berangkat menuju pesantren. Karena tempat itu lumayan jauh. Sekitar 3 jam perjalanan.
Mereka hanya menggunakan satu mobil saja. Dan Ibra yang menyetir.
"Gimana Bun? Cocok gak bajunya?" tanya Ibra.
Padahal ia tadi sudah melihatnya, pertanyaan itu hanya sebagai alasan untuk menyenangkan hati Bundanya.
"Cocok banget, bunda suka," jawab Azizah.
"Kalau begitu nanti aku beli lagi untuk bunda," kata Ibra.
"Benarkah?" tanya Azizah. Ibra mengangguk.
Akhirnya mereka pun sampai ke pesantren, saat ini hari pun sudah malam. Para santri dan santriwati menyambutnya dengan gembira. Kedatangan Ibra kali ini seperti sudah mereka nanti-nantikan.
Para santri bersalaman dan mencium tangan Ibra serta kedua orang tua Ibra. Sedangkan para santriwati hanya bersalaman dengan Azizah dan mencium tangan Azizah saja.
"Selamat datang nak Ibra," ucap kyai Abdullah.
Disampingnya ada umi Sa'diah dan Arumi. Arumi tersenyum manis saat melihat kedatangan Ibra. Ibra menyalami kedua orang tua angkatnya itu. Tapi tidak kepada Arumi.
Azizah berpelukan dengan umi Sa'diah, sedangkan Ghafur bersalaman lalu berpelukan ala laki-laki.
"Mari duduk," ajak kyai Abdullah.
"Rumi, buatkan tamu kita minuman," pinta umi Sa'diah.
Arumi pun bangkit dari duduknya dan berjalan kedapur untuk membuat minuman. Sedangkan para santri dan santriwati sudah kembali ketempat mereka semula.
"Ada apa pak kyai memanggil kami?" tanya Ghafur basa-basi sebagai pembuka pembicaraan.
"Kalian juga pasti sudah tau, karena memang sudah sejak dulu kita membicarakannya," jawab Abi Abdullah.
Azizah dan Ghafur saling pandang, memang dulu ada Abi Abdullah membahas tentang perjodohan mereka. Tapi Ghafur dan Azizah tidak menyanggupi nya. Mereka tidak mau berjanji, karena mereka tidak mau anak mereka terikat perjodohan.
"Sebelumnya kami mohon maaf kyai," ucap Ghafur.
Abi Abdullah menoleh ke istrinya, ada perasaan berbeda saat Ghafur mengucapkan kata maaf.
"Masalah perjodohan ini, sejak dulu kami memang tidak menyanggupinya. Karena kami ingin, putra kami satu-satunya terikat pada perjodohan. Dan juga kami akan menyerahkan keputusan ini pada Ibra," ucap Ghafur.
"Kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung, bukan menentukan jodoh untuknya," ucap Azizah menimpali.
Kedua suami istri itu berbicara dengan nada selembut mungkin, karena takut menyinggung perasaan Abi Abdullah dan umi Sa'diah juga Arumi.
"Bagaimana Nak?" tanya Abi Abdullah.
"Dengan berat hati aku menolak perjodohan ini," ucap Ibra.
Praang ... Nampan yang dibawa Arumi jatuh kelantai, semua orang menoleh kearah suara. Arumi berlari kekamar sambil menangis.
Ia tidak menyangka akan mendapat penolakan dari sahabat kecilnya sekaligus Abang angkatnya juga orang yang dicintainya.
Umi Sa'diah segera bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju kamar Arumi. Ia ingin menenangkan Arumi terlebih dahulu.
"Aku minta maaf Abi, aku tidak bisa menerima Arumi menjadi istriku, karena aku hanya menganggap dia sebagai adikku saja," kata Ibra.
"Abi mengerti, kalian tumbuh bersama sejak kecil. Abi kira nak Ibra punya rasa pada Arumi," jawab Abi Abdullah.
"Masalah jodoh, rezeki dan maut itu adalah rahasia Allah," ucap Abi Abdullah lagi.
Sementara didalam kamar...
"Umi, mengapa bang Ibra menolak aku, umi? Apa aku kurang cantik? Kurang baik? Apa kurangnya aku umi," tanya Arumi sambil menangis.
"Putri umi cantik dan baik, bahkan mendekati sempurna. Tapi ini mungkin hanya masalah hati, mungkin Ibra sudah ada pilihan lain," jawab umi Sa'diah.
"Kalau kamu benar sayang dan cinta sama Ibra, relakan dia, ikhlaskan walaupun itu sulit. Karena cinta tidak harus untuk memiliki," ucap umi Sa'diah lagi.
Arumi terdiam, tapi airmata nya terus saja mengalir. Rasa sakit ditolak membuat hatinya terasa perih.
"Apa kamu mencintai gadis lain?" tanya Abi Abdullah pada Ibra.
"Benar Abi, tapi gadis itu sangat sulit untuk didekati," jawab Ibra jujur.
Abi Abdullah tersenyum, "minta sama Allah untuk melembutkan hatinya." saran Abi Abdullah.
"Terima kasih Abi, dan sekali lagi aku minta maaf," ucap Ibra.
"Tidak apa-apa, Abi faham. Walaupun Abi dan umi dulunya dijodohkan, tapi Abi tau bagaimana rasanya jatuh cinta. Dan Abi jatuh cinta pada umi kamu. Mungkin karena jodoh, kami malah dijodohkan," jawab Abi Abdullah.
Ya Abi Abdullah dulu memang mencintai umi Sa'diah. Tapi karena dilarang berpacaran, keduanya pun memendam perasaan masing-masing. Tapi Allah ternyata menyatukan mereka lewat perjodohan dari kedua belah pihak.
"Mungkin jodohmu bukan putri kami, biar bagaimanapun jangan pernah berubah dengan keluarga kami terutama pada Arumi," ucap Abi Abdullah lagi.
Sebenarnya Ibra tidak ingin memberikan harapan palsu pada Arumi, tapi ia akan bersikap seperti biasa pada Abi Abdullah dan umi Sa'diah. Namun bila dengan Arumi mungkin akan berbeda.
"Baiklah Abi," jawab Ibra akhirnya.
"Undang Abi bila kalian menikah, biar Abi yang menjadi penghulunya," kata Abi Abdullah.
"Pasti Abi, Abi adalah orang yang pertama kami undang," jawab Ibra.
Azizah menarik nafas lega, sepanjang perjalanan tadi, Azizah selalu berdoa semoga dipermudah kan.
"Kalian menginap?" tanya Abi Abdullah.
"Tidak Abi," jawab Ibra.
Setelah urusannya selesai, mereka pun mengobrol-ngobrol ringan. Setelah itu mereka pun berpamitan pulang. Ibra mencium tangan Abi Abdullah dan umi Sa'diah.
Sedangkan Arumi belum keluar kamar sejak tadi, Arumi masih malu untuk bertemu dengan Ibra. Apalagi matanya sembab karena sehabis menangis.
Ibra dan kedua orang tuanya pun pulang. Setelah mobil mereka menghilang dari pandangan kedua suami istri itu. Keduanya pun masuk kedalam rumah.
"Bagaimana Abi?" tanya umi Sa'diah.
"Kita tidak bisa memaksakan kehendak. Sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa akan tidak bagus hasilnya," jawab Abi Abdullah dengan bijak.
"Iya, umi juga sependapat, mungkin Arumi akan menemukan jodohnya, orang yang baik dan mencintainya tentunya," ucap umi Sa'diah.
Kemudian pasangan suami istri itu pun masuk kedalam kamar, karena malam sudah larut keduanya pun ingin tidur.
.
Ada yang setuju gak, kalau Arumi sama Abqari?
n